Sunday, June 21, 2009

Dengan Anugerah Tuhan maka kita menang

Dengan Anugerah Tuhan maka kita menang
Jeffrey Limpingen

Hidup kita orang percaya ada tantangan
Hidup kita anak Tuhan ada perjuangan
Hidup kita orang benar penuh peperangan
Hidup kita semua tentu bukan gampangan

Untuk mundur memang mudah
Tetapi untuk maju tidak mudah
Ketika kita mundur kita kalah
Maka tidak ada kata menyerah

Peperangan dan perjuangan kita ini
Bukan melawan sesama kita
Tetapi menaklukan diri sendiri
Dan melawan penguasa angkasa

Hidup kita untuk bersatu
Melawan musuh bersama
Hidup kita untuk bersekutu
Mengatasi lawan bersama

Sendiri kita lemah sekali
Berdua atau bertiga lebih baik
Tidak ada kawan itu sulit sekali
Ada rekan itu anugerah ilahi

Mengandalkan diri kita lemah
Mengandalkan orang lain akan kalah
Mengandalkan Tuhan tak terkalah
Karena itu kita harus berserah

Kekuatan kita bukan pada diri
Kekuatan kita dari sang Pencipta
Karena itu kita jangan andalkan diri
Tetapi andalkan Sang Panglima

Dengan kekuatan diri tanpa anugerah
Maka kita semua akan kalah
Hanya mengandalkan anugerah
Dosa kejahatan yang akan kalah

Senjata kita bukan dari dunia
Senjata kita pemberian Tuhan
Firman Tuhan pedang roh kita
Pelindung kita adalah iman

Tanggalkan semua kegelapan
Bongkar semua penipuan
Singkapkan semua kebohongan
Gantikan dengan kebenaran

Senjata musuh adalah kebohongan
Kekuatan musuh adalah penipuan
Dengan sinar terang penyataan
Maka kejahatan dosa dipatahkan

Firman Tuhan
Darah Tuhan
Roh Tuhan
Semua sarana pengudusan

Pengakuan dan keterbukaan
Pertobatan dan perubahan
Pengudusan dan kemenangan
Ini adalah anugerah Tuhan

Hai kawanku terkasih di dalam Tuhan
Janganlah kau lesu letih dan lelah
Teruslah berjuang dengan anugerah Tuhan
Dan janganlah kalah ataupun mengalah

Sesuai dengan Janji Firman Tuhan
Sang Panglima sudah menang
Karena itu kita ada pengharapan
Dan di masa depan kita akan menang

Jia You !

Jeffrey Limpingen
21 Juni 2009
Bandung

Read More ....

Sunday, June 14, 2009

Perumpamaan tentang Penabur

Perumpamaan tentang Penabur
Jeffrey Limpingen

Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: "Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!" ( Matius 13:3-9 )

Tuhan Yesus banyak mengajar murid-muridnya tentang Kerajaan Allah melalui perumpamaan. Perumpamaan ini memang unik karena mengandung makna yang dalam yang melebihi sekedar kata-kata deskriptif. Perumpamaan membuat orang menjadi berpikir dan merenung karena maknanya lebih kaya daripada sekedar pengajaran proposional dalam bentuk kata-kata. Tuhan Yesus sebagai Mesias yang diurapi itu mempunyai misi mengajarkan perihal tentang kerajaan Allah. Apa itu kerajaan Allah ? Yaitu ketika Tuhan Allah meraja di dunia ini melalui umatNya. Dan bagaimana Allah meraja di dalam umatNya adalah dengan meraja di dalam hati mereka dan memimpin kehidupan mereka untuk memuliakan nama Tuhan. Uniknya perumpamaan kali ini mengajarkan kita mengenai perihal Allah yang meraja di hati.
Di dalam perumpamaan ini kita dapat menarik satu pandangan bahwa hati manusia adalah seperti tanah. Tanah ini ada yang subur dan ada yang gersang. Dan tanah yang subur akan memungkinkan kehidupan bagi tanaman sehingga tanaman hidup, bertumbuh dan berbuah. Inti dari pelajaran perumpamaan ini adalah bahwa perlu tanah yang subur supaya boleh terjadi kehidupan. Dan dikaitkan dengan kehidupan manusia adalah bahwa perlu hati yang lembut untuk menerima Firman Allah sehingga manusia yang mati rohani menjadi hidup rohaninya.
Pertanyaannya bagaimana membuat hati yang keras seperti tanah yang gersang menjadi hati yang lembut seperti tanah yang subur ? Sungguh ini adalah teka-teki ! Sungguh ini adalah satu rahasia ! Tetapi Alkitab menjelaskan bagaimana hal ini terjadi.
Hati manusia yang berdosa itu keras seperti tanah yang gersang. Hati manusia yang berdosa melawan Allah, tidak taat, tegar tengkuk dan bebal. Hati ini adalah hati yang mati dan hati yang berada di dalam kegelapan. Hati yang seperti ini dialami semua umat manusia. Sebab semua manusia sudah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah. Betapa malangnya manusia yang mati rohani ini.
Tetapi bersyukur kepada Tuhan bahwa di dalam nubuat nabi-nabi di dalam PL ada nubuat mengenai perjanjian Baru dimana Tuhan Allah akan memberikan hati yang baru kepada umatNya. Tuhan Allah akan memberikan hati yang lembut sehingga umatNya akan menaati Dia. Tuhan Allah akan memberikan RohNya dan TauratNya di dalam hati umatNya. Dan semua nubuat ini digenapi di dalam Yesus Kristus.
Yesus Kristus ketika mati di kayu salib maka kuasa kematian dan kebangkitanNya menyanggupkan merubah hati orang berdosa menjadi orang benar. Kuasa salib sanggup merubah manusia berdosa menjadi manusia rohani. Tuhan Allah melalui pekerjaan Anak Allah dan RohNya yang kudus memampukan keselamatan ini terjadi di dalam umatNya. Dengan kelahiran baru oleh Roh Kudus melalui pemberitaan Injil Kristus maka hati orang berdosa dapat kembali kepada Tuhan Allah dan diperdamaikan denganNya. Hati orang berdosa dapat dilembutkan dan menjadi seperti tanah yang subur. Setelah itu maka ada Firman Allah yang ditabur akan menghasilkan kehidupan rohani di dalam diri anak-anak Tuhan. Mereka akan berbuah. Mereka akan bertumbuh. Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. ( Gal 5:23-24 ).
Tetapi ada hal yang menarik. Proses Tuhan menyiapkan hati seseorang menjadi subur dan bisa ditabur Firman dan berbuah itu unik. Ada manusia yang cepat disiapkan hatinya dan mereka dapat segera menerima Firman dengan sukacita dan bertumbuh. Tetapi ada sebagian manusia yang sulit bertumbuh dan kehidupan mereka harus dikikis terlebih dahulu sebelum hati mereka lembut. Hal ini bisa melalui penderitaan ataupun bisa melalui ujian kesulitan hidup. Tetapi satu hal bahwa proses pelembutan hati itu adalah proses yang indah luar biasa. Roh Kudus melembutkan seseorang dengan anugerah yang tidak dapat ditolak sehingga manusia boleh lembut hatinya. Ini adalah anugerah Tuhan.
Bila kita belum merasakan kelembutan hati marilah kita terus berdoa dan meminta Tuhan merubah hati kita dan terus memproses hati kita supaya lembut. Bukti bahwa anda berdoa sudah menyatakan bahwa hati anda mulai sedikit lebih lembut sebab orang yang hati keras tidak akan berdoa dan merendahkan diri. Tetapi ketika anda berdoa maka anda harus terus berharap dan terus mendengar Firman. Sebab sebuah proses pelembutan ini kadang perlu pergumulan. Tapi satu hal imani bahwa Allah itu setia dan mengasihi anda karena itu teruslah berharap.

Jeffrey Limpingen
Minggu, 14 Juni 2009
Di saat teriluminasi dan merasakan anugerah Tuhan yang melembutkan hati

Read More ....

Monday, June 01, 2009

Ku tak mau dosa tapi ku mau Engkau

Ku tak mau dosa tapi ku mau Engkau
Jeffrey Limpingen

Ku tak mau dosa
Dosa membelenggu
Ku tak mau dosa
Ku hanya mau Hu

Tinggalkan kedagingan
Ikuti RohMu
Tinggalkan kefanaan
Pikul salibMu

Tolongku ya Tuhan
MengikutiMu
Ku lemah sendirian
Tolong sertaiku

Ku tak mau dosa
Dosa bawa binasa
Hanya mau percaya
Hidup kekal upahnya

Jeffrey Limpingen
1 Juni 2009
Di saat Tuhan beri kekuatan

Read More ....

Pelayan Tuhan yang kecil hati

Pelayan Tuhan yang kecil hati
Jeffrey Limpingen

Refleksi dari Keluaran 1-4

I. Perbudakan di Mesir dan perbudakan dosa

Di dalam peristiwa Keluaran dimulai dengan para anak Israel yang sudah menetap di Mesir. Pada mulanya semua berjumlah tujuh puluh ( 1:5) dan kemudian meninggallah Yusuf beserta saudara-saudaranya. Alkitab mencatat bahwa orang-orang Israel beranak cucu dan bertambah banyak dan berlipat ganda sehingga negeri dipenuhi mereka. Kejadian ini mengingatkan kita kepada berkat Allah yang diberikan di dalam Kitab Kejadian kepada umat manusia untuk beranak cucu dan memenuhi bumi. Berkat Allah ada pada orang Israel sebagai umat Tuhan dan juga ada pada kita sebagai umatNya.

Tetapi ada satu tragedi malang yang dihadapi bangsa Israel. Raja Mesir yang tidak mengenal Yusuf memerintah dan dia berniat untuk menindas bangsa Israel dengan keras. Akhirnya terjadi peristiwa perbudakan bangsa Israel. Perbudakan ini adalah perbudakan yang sangat bersifat kekerasan, kejam dan menyiksa fisik dan batin bangsa Israel. Mereka diperintahkan untuk kerja rodi dan paksa untuk mendirikan kota-kota perbekalan bagi Firaun.

Perbudakan seperti ini bukan hal yang main-main dan biasa. Bangsa Israel diperintahkan apa yang mereka tidak suka bahkan menyiksa mereka. Mereka malang dan mereka tidak bisa berbuat apa-apa selain menaati para penyiksa mereka. Kekerasan dan kekejaman demi kekejaman tertimpa pada umat Tuhan.

Di dalam peristiwa perbudakan bangsa Israel kita dapat melihat bahwa ini adalah analogi perbudakan manusia oleh dosa. Perbudakan itu membuat manusia menjadi hamba dosa. Perbudakan ini membuat manusia tidak bebas. Dan perbudakan ini membuat manusia menderita. Perbudakan secara fisik begitu mengerikan apalagi perbudakan secara batiniah oleh dosa. Perbudakan secara batiniah oleh dosa mengakibatkan banyak manusia menderita dan sengsara dibawah penguasa Iblis yang terus menyuruh manusia untuk berbuat dosa. Ini adalah tragedi umat manusia.

Refleksi

Dosa memang adalah masalah utama umat manusia. Alkitab mencatat bahwa semua manusia sudah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah ( Rom 3:23 ). Tidak ada seorangpun yang bisa menghindarkan diri dari dosa. Semua sudah berdosa dan di dalam dosa ini manusia tersiksa, malang, tidak berpengharapan dan juga akan binasa selama-lamanya sebab upah dosa ialah maut ( Rom 6:23 ). Siapakah yang dapat membebaskan manusia dari perbudakan dosa ? Hanya Tuhan Yesus.

Di dalam peristiwa Keluaran ini maka Musa adalah tipologi dari Kristus Yesus. Musa membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir adalah tipologi Kristus membebaskan kita dari perbudakan dosa.

II. Cerita seorang anak Tuhan bernama Musa

Cerita ini berlanjut di tengah-tengahnya cerita perbudakan ini, ada cerita kecil yang akan bergabung dengan cerita besar. Yaitu cerita kelahiran Musa. Musa lahir dan kita melihat satu keajaiban bahwa dia yang adalah orang ibrani bisa sampai menjadi seorang anak angkat puteri Firaun ( 2:10 ).

Musa sebagai seorang Ibrani menyadari identitasnya. Dia adalah orang Ibrani dan dia bukan orang Mesir. Sebetulnya Alkitab mencatat bahwa Musa setelah dewasa menolak disebut anak puteri Firaum ( Ibr 11:24 ). Padahal kalau kita renungkan sebetulnya posisi Musa itu sudah enak. Dia sudah menjadi bagian dari bangsa Mesir. Dia tidak menderita. Dia ada kemuliaan. Dia ada posisi. Dia ada harta. Dia ada kesenangan. Dia ada kemewahan. Dia ada nama. Dia ada segala sesuatu yang ditawarkan di Mesir. Namun Musa mempunyai mata rohani. Dia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah daripada untuk sementara kenikmati kesenangan dari dosa ( Ibr 11:25 ). Dia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah. Musa walaupun hidup di tengah-tengah orang-orang fasik tetapi masih mempunyai iman dan mempunyai mata rohani yang terang. Dia sadar bahwa hidup itu bukan untuk kenikmatan, bukan untuk kemewahan, bukan untuk kesenangan, bukan untuk diri tetapi untuk menjalani panggilan Tuhan. Dia menyadari panggilan yang mulia dari Tuhan. Tetapi ini baru separuh jalan.

Refleksi

Ketika kita di dalam hidup melihat bahwa hidup ini bukan untuk menikmati dunia tetapi untuk menjalani panggilan Tuhan maka kita berada di dalam jalan hidup yang benar yaitu di dalam jalan Tuhan. Tetapi perjalanan itu penuh dengan tantangan dan penuh dengan perjuangan serta kesulitan. Kita dipanggil Tuhan untuk melayani Tuhan namun dengan cara yang bagaimana ?

III. Cerita Musa menjalani pelayanan dengan caranya sendiri

Sebagai seorang Ibrani maka Musa melihat kesengsaraan umat Allah. Dia tergerak dan Musa mempunyai gerakan yang mulia untuk menyelesaikan kesengsaraan umat Allah. Tetapi Musa menjalani dengan caranya sendiri. Musa bertindak lebih cepat dari speedo Tuhan. Musa bergerak dengan keinginannya sendiri. Ketika dia melihat seorang Mesir memukul saudaranya orang Ibrani maka dia membunuh orang Mesir itu ( Kel 2:12). Ini adalah langkah awal dia melangkah dengan caranya sendiri untuk mencoba menyelesaikan masalah perbudakan yang ada.

Keesokan hari dari peristiwa ini maka Musa mencoba melerai saudara-saudaranya yang sedang bertikai. Motivasi Musa sebenarnya baik tetapi dia menjalani dengan kekuatan dan hikmatnya sendiri. Dia mencoba menyelesaikan semua masalah bangsanya dengan hikmat dan kemampuannya sendiri. Dan dia gagal.

Orang Ibrani tidak mau mendengarkan perkataan Musa dan bahkan membongkar rahasia pembunuhan yang dilakukan oleh Musa terhadap orang Mesir dan akhirnya Musa harus melarikan diri karena hendak dibunuh oleh Raja Mesir. Musa akhirnya melarikan diri ke Median ( Kel 2:16 )

Pelayan Tuhan yang kecil hati
Jeffrey Limpingen

Refleksi dari Keluaran 1-4

I. Perbudakan di Mesir dan perbudakan dosa

Di dalam peristiwa Keluaran dimulai dengan para anak Israel yang sudah menetap di Mesir. Pada mulanya semua berjumlah tujuh puluh ( 1:5) dan kemudian meninggallah Yusuf beserta saudara-saudaranya. Alkitab mencatat bahwa orang-orang Israel beranak cucu dan bertambah banyak dan berlipat ganda sehingga negeri dipenuhi mereka. Kejadian ini mengingatkan kita kepada berkat Allah yang diberikan di dalam Kitab Kejadian kepada umat manusia untuk beranak cucu dan memenuhi bumi. Berkat Allah ada pada orang Israel sebagai umat Tuhan dan juga ada pada kita sebagai umatNya.
Tetapi ada satu tragedi malang yang dihadapi bangsa Israel. Raja Mesir yang tidak mengenal Yusuf memerintah dan dia berniat untuk menindas bangsa Israel dengan keras. Akhirnya terjadi peristiwa perbudakan bangsa Israel. Perbudakan ini adalah perbudakan yang sangat bersifat kekerasan, kejam dan menyiksa fisik dan batin bangsa Israel. Mereka diperintahkan untuk kerja rodi dan paksa untuk mendirikan kota-kota perbekalan bagi Firaun.
Perbudakan seperti ini bukan hal yang main-main dan biasa. Bangsa Israel diperintahkan apa yang mereka tidak suka bahkan menyiksa mereka. Mereka malang dan mereka tidak bisa berbuat apa-apa selain menaati para penyiksa mereka. Kekerasan dan kekejaman demi kekejaman tertimpa pada umat Tuhan.
Di dalam peristiwa perbudakan bangsa Israel kita dapat melihat bahwa ini adalah analogi perbudakan manusia oleh dosa. Perbudakan itu membuat manusia menjadi hamba dosa. Perbudakan ini membuat manusia tidak bebas. Dan perbudakan ini membuat manusia menderita. Perbudakan secara fisik begitu mengerikan apalagi perbudakan secara batiniah oleh dosa. Perbudakan secara batiniah oleh dosa mengakibatkan banyak manusia menderita dan sengsara dibawah penguasa Iblis yang terus menyuruh manusia untuk berbuat dosa. Ini adalah tragedi umat manusia.
Refleksi
Dosa memang adalah masalah utama umat manusia. Alkitab mencatat bahwa semua manusia sudah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah ( Rom 3:23 ). Tidak ada seorangpun yang bisa menghindarkan diri dari dosa. Semua sudah berdosa dan di dalam dosa ini manusia tersiksa, malang, tidak berpengharapan dan juga akan binasa selama-lamanya sebab upah dosa ialah maut ( Rom 6:23 ). Siapakah yang dapat membebaskan manusia dari perbudakan dosa ? Hanya Tuhan Yesus.
Di dalam peristiwa Keluaran ini maka Musa adalah tipologi dari Kristus Yesus. Musa membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir adalah tipologi Kristus membebaskan kita dari perbudakan dosa.





II. Cerita seorang anak Tuhan bernama Musa

Cerita ini berlanjut di tengah-tengahnya cerita perbudakan ini, ada cerita kecil yang akan bergabung dengan cerita besar. Yaitu cerita kelahiran Musa. Musa lahir dan kita melihat satu keajaiban bahwa dia yang adalah orang ibrani bisa sampai menjadi seorang anak angkat puteri Firaun ( 2:10 ).
Musa sebagai seorang Ibrani menyadari identitasnya. Dia adalah orang Ibrani dan dia bukan orang Mesir. Sebetulnya Alkitab mencatat bahwa Musa setelah dewasa menolak disebut anak puteri Firaum ( Ibr 11:24 ). Padahal kalau kita renungkan sebetulnya posisi Musa itu sudah enak. Dia sudah menjadi bagian dari bangsa Mesir. Dia tidak menderita. Dia ada kemuliaan. Dia ada posisi. Dia ada harta. Dia ada kesenangan. Dia ada kemewahan. Dia ada nama. Dia ada segala sesuatu yang ditawarkan di Mesir. Namun Musa mempunyai mata rohani. Dia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah daripada untuk sementara kenikmati kesenangan dari dosa ( Ibr 11:25 ). Dia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah. Musa walaupun hidup di tengah-tengah orang-orang fasik tetapi masih mempunyai iman dan mempunyai mata rohani yang terang. Dia sadar bahwa hidup itu bukan untuk kenikmatan, bukan untuk kemewahan, bukan untuk kesenangan, bukan untuk diri tetapi untuk menjalani panggilan Tuhan. Dia menyadari panggilan yang mulia dari Tuhan. Tetapi ini baru separuh jalan.
Refleksi
Ketika kita di dalam hidup melihat bahwa hidup ini bukan untuk menikmati dunia tetapi untuk menjalani panggilan Tuhan maka kita berada di dalam jalan hidup yang benar yaitu di dalam jalan Tuhan. Tetapi perjalanan itu penuh dengan tantangan dan penuh dengan perjuangan serta kesulitan. Kita dipanggil Tuhan untuk melayani Tuhan namun dengan cara yang bagaimana ?

III. Cerita Musa menjalani pelayanan dengan caranya sendiri

Sebagai seorang Ibrani maka Musa melihat kesengsaraan umat Allah. Dia tergerak dan Musa mempunyai gerakan yang mulia untuk menyelesaikan kesengsaraan umat Allah. Tetapi Musa menjalani dengan caranya sendiri. Musa bertindak lebih cepat dari speedo Tuhan. Musa bergerak dengan keinginannya sendiri. Ketika dia melihat seorang Mesir memukul saudaranya orang Ibrani maka dia membunuh orang Mesir itu ( Kel 2:12). Ini adalah langkah awal dia melangkah dengan caranya sendiri untuk mencoba menyelesaikan masalah perbudakan yang ada.
Keesokan hari dari peristiwa ini maka Musa mencoba melerai saudara-saudaranya yang sedang bertikai. Motivasi Musa sebenarnya baik tetapi dia menjalani dengan kekuatan dan hikmatnya sendiri. Dia mencoba menyelesaikan semua masalah bangsanya dengan hikmat dan kemampuannya sendiri. Dan dia gagal.
Orang Ibrani tidak mau mendengarkan perkataan Musa dan bahkan membongkar rahasia pembunuhan yang dilakukan oleh Musa terhadap orang Mesir dan akhirnya Musa harus melarikan diri karena hendak dibunuh oleh Raja Mesir. Musa akhirnya melarikan diri ke Median ( Kel 2:16 )
Refleksi
Di dalam hidup melayani Tuhan, seringkali kita menjalani pelayanan dengan cara kita sendiri dan bergantung pada hikmat kita sendiri. Kita menyangka bahwa kita adalah orang yang bisa menyelesaikan masalah tetapi sesungguhnya kita adalah orang yang sebetulnya menambah masalah yang ada Kita harus menjalani panggilan Tuhan di dalam pelayanan dengan cara Tuhan. Di luar Kristus kita tidak bisa berbuat apa-apa. Bila ingin melayani maka harus dengan cara dan waktu Tuhan.

IV. Keterasingan Musa pelayan Tuhan

Ada saat dimana ketika Tuhan hendak membuat seseorang melayani maka Tuhan memasukkan dia kepada sekolah padang gurun. Musa harus menjalani masa 40 tahun di padang gurun. Ini adalah tragedi bagi hidup Musa. Cita-cita dan visi dia boleh berbagian menyelesaikan pergumulan umat Allah menjadi berantakan dan juga dia menjadi seorang asing di dalam padang. Musa harus menjalani hidup sebagai gembala sampai dia harus menamai anaknya yaitu Gersom yang artinya Aku telah menjadi seorang pendatang di negeri asing.
Musa di dalam dirinya menyadari ada cita-cita mulia. Itu seharusnya tujuan hidupnya tetapi dia merasa dia tidak menjalani tujuan hidup itu. Dan dia merasa terasing di negeri asing. Dia merasa tidak berguna dan merasa kosong. Tetapi toh dia harus hidup maka dia menjalani tugas kesehariannya di dalam sekedar mengisi hidup. Di dalam 40 tahun ini Musa belajar artinya kosong tanpa Tuhan. Dia menyadari dia tidak bisa apa-apa tanpa Tuhan.
Refleksi
Kita sebagai pelayan Tuhan seringkali di dalam hidup kita tahu bahwa tujuan hidup adalah untuk menjalani panggilan Tuhan. Tetapi karena kesalahan kita maka kita menjalani hidup yang rasanya hampa sebab tidak menjalani panggilan ini. Tetapi sesungguhnya semua panggilan Tuhan itu ada waktu Tuhan. Ada masa Tuhan. Ada speedo Tuhan. Kita tidak bisa lebih cepat atau lebih lambat. Sebab Dia Tuhan yang empunya pelayanan.

V. Tragedi umat Allah dan Allah yang mendengarkan mereka

Alkitab mencatat bahwa Raja Mesir kemudian mati. Tetapi orang Israel masih mengeluh di dalam tragedi perbudakan. agedi yang menyebabkan bangsa Israel ini mengakibatkan mereka berteriak dan berseru-seru. Teriak minta tolong mereka sampai kepada Allah ( 2:23 ).
Betapa satu hal yang luar biasa yaitu Alkitab mencatat Allah mendengar mereka mengerang. Allah kita bukan Allah yang tinggal diam ketika terjadi kejahatan. Allah kita bukan Allah yang tuli dan bisu seperti berhala Mesir. Allah kita adalah Allah yang hidup dan mendengar keluhan anak-anakNya. Dan lebih dari itu Allah kita adalah Allah yang baik. Alkitab mencatat bahwa Ia mengingat kepada perjanjianNya dengan Abraham, Ishak dan Yakub ( Kel 2:24 ). Ini menunjukkan bahwa Allah kita adalah Allah yang setia.
Karena Ia setia maka Ia akan bertindak ketika umatNya berada di dalam perbudakan dan kejahatan. Dia tidak diam. Dia mengamati dan Dia akan bertindak.


Refleksi
Di dalam kehidupan kita sebagai umat Allah dan di dalam kehidupan saudara-saudara kita yang kita kasihi seringkali kita melihat realita kejahatan yang menguasai dan memperbudak. Tentunya kita berteriak dan mengeluh. Tetapi sebetulnya Allah tidak tinggal diam. Dia mengamati. Semua ada waktunya Dia akan bertindak. Sabar dan nantikanlah Allah. Mata Tuhan ada pada orang yang berseru kepadaNya dan mengharap kasih karuniaNya.

VI. Pengutusan Musa dan kekecilan hatinya

Tuhan Allah tidak pernah terlambat bertindak. Setelah membiarkan Musa bergumul di dalam kekosongan dan ketidakberartian maka ada saatnya Dia memanggil Musa. Musa memang dipanggil Tuhan menjadi alatNya. Seperti Yeremia maka setiap pelayan Tuhan seperti Musa juga adalah dipanggil Tuhan sebelum mereka lahir. Tuhan sudah menetapkan pelayanNya di dalam kekekalan untuk melayani Dia. Dan di dalam waktu sementara ini Dia menjalankan pemanggilanNya kepada Musa dan juga kepada setiap pelayan Tuhan. Memang Tuhan adalah Tuhan yang bijaksana. Dia hendak memakai hambaNya setelah hambaNya sadar bahwa dia harus bergantung kepada Tuhan sebab dia tidak bisa apa-apa. Kadang Tuhan harus membiarkan seseorang mengalami padang gurun di dalam jiwanya sebelum Tuhan memakainya.
Alkitab mencatat bahwa di dalam diri Musa ada kekecilan hati ketika Dia memanggil Musa. Musa terus berdialog dan ingin menghindar dari panggilan Tuhan. Dia sudah merasa minder dan merasa tidak mampu melayani Tuhan. Mari kita refleksikan kekecilan hati Musa.
Musa sebagai seorang pemuda pada awalnya mempunyai idealisme tinggi dan percaya kepada dirinya sendiri. Dia tahu dia dipanggil Tuhan. Dia merasakan panggilanNya. Dia seorang yang rohani dan hidupnya diarahkan buat Tuhan dan pelayanan. Tetapi dia gegabah dan bertindak di luar waktu Tuhan dan dengan kekuatan serta hikmat sendiri. Dia pernah melakukan kesalahan. Dia bahkan tidak dipercaya oleh umat Tuhan. Ini pasti satu pukulan yang dasyat. Di tambah satu hal yaitu bahwa dia harus menggembara selama 40 tahun dan hidup seakan-akan tidak menjalani panggilan Tuhan. Pasti dia sudah merasa kosong dan kapok. Dia merasa minder dan merasa tidak berguna karena dia tahu nilai dirinya adalah panggilannya dan ketika dia tidak menjalani panggilan itu maka dia merasa dirinya tidak ada artinya.
Refleksi
Mungkin di antara kita ada saatnya kita melakukan satu kesalahan yang besar. Mungkin kita tahu kita dipanggil untuk melayani. Tetapi karena kecerobohan dan kesalahan kita maka kita sepertinya tidak bisa melayani Tuhan dan merasa terbuang serta mengalami kekosongan. Tetapi sesungguhnya kita harus sadar sesuatu bahwa pelayanan itu adalah milik Tuhan dan Tuhan ada waktunya untuk memakai seseorang. Ada saatnya Tuhan menguji dan Tuhan membentuk seseorang supaya dia sadar bahwa dia tidak bisa apa-apa dan harus bergantung kepada Tuhan. Inilah yang dialami Musa atau mungkin dialami kita. Musa harus mengalami pengalaman pahit bahkan kosong selama 40 tahun. Ini bukan pengalaman yang mudah. 40 tahun sanggup menjadikan seseorang menjadi sangat kecil hati. Bahkan ketika Tuhan Allah memberikan tanda mujizat tongkat menjadi ularpun Musa tetap kecil hati. Ini keminderan yang luar biasa dalam.
Refleksi
Kita pasti bukan seorang pelayan Tuhan sebesar Musa. Sangat sangat jauh dari itu. Dan Musa memang adalah pelayan Tuhan yang khusus dan Alkitab mengatakan juga bahwa dia sangat rendah hati tidak ada yang bisa menyamainya kecuali tentunya Tuhan Yesus. Kita harus sadar kita seorang yang kecil dan juga kita diuji bukan seperti pencobaan Musa yang harus selama 40 tahun mengalami kekosongan. Mungkin di dalam diri kita cuma satu atau dua atau sampai lima tahun mengalami kekosongan. Tetapi satu hal yaitu ada prinsip yang sama yaitu kita harus menanti Tuhan memanggil kita kembali dengan panggilanNya yang efektif. Bila Dia memanggil maka panggilan itu efektif.

VII. Rekan bagi Musa

Ketika Musa merasa dirinya tidak mampu maka Tuhan yang maha pengerti memberikan rekan kepada Musa yaitu Harun (4:14). Musa dipanggil tidak sendirian. Tuhan menyediakan penolong. Tuhan Allah tahu kebutuhan Musa. Musapun sekarang tidak bekerja sendiri tetapi di dalam team work. Dia tahu bahwa sendiri itu tidak bisa berbuat apa-apa. Dia perlu rekan. Dia perlu bantuan orang lain dan Tuhan Allah menyediakan rekan bagi Musa.
Refleksi
Di dalam hidup kita ketika melayani, kitapun memerlukan rekan untuk bekerja sama. Kita tidak bisa melayani seorang diri. Kita membutuhkan orang yang lebih rohani ataupun saudara seiman kita atau mungkin Tuhan juga anugerahkan penolong bagi kita. Kita semua butuh rekan apalagi di dalam gereja Tuhan kita semua adalah satu tubuh yang harus bekerja sama. Kita semua harus sama-sama berbagian di dalam membangun tubuh Kristus. Karena itu semangat kita bukan individu tetapi korporat.

VIII. Musa menaati panggilan Tuhan di dalam ketaatan

Akhirnya Musa yang kecil hati tidak bisa melarikan diri dari panggilan Tuhan. Seorang pelayan Tuhan tidak bisa melarikan diri dari panggilan Tuhan. Tuhan akan memukul dia atau akan membuang dia bila dia melarikan diri dari panggilanNya. Panggilan Tuhan itu efektif. Seperti Yunus yang tidak mampu melarikan diri dari panggilan Tuhan maka Musapun tidak mampu melarikan diri dari realita harus melayaniNya di dalam membebaskan umat Tuhan. Namun puji Tuhan Musa taat
Refleksi
Bila kita sungguh-sungguh di panggil Tuhan ada satu hal yang penghiburan besar sekaligus satu hal yang mengerikan yaitu kita tidak bisa lari dari panggilanNya yang efektif. Satu-satunya respon yang baik adalah kita menaati panggilan Tuhan.

Jeffrey limpingen
Bandung
Senin, 1 Juni 2009
Di negeri asing

Read More ....
Powered By Blogger

LIMPINGEN BLOG