Fondasi kerohanian : Percaya diri vs Percaya kepada Kristus
Jeffrey Lim
“Karena kitalah orang-orang bersunat, yang beribadah oleh Roh Allah, dan bermegah dalam Kristus Yesus dan tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah. Sekalipun aku juga ada alasan untuk menaruh percaya pada hal-hal lahiriah. Jika ada orang lain menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, aku lebih lagi : disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, tetang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi, tentang kegiatan aku penganiayaan jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat”
“Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang malah kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu berdasarkan yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan” ( Filipi 3:3-9 )
Di dalam dunia sekarang banyak diajarkan yang penting adalah percaya diri. Yang penting adalah percaya kepada kemampuan diri dan percaya kepada sumber yang berada dalam diri. Yang penting adalah merasa nyaman dengan diri dan juga yang penting adalah merasa bangga terhadap diri.
Kalau seseorang mau melamar kerja maka yang ditonjolkan pasti hal-hal yang baik seperti talenta, kemampuan, pengalaman kerja, pencapaian, umur dan pendidikan. Kalau seseorang mau masuk sekolah Alkitab maka yang dituliskan adalah kesaksian, pelayanan, talenta, baptisan. Kita semua cenderung menonjolkan dan menggantungkan diri kita pada hal-hal yang lahiriah. Bagaimana dengan kehidupan rohani kita ? Apakah bergantung kepada hal-hal lahiriah ? Hal apakah yang Tuhan inginkan kita bergantung ? Tentunya bukan hal-hal lahiriah.
Kalau kita melihat Paulus sebelum mengenal Kristus, dia membanggakan hal-hal lahiriahnya. Dia percaya pada dirinya. Dia mendasarkan keagamaannya pada hal-hal yang bersifat perbuatan moral. Tetapi sebenarnya Kekristenan itu bukan masalah agama tetapi masalah relasi dengan Allah. Kekristenan bukan masalah perbuatan moral yang sempurna untuk dibenarkan dihadapan Allah tetapi masalah pengampunan oleh Allah.
Puji Tuhan, setelah Paulus mengenal Kristus, dia sadar bahwa kebanggaan keagamaannya semua hilang dan dia menganggap semuanya sampah. Dia menganggap bahwa mengenal Kristus adalah yang mulia adanya. Ini lebih dari segala sesuatu. Paulus juga menyadari bahwa sekarang kebenaran dia yang sesungguhnya bukan karena perbuatan moral yang sempurna tetapi karena iman di dalam Yesus Kristus.
Ada pelajaran bagi kita yaitu bahwa di dalam kehidupan rohani kita, yang menjadi dasar adalah bukan hal-hal lahiriah. Yang menjadi dasar fondasi kerohanian kita bukan sebagaimana kita pelayanan, sebagaimana kita giat melakukan Firman, sebagaimana kita giat melaksanakan pekerjaan Tuhan. Yang menjadi fondasi kerohanian kita adalah Kristus dan karyaNya. Yang menjadi fondasi kerohanian kita adalah kematiannya di kayu salib untuk menebus dosa manusia. Yang menjadi fondasi kerohanian kita adalah kebenaran Kristus yang sempurna yang diberikan kepada kita. Karena itu maka bagi kita yang terpenting adalah bergantung dan percaya kepada Kristus di dalam kerohanian kita.
Tidak peduli sebaik apapun kita, dihadapan Allah kita adalah tidak ada apa-apa. Dan tidak peduli sebobrok apapun kita, dihadapan Allah bila kita mengenal dan beriman kepada Kristus kita adalah benar dihadapanNya. Dasar kerohanian kita adalah percaya kepada Kristus. Dasar kepercayaan kita adalah Kristus dan FirmanNya.
Amin !
Jeffrey Lim
limpingen@gmail.com
Seri renungan singkat
Guang Zhou 10 April 2007
Jeffrey Lim
“Karena kitalah orang-orang bersunat, yang beribadah oleh Roh Allah, dan bermegah dalam Kristus Yesus dan tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah. Sekalipun aku juga ada alasan untuk menaruh percaya pada hal-hal lahiriah. Jika ada orang lain menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, aku lebih lagi : disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, tetang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi, tentang kegiatan aku penganiayaan jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat”
“Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang malah kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu berdasarkan yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan” ( Filipi 3:3-9 )
Di dalam dunia sekarang banyak diajarkan yang penting adalah percaya diri. Yang penting adalah percaya kepada kemampuan diri dan percaya kepada sumber yang berada dalam diri. Yang penting adalah merasa nyaman dengan diri dan juga yang penting adalah merasa bangga terhadap diri.
Kalau seseorang mau melamar kerja maka yang ditonjolkan pasti hal-hal yang baik seperti talenta, kemampuan, pengalaman kerja, pencapaian, umur dan pendidikan. Kalau seseorang mau masuk sekolah Alkitab maka yang dituliskan adalah kesaksian, pelayanan, talenta, baptisan. Kita semua cenderung menonjolkan dan menggantungkan diri kita pada hal-hal yang lahiriah. Bagaimana dengan kehidupan rohani kita ? Apakah bergantung kepada hal-hal lahiriah ? Hal apakah yang Tuhan inginkan kita bergantung ? Tentunya bukan hal-hal lahiriah.
Kalau kita melihat Paulus sebelum mengenal Kristus, dia membanggakan hal-hal lahiriahnya. Dia percaya pada dirinya. Dia mendasarkan keagamaannya pada hal-hal yang bersifat perbuatan moral. Tetapi sebenarnya Kekristenan itu bukan masalah agama tetapi masalah relasi dengan Allah. Kekristenan bukan masalah perbuatan moral yang sempurna untuk dibenarkan dihadapan Allah tetapi masalah pengampunan oleh Allah.
Puji Tuhan, setelah Paulus mengenal Kristus, dia sadar bahwa kebanggaan keagamaannya semua hilang dan dia menganggap semuanya sampah. Dia menganggap bahwa mengenal Kristus adalah yang mulia adanya. Ini lebih dari segala sesuatu. Paulus juga menyadari bahwa sekarang kebenaran dia yang sesungguhnya bukan karena perbuatan moral yang sempurna tetapi karena iman di dalam Yesus Kristus.
Ada pelajaran bagi kita yaitu bahwa di dalam kehidupan rohani kita, yang menjadi dasar adalah bukan hal-hal lahiriah. Yang menjadi dasar fondasi kerohanian kita bukan sebagaimana kita pelayanan, sebagaimana kita giat melakukan Firman, sebagaimana kita giat melaksanakan pekerjaan Tuhan. Yang menjadi fondasi kerohanian kita adalah Kristus dan karyaNya. Yang menjadi fondasi kerohanian kita adalah kematiannya di kayu salib untuk menebus dosa manusia. Yang menjadi fondasi kerohanian kita adalah kebenaran Kristus yang sempurna yang diberikan kepada kita. Karena itu maka bagi kita yang terpenting adalah bergantung dan percaya kepada Kristus di dalam kerohanian kita.
Tidak peduli sebaik apapun kita, dihadapan Allah kita adalah tidak ada apa-apa. Dan tidak peduli sebobrok apapun kita, dihadapan Allah bila kita mengenal dan beriman kepada Kristus kita adalah benar dihadapanNya. Dasar kerohanian kita adalah percaya kepada Kristus. Dasar kepercayaan kita adalah Kristus dan FirmanNya.
Amin !
Jeffrey Lim
limpingen@gmail.com
Seri renungan singkat
Guang Zhou 10 April 2007
No comments:
Post a Comment