Perumpamaan tentang penabur ( Matius 13:1-9 )
13:1 Pada hari itu keluarlah Yesus dari rumah itu dan duduk di tepi danau. 13:2 Maka datanglah orang banyak berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke perahu dan duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai. 13:3 Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: "Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. 13:4 Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. 13:5 Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. 13:6 Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. 13:7 Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. 13:8 Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. 13:9 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"
Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. ( Yohanes 15:15 )
Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur. ( Kolose 2: 7)
Yesus ketika mengajar ada kalanya Dia menggunakan bahasa secara langsung dan gampang. Namun ada kalanya Dia menggunakan bahasa perumpamaan. Perumpamaan mengenai Penabur ini adalah perumpamaan pertama yang ditulis di dalam kitab Matius. Mengenai perumpamaan ini, saya pernah mendengarkan seorang pendeta yang dipakai Tuhan mengkotbahkannya. Kesimpulan kotbah dia mengenai perumpamaan: yang berbuah adalah orang yang percaya dan yang tidak berbuah adalah orang yang tidak percaya. Yang berbuah adalah yang beriman dan bertumbuh sedangkan yang tidak berbuah adalah yang tidak beriman dan yang akan binasa. Tetapi hari ini ketika saya merenungkan Firman Tuhan ini, saya mendapatkan satu perspektif dan dimensi lain dalam pergumulan saya mengenai perumpamaan ini. Saya menyimpulkan perumpamaan ini dengan tema pencobaan, masalah hati dan relasi dengan Tuhan.
Alkitab adalah buku dari Tuhan Allah. Tulisan Alkitab dinafaskan dari Tuhan Allah. Walaupun ditulis melalui tangan manusia namun mereka diinspirasikan oleh Roh Kudus. Karena itu Alkitab berbeda dengan buku apapun di dalam dunia ini. Alkitab berisi hikmat Allah yang limpah dan luas. Kita yang terbatas memerluka pertolongan Roh Kudus untuk mengertinya. Banyak perspektif dan dimensi di dalam Alkitab yang sangat kaya. Dan pada kesempatan kali ini saya hendak mensharingkan satu dimensi perenungan yang saya dapatkan dari perumpamaan mengenai penabur.
Di dalam perumpamaan mengenai penabur dikatakan bahwa ada seorang penabur yang keluar untuk menabur. Ketika menabur ini, penabur tentunya bukan menabur dengan teliti pada tanah yang baik saja tetapi penabur menabur benih dengan acak ( random ) pada semua tanah. Dan dikatakan ada benih yang jatuh di pinggir jalan, di tanah berbatu-batu, di semak belukar dan pada tanah yang baik. Benih itu adalah Firman Tuhan. Di dalam penjelasan mengenai perumpamaan ini, Yesus kemudian mengajarkan :
13:19 Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan 13:20 Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. 13:21 Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itupun segera murtad. 13:22 Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. 13:23 Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat."
Merenungkan perumpamaan ini, saya berpendapat bahwa perumpamaan ini bukan berbicara mengenai keselamatan orang percaya dan tidak percaya secara final. Ini bukan berbicara mengenai akhir jaman ketika Tuhan menghakimi perbuatan manusia yang berbuah dan tidak berbuah. Saya percaya ini sedang menggambarkan keadaan kita dalam sekarang ini dalam present time. Dan di dalam perumpamaan ini kita tidak dapat menyimpulkan final keselamatan masa depan seseorang dilihat dari buah-buah yang dia hasilkan pada masa itu saja. Sebab kita mengenai dari wawasan Alkitab bahwa perjalanan seseorang mengikut Kristus adalah sebuah proses kehidupan yang jatuh bangun dan terus dikuduskan untuk menjadi semakin serupa dengan Kristus. Di bagian Alkitab yang lain mengenai perumpamaan mengenai pohon ara yang tidak berbuah sebenarnya menjelaskan bagian ini juga. Perumpamaan ini juga seperti perumpamaan mengenai penabur yang menggunakan analogi organis di dalam dunia tumbuhan untuk menggambarkan realita rohani.
Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini: "Seorang mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya. Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma! Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia! (Lukas 13:6-9 )
Di dalam perumpamaan mengenai pohon ara ini kita dapat melihat bahwa keadaan belum berbuah pada satu masa bukan keadaan final seseorang tidak diselamatkan secara masa depan. Karena masih ada kesabaran Tuhan untuk menggarap orang tersebut. Bila sampai akhirnya memang tidak berbuah baru itulah tanda final seseorang tidak diselamatkan. Tetapi kita tidak dapat langsung menyimpulkan keadaan gersang tidak berbuah dalam satu masa menjadi keadaan final keselamatan seseorang. Bukankah seringkali keadaan rohani kita dapat juga menjadi gersang ? Dan pada setelah lewat masa itu kita melihat kesabaran Tuhan yang memupuk rohani kita. Jadi kesimpulan saya pertama mengenai perumpamaan penabur adalah ini bukan berbicara mengenai masa depan keselamatan seseorang dilihat dari buahnya kemudian tetapi mengenai masa sekarang.
Di dalam perumpamaan penabur dikatakan bahwa benih yang jatuh dipinggir jalan adalah melukiskan orang yang belum percaya Tuhan yang kemudian mendengar Firman Tuhan, namun tidak mengerti dan kemudian iblis merampasnya benih yang ditaburkan di dalam hati orang itu. Dari perkataan ini kita dapat mendapatkan dua kesimpulan : Pertama yaitu kita tahu bahwa orang yang belum percaya berada di dalam kegelapan, tidak mengerti kebenaran dan mereka dikuasai oleh kuasa si jahat. Iblis tidak ingin mereka mengerti kebenaran dan terus membutakan mereka. Iblis tidak ingin mereka bebas dan terus membelenggu mereka dalam kegelapan. Mereka masih di dalam perbudakan dosa. Kesimpulan kedua di dalam bagian Firman ini, kita dibukakan bahwa tanah itu adalah analogi untuk hati manusia.
Lalu kita meneruskan mengenai benih yang jatuh pada tanah yang berbatu dan tanah yang ditaburkan di tengah semak belukar. Inilah fokus yang hendak saya sorot. Di bagian ini kita melihat pemaparan dari Tuhan Yesus bahwa kedua jenis tanah ini pada awalnya bertumbuh tetapi tidak tahan lama dan kemudian tidak berbuah. Pada kasus benih yang jatuh pada tanah yang berbatu masalahnya adalah benih itu tidak berakar dan tahan sebentar saja. Ketika datang penganiayaan dan penindasan akan Firman maka orang itu segera murtad. Pada kasus benih yang jatuh pada tanah yang berada di tengah semak belukar dikatakan bahwa kekuatiran dunia dan tipu daya kekayaan menghimpit sehingga tidak berbuah. Seperti kita bahas sebelumnya bahwa tanah itu melambangkan hati, maka kedua jenis tanah ini menggambarkan kedua jenis hati yaitu hati yang tidak berakar pada Kristus yang tidak tahan penganiayaan dan hati yang dikuasai oleh kekuatiran dunia serta tipu daya kekayaan.
Di dalam kedua jenis tanah yaitu tanah yang berbatu-batu dan tanah yang berada di tengah semak belukar, kita dapat menemukan satu realita yang dinyatakan bahwa benih itu awalnya bertumbuh namun ada aspek pencobaan yang membuat benih itu tidak bertumbuh. Karena itu saya menyimpulkan bahwa salah satu dimensi dari perikop ini berbicara mengenai pencobaan-pencobaan yang kemudian membuat benih itu tidak bertumbuh dan berbuah.
Perenungan : Mengapa ketika datang pencobaan, benih itu tidak bertumbuh ? Pertanyaan ini seharusnya menjadi perenungan kita. Ketika kita mengalami pencobaan dalam hidup ini, mengapa kita tidak bertumbuh dan berbuah ?
Ada beberapa kesimpulan :
Pertama, Sebenarnya pencobaan-pencobaan yang datang kepada kita itu membukakan realita hati kita yang sesungguhnya. Respon kita terhadap pencobaan-pencobaan itu menyatakan isi hati kita yang sebenarnya. Karena itu ada satu perspektif positif dalam kedaulatan dan kasih karunia Allah bahwa berbahagialah bila kita jatuh di dalam berbagai pencobaan. Surat Yakobus 1: 3-4 mengatakan Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dalam perspektif kedaulatan dan kasih karunia Allah kita melihat bahwa pencobaan itu membukakan isi hati kita yang sesungguhnya dan itu adalah kesempatan kita untuk menyadari bahwa hati kita jahat sehingga kita perlu terus menerus bertobat dan dengan rendah hati beriman kepada karya Kristus di kayu salib sepanjang hidup kita.
Kedua, Ketika pencobaan itu datang, kemudian kita tidak bertumbuh maka kita disadarkan bahwa kita tidak berakar pada Kristus. Alkitab mengatakan bahwa di luar Kristus kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Kembali lagi analogi organis mengenai tumbuhan membuat kita merenungkan realita rohani yang sesungguhnya. Berakar pada Kristus melukiskan analogi akar dalam tumbuhan seperti pokok anggur dan ranting-rantingnya. Ini mengingatkan kita pada pengajaran Kristus mengenai Dia adalah pokok anggur yang benar dan kita adalah ranting-rantingnya. Analogi ini melukiskan adanya kesatuan organis antara Kristus dan kita. Secara sederhana kita dapat sederhakan bahwa ini adalah relasi rohani antara Kristus dengan kita. Lalu apa hubungannya dengan kejatuhan kita dalam pencobaan dengan realita ini ? Ketika kita sedang tidak bertumbuh karena kita tidak berakar dalam Kristus ini mengindikasikan kita tidak sedang berelasi rohani dengan Kristus. Ketika kita sedang tidak berelasi dengan Tuhan Yesus maka pada saat pencobaan datang kita jatuh dalam dosa. Sebab di luar Kristus kita tidak ada kekuatan untuk melawan dosa. Kita tidak bisa berbuat apa-apa di luar Kristus.
Aplikasi praktis
Ada beberapa refleksi yang seharusnya membuat kita renungkan mengapa kita jatuh dalam dosa ketika datangnya pencobaan itu ? Saya ambil contoh mengenai Jim. Jim adalah seorang pemuda Kristen yang bergumul dengan masalah pornografi dan masturbasi. Dia terus menerus bergumul dengan masalah ini. Dia banyak membaca buku rohani ini dan itu dan mencoba mempraktekan semuanya untuk menghadapi dosanya. Ada yang menyarankan Jim untuk terus memikirkan hal-hal yang positif dan mengalihkan pikirannya dari pikiran yang jahat. Di balik saran ini tersirat bahwa pikiran yang positif mengalahkan atau mengalihkan pikiran negatif. Inti kemenangan berada di dalam memikirkan hal positif. Tetapi kita dapat melihat bahwa cara ini adalah cara yang bergantung pada diri sendiri untuk aktif memikirkan pikiran yang positif. Ada buku yang member saran bagi Jim untuk terus menggali masa lalunya dan mencari penyebabnya. Akhirnya Jim terus melakukan psikoanalisa terus ke dalam batinnya dan mencari penyebab ini dan itu. Tetapi inipun tidak menyelesaikan masalah Jim sebab Alkitab mengatakan bahwa betapa liciknya hati kita itu. Kita tidak bisa menggali ke batin kita untuk menemukan penyelesaian. Batin kita sudah gelap dan jahat maka penyelesaian dosa bukan ada di dalam batin kita dan dengan kekuatan kita sendiri. Ada saran psikologi lainnya supaya Jim terus menerus melakukan Cognitive Behaviour Therapy. Jim harus mengganti pikirannya sehingga emosi dan tingkah lakuknya dikuasai oleh pikiran yang baru. Tetapi semua cara ini adalah cara yang berpusat pada diri sendiri secara otonomi dan tidak melibatkan relasi dengan Tuhan Allah. Cara apapun yang Jim lakukan di luar relasi dengan Kristus tidak membuahkan hasil. Jim seharusnya bukan berpusat pada mengalahkan dosa belaka dengan cara ini dan itu. Paling penting bagi Jim adalah selalu berelasi dengan Kristus dan secara otomatis itu mengalahkan dosa.
Melihat pergumulan Jim, Alkitab mengajarkan supaya kita terus menerus bersekutu di dalam Kristus dan disanalah sumber kekuatan dan pertumbuhan. Di dalam menghadapi dosa, kita jangan berpusat pada dosa dan juga pada diri kita sendiri untuk mengatasi dosa, tetapi kita harus berelasi dengan Kristus yang membawa kita kepada kemenangan. Seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kita harus bergantung dan senantiasa berpegang pada Kristus. Ini adalah relasi pribadi antara kita dan Kristus.
Kembali kepada perumpamaan tentang penabur. Dari jenis tanah yang berbatu-batu dan tanah yang jatuh di semak belukar kita dapat belajar mengenai beberapa jenis pencobaan.
1. Pencobaan masalah dalam kehidupan
Mengikut Kristus bukan hal yang mudah. Tetapi tidak ikut Kristus sebenarnya lebih sulit. Alkitab memberitahukan bahwa kuk yang Tuhan Yesus pasang itu enak dan beban itu ringan. Tetapi dunia selalu menipu kita bahwa ikut Tuhan itu sulit. Ketika kita mengikut Tuhan maka Alkitab mengajarkan kita akan menderita aniaya. Seseorang yang mau hidup saleh akan menderita penganiayaan. Dan ketika penganiayaan ini datang maka kita dihadapkan pada realita hati kita. Apakah kita lebih suka diterima banyak orang dan mengalami kenikmatan dengan hal itu ? Ataukah kita memilih memikul salib menderita diejek, dihina, dan dilecehkan ? Ketika penganiayaan ini datang maka kita dihadapkan pada dua pilihan : apakah kita lebih baik tidak menderita dan lebih enak secara daging ataukah kita rela seperti Kristus yang menderita ? Panggilan orang Kristen adalah panggilan untuk menderita. Panggilan untuk menderita adalah panggilan untuk bersekutu di dalam penderitaan Kristus. Panggilan ini untuk selalu bergantung kepada Tuhan dan berelasi denganNya. Kedagingan kita tentunya tidak menyukai hal itu. Kedagingan kita lebih suka hal-hal yang nikmat bagi tubuh kita. Kedagingan kita lebih suka kita merdeka dan berjalan sendiri.
2. Pencobaan mengenai kekuatiran dan harta duniawi
Mengikut Kristus adalah mengutamakan Kerajaan Allah diatas materi kita. Mengikut Kristus adalah mempercayai Tuhan sebagai pemelihara hidup kita. Kita dipanggil untuk mencari kerajaan Allah dan kebenarannya. Dan panggilan ini mengharuskan kita mengutamakan Tuhan diatas segalanya termasuk karir, masa depan kita, keuangan kita, dan kenikmatan kita. Tentunya kedagingan kita tidak menyukai hal itu. Kedagingan kita lebih suka menggantungkan hidup kita pada materi sebagai berhala. Daripada bergantung kepada Tuhan yang tidak kelihatan lebih aman bergantung kepada uang yang kelihatan. Apalagi dengan mengikut Tuhan kita dipanggil bukan untuk memupuk kekayaan tetapi untuk menjadi saluran berkat. Tetapi kedagingan kita ingin supaya diri kita dipuaskan dengan pemupukan kekayaan kita. Kita ingin semuanya untuk kita. Kita ingin nikmat dan bahagia dengan uang kita. Pencobaan akan kekayaan ini makin kuat terasa ketika konteks kehidupan dunia memberikan kita wawasan bahwa hidup itu sulit, hidup harus berjuang keras, hidup harus produktif dan menghasilkan ini dan itu, hidup harus menghasilkan materi banyak sehingga kita bahagia, ikut Tuhan itu susah dan menderita, tanpa materi kita akan menderita. Ini adalah pencobaan yang membuat kita tidak bertumbuh. Mengapa ? Sebab kekuatiran kita membunuh iman kita.
Yesus Kristus memberikan ajaran supaya kita jangan kuatir akan apa yang kita makan dan apa yang kita pakai. Semua itu dicari oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Yesus Kristus mengajarkan supaya kita mencari dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya maka semua akan ditambahkan kepadamu. Tuhan Yesus ingin kita menggantungkan hidup kita kepada Tuhan Allah sebagai pemelihara hidup kita yang berdaulat atas dunia ciptaan ini. Tuhan Yesus memberitahukan bahwa Bapa itu baik, mengasihi kita dan Dia tahu apa yang kita perlukan. Karena itu kita harus berdoa dan bergantung kepada Tuhan. Panggilan kita orang percaya adalah untuk selalu berelasi dan bergantung kepada Tuhan. Dan kedagingan kita tidak suka akan hal itu. Kita diharuskan memilih.
Kesimpulan
Dari penjelasan mengenai perumpaan mengenai penabur maka kembali kita harus menyadari apa yang Alkitab katakan mengenai hati kita. Amsal 4:23 mengatakan : “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” Hati kita yang sesungguhnya menjauh dari Tuhan memerlukan anugerah dari Tuhan supaya kita dapat menerima FirmanNya dan bertumbuh. Karena itu marilah kita berdoa kepada Tuhan untuk melembutkan hati kita menerima FirmanNya.
Tuhan Allah Bapa di surga,
Terima kasih untuk FirmanMu yang memberikanku pengertian
Saya seringkali berpikir diri saya baik
Sampai satu saat Kau singkapkan bahwa hatiku jauh daripadaMu
Seringkali hatiku terpikat pada dunia dan kenikmatanNya
Seringkali hatiku tidak percaya padaMu
Aku lebih suka memilih jalanku sendiri
Aku lebih suka menjadikan diriku pusat hidupku
Terima kasih Kau sadarkan keadaanku
Aku perlu anugerahMu
Aku perlu bergantung padaMu
Diluar Kristus aku tidak bisa berbuat apa-apa
Tuhan,
Tolong aku selalu bergantung kepada karya AnakMu di kayu salib
Supaya aku selalu berpegang pada Injil Tuhan Yesus
Dan aku percaya
Engkau akan membentuk aku semakin serupa dengan AnakMu
Dan itulah kerinduanku
Dalam nama Tuhan Yesus,
Saya berdoa dan mengucap syukur
Amin
Jeffrey Lim
www.iccccty.com
18-12-2012
13:1 Pada hari itu keluarlah Yesus dari rumah itu dan duduk di tepi danau. 13:2 Maka datanglah orang banyak berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke perahu dan duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai. 13:3 Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: "Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. 13:4 Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. 13:5 Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. 13:6 Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. 13:7 Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. 13:8 Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. 13:9 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"
Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. ( Yohanes 15:15 )
Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur. ( Kolose 2: 7)
Yesus ketika mengajar ada kalanya Dia menggunakan bahasa secara langsung dan gampang. Namun ada kalanya Dia menggunakan bahasa perumpamaan. Perumpamaan mengenai Penabur ini adalah perumpamaan pertama yang ditulis di dalam kitab Matius. Mengenai perumpamaan ini, saya pernah mendengarkan seorang pendeta yang dipakai Tuhan mengkotbahkannya. Kesimpulan kotbah dia mengenai perumpamaan: yang berbuah adalah orang yang percaya dan yang tidak berbuah adalah orang yang tidak percaya. Yang berbuah adalah yang beriman dan bertumbuh sedangkan yang tidak berbuah adalah yang tidak beriman dan yang akan binasa. Tetapi hari ini ketika saya merenungkan Firman Tuhan ini, saya mendapatkan satu perspektif dan dimensi lain dalam pergumulan saya mengenai perumpamaan ini. Saya menyimpulkan perumpamaan ini dengan tema pencobaan, masalah hati dan relasi dengan Tuhan.
Alkitab adalah buku dari Tuhan Allah. Tulisan Alkitab dinafaskan dari Tuhan Allah. Walaupun ditulis melalui tangan manusia namun mereka diinspirasikan oleh Roh Kudus. Karena itu Alkitab berbeda dengan buku apapun di dalam dunia ini. Alkitab berisi hikmat Allah yang limpah dan luas. Kita yang terbatas memerluka pertolongan Roh Kudus untuk mengertinya. Banyak perspektif dan dimensi di dalam Alkitab yang sangat kaya. Dan pada kesempatan kali ini saya hendak mensharingkan satu dimensi perenungan yang saya dapatkan dari perumpamaan mengenai penabur.
Di dalam perumpamaan mengenai penabur dikatakan bahwa ada seorang penabur yang keluar untuk menabur. Ketika menabur ini, penabur tentunya bukan menabur dengan teliti pada tanah yang baik saja tetapi penabur menabur benih dengan acak ( random ) pada semua tanah. Dan dikatakan ada benih yang jatuh di pinggir jalan, di tanah berbatu-batu, di semak belukar dan pada tanah yang baik. Benih itu adalah Firman Tuhan. Di dalam penjelasan mengenai perumpamaan ini, Yesus kemudian mengajarkan :
13:19 Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan 13:20 Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. 13:21 Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itupun segera murtad. 13:22 Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. 13:23 Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat."
Merenungkan perumpamaan ini, saya berpendapat bahwa perumpamaan ini bukan berbicara mengenai keselamatan orang percaya dan tidak percaya secara final. Ini bukan berbicara mengenai akhir jaman ketika Tuhan menghakimi perbuatan manusia yang berbuah dan tidak berbuah. Saya percaya ini sedang menggambarkan keadaan kita dalam sekarang ini dalam present time. Dan di dalam perumpamaan ini kita tidak dapat menyimpulkan final keselamatan masa depan seseorang dilihat dari buah-buah yang dia hasilkan pada masa itu saja. Sebab kita mengenai dari wawasan Alkitab bahwa perjalanan seseorang mengikut Kristus adalah sebuah proses kehidupan yang jatuh bangun dan terus dikuduskan untuk menjadi semakin serupa dengan Kristus. Di bagian Alkitab yang lain mengenai perumpamaan mengenai pohon ara yang tidak berbuah sebenarnya menjelaskan bagian ini juga. Perumpamaan ini juga seperti perumpamaan mengenai penabur yang menggunakan analogi organis di dalam dunia tumbuhan untuk menggambarkan realita rohani.
Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini: "Seorang mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya. Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma! Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia! (Lukas 13:6-9 )
Di dalam perumpamaan mengenai pohon ara ini kita dapat melihat bahwa keadaan belum berbuah pada satu masa bukan keadaan final seseorang tidak diselamatkan secara masa depan. Karena masih ada kesabaran Tuhan untuk menggarap orang tersebut. Bila sampai akhirnya memang tidak berbuah baru itulah tanda final seseorang tidak diselamatkan. Tetapi kita tidak dapat langsung menyimpulkan keadaan gersang tidak berbuah dalam satu masa menjadi keadaan final keselamatan seseorang. Bukankah seringkali keadaan rohani kita dapat juga menjadi gersang ? Dan pada setelah lewat masa itu kita melihat kesabaran Tuhan yang memupuk rohani kita. Jadi kesimpulan saya pertama mengenai perumpamaan penabur adalah ini bukan berbicara mengenai masa depan keselamatan seseorang dilihat dari buahnya kemudian tetapi mengenai masa sekarang.
Di dalam perumpamaan penabur dikatakan bahwa benih yang jatuh dipinggir jalan adalah melukiskan orang yang belum percaya Tuhan yang kemudian mendengar Firman Tuhan, namun tidak mengerti dan kemudian iblis merampasnya benih yang ditaburkan di dalam hati orang itu. Dari perkataan ini kita dapat mendapatkan dua kesimpulan : Pertama yaitu kita tahu bahwa orang yang belum percaya berada di dalam kegelapan, tidak mengerti kebenaran dan mereka dikuasai oleh kuasa si jahat. Iblis tidak ingin mereka mengerti kebenaran dan terus membutakan mereka. Iblis tidak ingin mereka bebas dan terus membelenggu mereka dalam kegelapan. Mereka masih di dalam perbudakan dosa. Kesimpulan kedua di dalam bagian Firman ini, kita dibukakan bahwa tanah itu adalah analogi untuk hati manusia.
Lalu kita meneruskan mengenai benih yang jatuh pada tanah yang berbatu dan tanah yang ditaburkan di tengah semak belukar. Inilah fokus yang hendak saya sorot. Di bagian ini kita melihat pemaparan dari Tuhan Yesus bahwa kedua jenis tanah ini pada awalnya bertumbuh tetapi tidak tahan lama dan kemudian tidak berbuah. Pada kasus benih yang jatuh pada tanah yang berbatu masalahnya adalah benih itu tidak berakar dan tahan sebentar saja. Ketika datang penganiayaan dan penindasan akan Firman maka orang itu segera murtad. Pada kasus benih yang jatuh pada tanah yang berada di tengah semak belukar dikatakan bahwa kekuatiran dunia dan tipu daya kekayaan menghimpit sehingga tidak berbuah. Seperti kita bahas sebelumnya bahwa tanah itu melambangkan hati, maka kedua jenis tanah ini menggambarkan kedua jenis hati yaitu hati yang tidak berakar pada Kristus yang tidak tahan penganiayaan dan hati yang dikuasai oleh kekuatiran dunia serta tipu daya kekayaan.
Di dalam kedua jenis tanah yaitu tanah yang berbatu-batu dan tanah yang berada di tengah semak belukar, kita dapat menemukan satu realita yang dinyatakan bahwa benih itu awalnya bertumbuh namun ada aspek pencobaan yang membuat benih itu tidak bertumbuh. Karena itu saya menyimpulkan bahwa salah satu dimensi dari perikop ini berbicara mengenai pencobaan-pencobaan yang kemudian membuat benih itu tidak bertumbuh dan berbuah.
Perenungan : Mengapa ketika datang pencobaan, benih itu tidak bertumbuh ? Pertanyaan ini seharusnya menjadi perenungan kita. Ketika kita mengalami pencobaan dalam hidup ini, mengapa kita tidak bertumbuh dan berbuah ?
Ada beberapa kesimpulan :
Pertama, Sebenarnya pencobaan-pencobaan yang datang kepada kita itu membukakan realita hati kita yang sesungguhnya. Respon kita terhadap pencobaan-pencobaan itu menyatakan isi hati kita yang sebenarnya. Karena itu ada satu perspektif positif dalam kedaulatan dan kasih karunia Allah bahwa berbahagialah bila kita jatuh di dalam berbagai pencobaan. Surat Yakobus 1: 3-4 mengatakan Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dalam perspektif kedaulatan dan kasih karunia Allah kita melihat bahwa pencobaan itu membukakan isi hati kita yang sesungguhnya dan itu adalah kesempatan kita untuk menyadari bahwa hati kita jahat sehingga kita perlu terus menerus bertobat dan dengan rendah hati beriman kepada karya Kristus di kayu salib sepanjang hidup kita.
Kedua, Ketika pencobaan itu datang, kemudian kita tidak bertumbuh maka kita disadarkan bahwa kita tidak berakar pada Kristus. Alkitab mengatakan bahwa di luar Kristus kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Kembali lagi analogi organis mengenai tumbuhan membuat kita merenungkan realita rohani yang sesungguhnya. Berakar pada Kristus melukiskan analogi akar dalam tumbuhan seperti pokok anggur dan ranting-rantingnya. Ini mengingatkan kita pada pengajaran Kristus mengenai Dia adalah pokok anggur yang benar dan kita adalah ranting-rantingnya. Analogi ini melukiskan adanya kesatuan organis antara Kristus dan kita. Secara sederhana kita dapat sederhakan bahwa ini adalah relasi rohani antara Kristus dengan kita. Lalu apa hubungannya dengan kejatuhan kita dalam pencobaan dengan realita ini ? Ketika kita sedang tidak bertumbuh karena kita tidak berakar dalam Kristus ini mengindikasikan kita tidak sedang berelasi rohani dengan Kristus. Ketika kita sedang tidak berelasi dengan Tuhan Yesus maka pada saat pencobaan datang kita jatuh dalam dosa. Sebab di luar Kristus kita tidak ada kekuatan untuk melawan dosa. Kita tidak bisa berbuat apa-apa di luar Kristus.
Aplikasi praktis
Ada beberapa refleksi yang seharusnya membuat kita renungkan mengapa kita jatuh dalam dosa ketika datangnya pencobaan itu ? Saya ambil contoh mengenai Jim. Jim adalah seorang pemuda Kristen yang bergumul dengan masalah pornografi dan masturbasi. Dia terus menerus bergumul dengan masalah ini. Dia banyak membaca buku rohani ini dan itu dan mencoba mempraktekan semuanya untuk menghadapi dosanya. Ada yang menyarankan Jim untuk terus memikirkan hal-hal yang positif dan mengalihkan pikirannya dari pikiran yang jahat. Di balik saran ini tersirat bahwa pikiran yang positif mengalahkan atau mengalihkan pikiran negatif. Inti kemenangan berada di dalam memikirkan hal positif. Tetapi kita dapat melihat bahwa cara ini adalah cara yang bergantung pada diri sendiri untuk aktif memikirkan pikiran yang positif. Ada buku yang member saran bagi Jim untuk terus menggali masa lalunya dan mencari penyebabnya. Akhirnya Jim terus melakukan psikoanalisa terus ke dalam batinnya dan mencari penyebab ini dan itu. Tetapi inipun tidak menyelesaikan masalah Jim sebab Alkitab mengatakan bahwa betapa liciknya hati kita itu. Kita tidak bisa menggali ke batin kita untuk menemukan penyelesaian. Batin kita sudah gelap dan jahat maka penyelesaian dosa bukan ada di dalam batin kita dan dengan kekuatan kita sendiri. Ada saran psikologi lainnya supaya Jim terus menerus melakukan Cognitive Behaviour Therapy. Jim harus mengganti pikirannya sehingga emosi dan tingkah lakuknya dikuasai oleh pikiran yang baru. Tetapi semua cara ini adalah cara yang berpusat pada diri sendiri secara otonomi dan tidak melibatkan relasi dengan Tuhan Allah. Cara apapun yang Jim lakukan di luar relasi dengan Kristus tidak membuahkan hasil. Jim seharusnya bukan berpusat pada mengalahkan dosa belaka dengan cara ini dan itu. Paling penting bagi Jim adalah selalu berelasi dengan Kristus dan secara otomatis itu mengalahkan dosa.
Melihat pergumulan Jim, Alkitab mengajarkan supaya kita terus menerus bersekutu di dalam Kristus dan disanalah sumber kekuatan dan pertumbuhan. Di dalam menghadapi dosa, kita jangan berpusat pada dosa dan juga pada diri kita sendiri untuk mengatasi dosa, tetapi kita harus berelasi dengan Kristus yang membawa kita kepada kemenangan. Seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kita harus bergantung dan senantiasa berpegang pada Kristus. Ini adalah relasi pribadi antara kita dan Kristus.
Kembali kepada perumpamaan tentang penabur. Dari jenis tanah yang berbatu-batu dan tanah yang jatuh di semak belukar kita dapat belajar mengenai beberapa jenis pencobaan.
1. Pencobaan masalah dalam kehidupan
Mengikut Kristus bukan hal yang mudah. Tetapi tidak ikut Kristus sebenarnya lebih sulit. Alkitab memberitahukan bahwa kuk yang Tuhan Yesus pasang itu enak dan beban itu ringan. Tetapi dunia selalu menipu kita bahwa ikut Tuhan itu sulit. Ketika kita mengikut Tuhan maka Alkitab mengajarkan kita akan menderita aniaya. Seseorang yang mau hidup saleh akan menderita penganiayaan. Dan ketika penganiayaan ini datang maka kita dihadapkan pada realita hati kita. Apakah kita lebih suka diterima banyak orang dan mengalami kenikmatan dengan hal itu ? Ataukah kita memilih memikul salib menderita diejek, dihina, dan dilecehkan ? Ketika penganiayaan ini datang maka kita dihadapkan pada dua pilihan : apakah kita lebih baik tidak menderita dan lebih enak secara daging ataukah kita rela seperti Kristus yang menderita ? Panggilan orang Kristen adalah panggilan untuk menderita. Panggilan untuk menderita adalah panggilan untuk bersekutu di dalam penderitaan Kristus. Panggilan ini untuk selalu bergantung kepada Tuhan dan berelasi denganNya. Kedagingan kita tentunya tidak menyukai hal itu. Kedagingan kita lebih suka hal-hal yang nikmat bagi tubuh kita. Kedagingan kita lebih suka kita merdeka dan berjalan sendiri.
2. Pencobaan mengenai kekuatiran dan harta duniawi
Mengikut Kristus adalah mengutamakan Kerajaan Allah diatas materi kita. Mengikut Kristus adalah mempercayai Tuhan sebagai pemelihara hidup kita. Kita dipanggil untuk mencari kerajaan Allah dan kebenarannya. Dan panggilan ini mengharuskan kita mengutamakan Tuhan diatas segalanya termasuk karir, masa depan kita, keuangan kita, dan kenikmatan kita. Tentunya kedagingan kita tidak menyukai hal itu. Kedagingan kita lebih suka menggantungkan hidup kita pada materi sebagai berhala. Daripada bergantung kepada Tuhan yang tidak kelihatan lebih aman bergantung kepada uang yang kelihatan. Apalagi dengan mengikut Tuhan kita dipanggil bukan untuk memupuk kekayaan tetapi untuk menjadi saluran berkat. Tetapi kedagingan kita ingin supaya diri kita dipuaskan dengan pemupukan kekayaan kita. Kita ingin semuanya untuk kita. Kita ingin nikmat dan bahagia dengan uang kita. Pencobaan akan kekayaan ini makin kuat terasa ketika konteks kehidupan dunia memberikan kita wawasan bahwa hidup itu sulit, hidup harus berjuang keras, hidup harus produktif dan menghasilkan ini dan itu, hidup harus menghasilkan materi banyak sehingga kita bahagia, ikut Tuhan itu susah dan menderita, tanpa materi kita akan menderita. Ini adalah pencobaan yang membuat kita tidak bertumbuh. Mengapa ? Sebab kekuatiran kita membunuh iman kita.
Yesus Kristus memberikan ajaran supaya kita jangan kuatir akan apa yang kita makan dan apa yang kita pakai. Semua itu dicari oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Yesus Kristus mengajarkan supaya kita mencari dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya maka semua akan ditambahkan kepadamu. Tuhan Yesus ingin kita menggantungkan hidup kita kepada Tuhan Allah sebagai pemelihara hidup kita yang berdaulat atas dunia ciptaan ini. Tuhan Yesus memberitahukan bahwa Bapa itu baik, mengasihi kita dan Dia tahu apa yang kita perlukan. Karena itu kita harus berdoa dan bergantung kepada Tuhan. Panggilan kita orang percaya adalah untuk selalu berelasi dan bergantung kepada Tuhan. Dan kedagingan kita tidak suka akan hal itu. Kita diharuskan memilih.
Kesimpulan
Dari penjelasan mengenai perumpaan mengenai penabur maka kembali kita harus menyadari apa yang Alkitab katakan mengenai hati kita. Amsal 4:23 mengatakan : “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” Hati kita yang sesungguhnya menjauh dari Tuhan memerlukan anugerah dari Tuhan supaya kita dapat menerima FirmanNya dan bertumbuh. Karena itu marilah kita berdoa kepada Tuhan untuk melembutkan hati kita menerima FirmanNya.
Tuhan Allah Bapa di surga,
Terima kasih untuk FirmanMu yang memberikanku pengertian
Saya seringkali berpikir diri saya baik
Sampai satu saat Kau singkapkan bahwa hatiku jauh daripadaMu
Seringkali hatiku terpikat pada dunia dan kenikmatanNya
Seringkali hatiku tidak percaya padaMu
Aku lebih suka memilih jalanku sendiri
Aku lebih suka menjadikan diriku pusat hidupku
Terima kasih Kau sadarkan keadaanku
Aku perlu anugerahMu
Aku perlu bergantung padaMu
Diluar Kristus aku tidak bisa berbuat apa-apa
Tuhan,
Tolong aku selalu bergantung kepada karya AnakMu di kayu salib
Supaya aku selalu berpegang pada Injil Tuhan Yesus
Dan aku percaya
Engkau akan membentuk aku semakin serupa dengan AnakMu
Dan itulah kerinduanku
Dalam nama Tuhan Yesus,
Saya berdoa dan mengucap syukur
Amin
Jeffrey Lim
www.iccccty.com
18-12-2012
No comments:
Post a Comment