Tuesday, November 07, 2006

Paradigma berbuah sebagai lawan dari paradigma pengembangan diri

Bagaimana saya harus hidup sebagai orang Kristen ? :
Paradigma berbuah sebagai lawan daripada paradigma pengembangan diri
- Jeffrey Lim-

“Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.” ( Yoh 15:8 )

Bagaimana seharusnya orang Kristen itu hidup ? Ini pertanyaan yang harus dipikirkan. Mungkin jawabannya sederhana yaitu untuk memuliakan Allah, untuk bertumbuh semakin serupa Kristus. Tetapi sebenarnya jawabannya tidak sesederhana seperti jawaban naive anak-anak. Mengapa ? Sebab di dalam konteks jaman ini kita menghadapi zeitgeist ( spirit ) jaman yang sedang melanda kita dan pasti akan mempengaruhi pemikiran kita mengenai bagaimana kita harus bertumbuh menjadi serupa dengan Kristus.
Di jaman yang penuh dengan kekosongan dan penuh dengan penderitaan hidup ini, banyak ditawarkan teori mengenai pengembangan diri. Teori psikologi, teori managemen, teori kepemimpinan, teori motivasi semuanya banyak membahas mengenai hal ini. Coba perhatikan ada zeitgeist ( spirit ) apa di balik semua ini ? Teori-teori semua ini mempunyai pandangan bahwa kita semua perlu untuk mengembangkan diri makin maju dan makin makin maju. Bahkan paradigma pengembangan diri ini banyak masuk ke dalam teologi dan lebih dari itu ke dalam kehidupan orang Kristen.
Buat apa saya membaca Alkitab ? Supaya saya bertumbuh ! Buat apa saya bertumbuh ? Supaya semakin serupa dengan Kristus ! Buat apa saya bertumbuh ? Supaya saya maju di dalam Tuhan ! Kedengarannya ok bukan ? Memang sebenarnya ini ok. Tetapi marilah kita melihat jangan secara fenomena saja. Marilah kita melihat esensi dibalik semua ini.
Di balik semua filsafat pengembangan diri itu ada satu titik point yang perlu kita renungkan, yaitu : kekurangan. Mengapa saya harus maju ? Karena pada saat ini saya kurang dan karena itu saya harus maju. Apakah merasa kurang itu baik ? Pada pengertian tertentu merasa kurang itu baik karena merasa kurang itu menandakan kita mau maju dan juga menandakan kita mau bertumbuh. Tetapi pertanyaannya apakah hidup kita orang Kristen titik permulaannya adalah dari kekurangan ?.
Dengan titik point kekurangan maka manusia tidak akan pernah mencapai puas. Mengapa ? Sebab bila seseorang sudah maju maka dia akan merasa masih kurang dan masih kurang. Kemudian dia akan berusaha maju dan maju terus tetapi setelah sampai maju dia akan merasa dia tetap kurang. Dan inilah siklus hidup sampai mati. Mati di dalam kekurangan.
Kemudian dibalik paradigma pengembangan diri itu ada pandangan bahwa manusia itu harus terus maju menjadi manusia yang semakin utuh. Pandangan ini bisa adalah pandangan humanisme di mana manusia hendak menjadi allahnya sendiri dan juga adalah pandangan spiritualitas baik Timur seperti New Age Movement atau seperti Budhisme. Manusia hendak maju menuju kesempurnaan. Dan ini adalah pandangan dan paradigma yang tidak Alkitabiah.
Lalu bagaimana seharusnya paradigma hidup bertumbuh itu ? Apakah starting pointnya adalah kekurangan ? Apakah tujuannya kesempurnaan manusia yang utuh ?
Kita perlu merenungkan bahwa ketika kita menerima Tuhan Yesus Kristus maka pada saat itu kita diselamatkan. Keselamatan sudah terjadi ( already ) tetapi belum digenapi sepenuhnya ( not yet ). Bila kita mati maka pasti kita akan ke surga walaupun hidup kita masih banyak yang tidak beres. Mengapa ? Sebab keselamatan di dalam Kristus bukan berpusat pada kesempurnaan. Bukan berpusat pada pekerjaan manusia. Keselamatan di dalam Kristus adalah anugerah dari Tuhan. Keselamatan di dalam Kristus adalah pemberian dari atas.
Lalu apa yang terjadi ketika seseorang menerima Kristus ? Alkitab mengatakan bahwa barangsiapa di dalam Kristus ia adalah ciptaan yang baru. Menjadi ciptaan baru berarti ada hidup baru. Hidup baru ini mempunyai natur dan status yang baru. Yang ingin ditekankan disini adalah ketika kita di dalam Kristus maka kita sudah menjadi anak Allah, sudah selamat bahkan sudah menjadi orang benar dan orang kudus. Berbeda dengan paradigma pengembangan diri yaitu bahwa starting point kita di dalam pertumbuhan adalah already. Kita sudah. Kita sudah diselamatkan, sudah dibenarkan, sudah diampuni, sudah menjadi anak Allah, sudah menjadi orang kudus. Jadi starting pointnya yaitu kita bukan kekurangan. Tetapi lebih dari itu kita mempunyai kelimpahan. Sebab Kristus datang supaya kita memperoleh hidup bahkan di dalam kelimpahan. Maka starting point kita adalah kecukupan seperti kata Mazmur 23 : Tuhan adalah gembalaku, aku tidak kekurangan.
Kelihatan simple bukan ? Tetapi sesungguhnya tidak. Starting point kepuasan ini melawan semua teori pengembangan diri baik psikologi, managemen, motivasi, kepemimpinan.
Kalau begitu paradigma apa yang harus kita pegang di dalam pertumbuhan ? Yaitu paradigma berbuah. Alkitab mengajarkan bahwa kita dipanggil untuk berbuah, dipanggil untuk menjadi berkat, dipanggil untuk menjadi garam dan terang dunia. Ketika seseorang percaya Kristus sebenarnya buah ini sudah ada yaitu buah pertobatan. Bahkan terang dan garam dunia ini bukan sesuatu yang kita kejar dan raih dimana kita terus ingin bertumbuh. Terang dan garam dunia ini adalah identitas kita. Ini adalah diri kita di dalam Kristus. Tetapi lebih daripada itu Tuhan memanggil kita untuk berbuah dan menjadi berkat.
Dengan starting point kecukupan dan kepuasan rohani di dalam Tuhan maka kita dipanggil untuk semakin berbuah bukan semakin sempurna diri kita seperti teori pengembangan diri. Dan buat apa kita berbuah ? Yaitu supaya nama Tuhan dipermuliakan. Supaya nama Tuhan dipermuliakan ! Nah inilah tujuan hidup orang Kristen di dalam dunia.
Saudara-saudari, teman-teman, Bila menyadari dalam hati bahwa di dalam diri ada kekurangan dan ingin dipuaskan, maka jangan lari kepada teori pengembangan diri yang akan membawa kepada kehausan yang makin dalam tetapi marilah datang kepada sumber air kehidupan yaitu Tuhan Allah sendiri. Yesus berseru: "Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup“ ( Yoh 7:37-38 ). Datanglah kepada Allah seperti rusa yang haus dan merindukan sungai ( Maz 42 ), maka jiwamu akan dipuaskan. Kemudian marilah kita berbuah bagi Tuhan.

Soli Deo Gloria, Jakarta, 29 Maret 2006

No comments:

Powered By Blogger

Blog Archive

LIMPINGEN BLOG