Siapakah saya ? Coba renungkan kalimat ini ! Setiap pertanyaan yang benar memerlukan jawaban yang bukan gampangan. Respon kita terhadap pertanyaan yang benar di dalam hidup kita menandakan bijaksana kita. Pertanyaan yang baik harus dijawab dengan jawaban yang tepat. Pertanyaan siapakah saya ini sangat penting karena pertanyaan ini menanyakan pengertian mengenai identitas kita. Identitas ini sangat penting karena menentukan kemana kita akan melangkah. Identitas ini sangat penting karena menentukan seluruh jalannya hidup kita.
Misalnya jawaban siapakah saya adalah Anton. Itu adalah nama saya. Adakah makna di dalam nama saya ? Ataukah mungkinkah nama saya dirubah ? Apakah nama saya menentukan karakteristik saya ?
Misalnya pertanyaan siapakah saya dijawab bahwa saya adalah pelajar. Kita harus mengerti bahwa pelajar adalah orang yang belajar di pendidikan formal. Ini berarti melihat saya dari predikat saya. Tetapi predikat pelajar ini mungkin satu saat bisa berubah menjadi pensiunan. Jadi siapakah saya ? Ini pertanyaan yang memerlukan pemikiran yang dalam. Sebab kita memerlukan pengenalan diri yang tetap dan tidak berubah. Kita perlu kenal identitas kita yang tetap. Identitas yang berubah itu tidak akan tahan lama.
Untuk menjawab pertanyaan ini mari kita renungkan ada satu orang yang mengetahui identitas dirinya dengan tepat dan tetap dan tidak berubah. Untuk mengerti itu marilah kita melihat ayat-ayat pembuka surat Paulus ! Mari kita refleksikan sebentar !
Dari Paulus, hamba Kristus Yesus, yang dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah. (Rom 1:1)
Dari Paulus, yang oleh kehendak Allah dipanggil menjadi rasul Kristus Yesus, dan dari Sostenes, saudara kita, (1Kor 1:1)
Dari Paulus, seorang rasul, bukan karena manusia, juga bukan oleh seorang manusia, melainkan oleh Yesus Kristus dan Allah, Bapa, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, (Gal 1:1)
Dari Paulus, rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah, kepada orang-orang kudus di Efesus, orang-orang percaya dalam Kristus Yesus. (Ef 1:1)
Dari Paulus, rasul Kristus Yesus menurut perintah Allah, Juruselamat kita, dan Kristus Yesus, dasar pengharapan kita, (1Ti 1:1)
Dari Paulus, seorang hukuman karena Kristus Yesus dan dari Timotius saudara kita, kepada Filemon yang kekasih, teman sekerja kami (Fil 1:1)
Sekilas kita menemukan adanya kesamaan di dalam pembukaan surat Paulus yaitu
Pengirimnya bernama Paulus
Dia berjabatan sebagai rasul
Jabatannya dan otoritasnya adalah oleh kehendak Allah
Di dalam surat Paulus, kita dapat menemukan bahwa Paulus mengetahui identitas dirinya dengan benar. Dia tahu bahwa dia adalah bernama Paulus. Dia juga mengetahui cerita hidupnya dengan jelas. Dia dahulu seorang penganiaya jemaat. Sekarang dia adalah seorang rasul.
Di dalam budaya Ibrani, nama adalah sesuatu yang penting. Nama mempunyai arti yang berarti karakteristik seseorang. Jadi di dalam mengenal nama kita seharusnya kita tidak sembarangan. Dan di dalam memberi nama anak juga tidak boleh sembarangan. Di dalam Alkitab sebagai wahyu Allah, nama itu ada artinya. Adam berarti manusia. Abraham berarti bapa segala bangsa. Dan nama juga bisa dirubah sesuai dengan karakteristik seseorang di masa depan. Yakub menjadi Israel. Simon menjadi Petrus. Dll. Nama menunjukkan siapa seseorang di dalam budaya Ibrani. Walaupun mungkin budaya Ibrani berbeda dengan budaya kita, tetapi di dalam pemberian nama kita harus tetap berhati-hati dan gentar karena nama berkaitan dengan “kata” dan “kata” itu adalah berkaitan dengan kebenaran. Kita harus menyadari bahwa fungsi Adam pertama kali ketika memberikan nama kepada binatang-binatang, Adam berfungsi sebagai nabi. Sebagai nabi Adam memberikan identitas yang merupakan identitas yang sudah Allah tetapkan sebelumnya. Jadi reinterpretasinya interpretasi Tuhan.
Kemudian cerita hidup kita menentukan identitas kita. Tetapi sayangnya banyak orang salah merangkai cerita hidup mereka. Banyak orang menganalisa ceritanya tidak dikaitkan dengan kebenaran. Psikoanalisis malahan melihat bahwa problema seseorang di masa kini karena cerita dia di masa lalu . Ini sungguh pandangan yang sempit sekali. Padahal seharusnya cerita hidup itu dikaitkan bukan sedekar dengan masalah tetapi dengan kelimpahan hidup. Apalagi kalau seseorang menyadari bahwa di dalam Kristus seorang adalah ciptaan baru dimana yang lama sudah berlalu. Cerita hidup kita menjadi indah kalau dikaitkan dengan Tuhan Allah.
Kembali kepada Paulus, Paulus menyadari identitasnya. Paulus menyadari namanya. Paulus juga menyadari cerita hidupnya. Seringkali dia menyadari bahwa dia adalah orang yang begitu berdosa yang dikasihi Tuhan bahkan dipakai Tuhan. Karena itu cerita masa lalu dia membuat dia begitu giat di dalam pekerjaan Tuhan. Paulus mengenal dirinya. Pertanyaannya apakah kita mengenal diri kita ? Pengenalan diri kita yang bukan saja pengenalan secara relatif tetapi secara tetap yang sesuai dengan realitas yang sesungguhnya. Yaitu pengenalan yang sesuai dengan kacamata Tuhan. Kenalkah kita akan diri kita ?
Paulus mengenal dirinya sebagai rasul. Dia mengenal mengapa dia ada di dalam dunia ini. Salah satu pertanyaan yang penting selain siapakah saya adalah dimanakah saya ? Ini bukan pertanyaan bodoh yang menanyakan letak posisi kita secara geografis. Tetapi pertanyaan ini menanyakan dimana posisi kita dan letak kita di dalam hidup ini. Ini menentukan dimana arah hidup kita dan mau kemana kita melangkah. Paulus di dalam hal ini sangat kenal bahwa dia ada di dalam dunia ini untuk memberitakan Injil kepada orang Yahudi dan kafir. Kepada orang-orang terpelajar dan tidak terpelajar. Paulus mengenal mengapa dia harus ada di dalam dunia ini. Dia menemukan arti hidupnya dan tujuan hidupnya.
Saudara-saudari, apakah engkau mengenal dimana engkau berada dan apa arti serta tujuan hidupmu ? Apakah engkau mengenal kemana engkau harus melangkah. Apakah engkau mengenal dirimu dengan tepat ? Pengenalanmu akan menentukan kemana engkau akan melangkah. Karena itu renungkanlah hal ini dengan seksama. Kita memerlukan identitas yang bukan relatif. Kita memerlukan identitas yang tetap. Tetapi pertanyaannya dimana kita menemukan identitas yang tetap ?
Paulus mengenal dirinya dengan tetap yaitu dia menjadi rasul oleh kehendak Allah. Ini adalah perpektif Teocentris. Ada perpektif ilahi dimana dia mengenal dirinya dari kacamata Tuhan. Dirinya, Identitasnya, Apa yang harus dia lakukan, tugas dia, semuanya berasal dari Tuhan Allah. Dia mengenal panggilan hidupnya. Dia mengenal calling. Ini sesuatu yang sangat penting.
Setiap orang percaya di dalam dunia ini mempunyai callingnya amasing-masing. Sudahkah engkau mengetahui calling engkau ? Ini bukan cita-cita atau ambisi pribadi. Tetapi ini merupakan visi dari Tuhan Allah. Visi berarti rencana Allah yang dinyatakan kepada manusia. Kita memerlukan visi untuk mengetahui rencana Allah di dalam hidup kita. Untuk itu kita harus bergaul karib dengan Tuhan Allah.
Kembali ke pertanyaan identitas, saya akan simpulkan beberapa poin bahwa untuk mengenal identitas diri yang sebenarnya kita harus mendapatkannya dari :
1. Firman Tuhan sebagai Wahyu Allah
2. Hubungan kita dengan Tuhan dimana Tuhan menyatakan visinya
3. Menyadari panggilan hidup
Dengan mengenal identitas yang sesungguhnya maka kita akan kokoh menghadapi segala macam rintangan di dunia ini. Kita akan kuat menghadapi hidup ini. Kita akan teguh menghadapi segala macam pencobaan. Karena identitas kita tetap dan tidak berubah. Kita ada tujuan yang kekal yang Tuhan Allah sudah tetapkan dimana kita akan mencapainya dalam anugerah Tuhan.
Mari kita berdoa dan merenungkan identitas kita di dalam Tuhan.
Jeffrey Lim
18 Oktober 2007
Jakarta di Institut Reformed
Ketika sadar pentingnya identitas diri, visi dan panggilan Tuhan di dalam hidup.
Misalnya jawaban siapakah saya adalah Anton. Itu adalah nama saya. Adakah makna di dalam nama saya ? Ataukah mungkinkah nama saya dirubah ? Apakah nama saya menentukan karakteristik saya ?
Misalnya pertanyaan siapakah saya dijawab bahwa saya adalah pelajar. Kita harus mengerti bahwa pelajar adalah orang yang belajar di pendidikan formal. Ini berarti melihat saya dari predikat saya. Tetapi predikat pelajar ini mungkin satu saat bisa berubah menjadi pensiunan. Jadi siapakah saya ? Ini pertanyaan yang memerlukan pemikiran yang dalam. Sebab kita memerlukan pengenalan diri yang tetap dan tidak berubah. Kita perlu kenal identitas kita yang tetap. Identitas yang berubah itu tidak akan tahan lama.
Untuk menjawab pertanyaan ini mari kita renungkan ada satu orang yang mengetahui identitas dirinya dengan tepat dan tetap dan tidak berubah. Untuk mengerti itu marilah kita melihat ayat-ayat pembuka surat Paulus ! Mari kita refleksikan sebentar !
Dari Paulus, hamba Kristus Yesus, yang dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah. (Rom 1:1)
Dari Paulus, yang oleh kehendak Allah dipanggil menjadi rasul Kristus Yesus, dan dari Sostenes, saudara kita, (1Kor 1:1)
Dari Paulus, seorang rasul, bukan karena manusia, juga bukan oleh seorang manusia, melainkan oleh Yesus Kristus dan Allah, Bapa, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, (Gal 1:1)
Dari Paulus, rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah, kepada orang-orang kudus di Efesus, orang-orang percaya dalam Kristus Yesus. (Ef 1:1)
Dari Paulus, rasul Kristus Yesus menurut perintah Allah, Juruselamat kita, dan Kristus Yesus, dasar pengharapan kita, (1Ti 1:1)
Dari Paulus, seorang hukuman karena Kristus Yesus dan dari Timotius saudara kita, kepada Filemon yang kekasih, teman sekerja kami (Fil 1:1)
Sekilas kita menemukan adanya kesamaan di dalam pembukaan surat Paulus yaitu
Pengirimnya bernama Paulus
Dia berjabatan sebagai rasul
Jabatannya dan otoritasnya adalah oleh kehendak Allah
Di dalam surat Paulus, kita dapat menemukan bahwa Paulus mengetahui identitas dirinya dengan benar. Dia tahu bahwa dia adalah bernama Paulus. Dia juga mengetahui cerita hidupnya dengan jelas. Dia dahulu seorang penganiaya jemaat. Sekarang dia adalah seorang rasul.
Di dalam budaya Ibrani, nama adalah sesuatu yang penting. Nama mempunyai arti yang berarti karakteristik seseorang. Jadi di dalam mengenal nama kita seharusnya kita tidak sembarangan. Dan di dalam memberi nama anak juga tidak boleh sembarangan. Di dalam Alkitab sebagai wahyu Allah, nama itu ada artinya. Adam berarti manusia. Abraham berarti bapa segala bangsa. Dan nama juga bisa dirubah sesuai dengan karakteristik seseorang di masa depan. Yakub menjadi Israel. Simon menjadi Petrus. Dll. Nama menunjukkan siapa seseorang di dalam budaya Ibrani. Walaupun mungkin budaya Ibrani berbeda dengan budaya kita, tetapi di dalam pemberian nama kita harus tetap berhati-hati dan gentar karena nama berkaitan dengan “kata” dan “kata” itu adalah berkaitan dengan kebenaran. Kita harus menyadari bahwa fungsi Adam pertama kali ketika memberikan nama kepada binatang-binatang, Adam berfungsi sebagai nabi. Sebagai nabi Adam memberikan identitas yang merupakan identitas yang sudah Allah tetapkan sebelumnya. Jadi reinterpretasinya interpretasi Tuhan.
Kemudian cerita hidup kita menentukan identitas kita. Tetapi sayangnya banyak orang salah merangkai cerita hidup mereka. Banyak orang menganalisa ceritanya tidak dikaitkan dengan kebenaran. Psikoanalisis malahan melihat bahwa problema seseorang di masa kini karena cerita dia di masa lalu . Ini sungguh pandangan yang sempit sekali. Padahal seharusnya cerita hidup itu dikaitkan bukan sedekar dengan masalah tetapi dengan kelimpahan hidup. Apalagi kalau seseorang menyadari bahwa di dalam Kristus seorang adalah ciptaan baru dimana yang lama sudah berlalu. Cerita hidup kita menjadi indah kalau dikaitkan dengan Tuhan Allah.
Kembali kepada Paulus, Paulus menyadari identitasnya. Paulus menyadari namanya. Paulus juga menyadari cerita hidupnya. Seringkali dia menyadari bahwa dia adalah orang yang begitu berdosa yang dikasihi Tuhan bahkan dipakai Tuhan. Karena itu cerita masa lalu dia membuat dia begitu giat di dalam pekerjaan Tuhan. Paulus mengenal dirinya. Pertanyaannya apakah kita mengenal diri kita ? Pengenalan diri kita yang bukan saja pengenalan secara relatif tetapi secara tetap yang sesuai dengan realitas yang sesungguhnya. Yaitu pengenalan yang sesuai dengan kacamata Tuhan. Kenalkah kita akan diri kita ?
Paulus mengenal dirinya sebagai rasul. Dia mengenal mengapa dia ada di dalam dunia ini. Salah satu pertanyaan yang penting selain siapakah saya adalah dimanakah saya ? Ini bukan pertanyaan bodoh yang menanyakan letak posisi kita secara geografis. Tetapi pertanyaan ini menanyakan dimana posisi kita dan letak kita di dalam hidup ini. Ini menentukan dimana arah hidup kita dan mau kemana kita melangkah. Paulus di dalam hal ini sangat kenal bahwa dia ada di dalam dunia ini untuk memberitakan Injil kepada orang Yahudi dan kafir. Kepada orang-orang terpelajar dan tidak terpelajar. Paulus mengenal mengapa dia harus ada di dalam dunia ini. Dia menemukan arti hidupnya dan tujuan hidupnya.
Saudara-saudari, apakah engkau mengenal dimana engkau berada dan apa arti serta tujuan hidupmu ? Apakah engkau mengenal kemana engkau harus melangkah. Apakah engkau mengenal dirimu dengan tepat ? Pengenalanmu akan menentukan kemana engkau akan melangkah. Karena itu renungkanlah hal ini dengan seksama. Kita memerlukan identitas yang bukan relatif. Kita memerlukan identitas yang tetap. Tetapi pertanyaannya dimana kita menemukan identitas yang tetap ?
Paulus mengenal dirinya dengan tetap yaitu dia menjadi rasul oleh kehendak Allah. Ini adalah perpektif Teocentris. Ada perpektif ilahi dimana dia mengenal dirinya dari kacamata Tuhan. Dirinya, Identitasnya, Apa yang harus dia lakukan, tugas dia, semuanya berasal dari Tuhan Allah. Dia mengenal panggilan hidupnya. Dia mengenal calling. Ini sesuatu yang sangat penting.
Setiap orang percaya di dalam dunia ini mempunyai callingnya amasing-masing. Sudahkah engkau mengetahui calling engkau ? Ini bukan cita-cita atau ambisi pribadi. Tetapi ini merupakan visi dari Tuhan Allah. Visi berarti rencana Allah yang dinyatakan kepada manusia. Kita memerlukan visi untuk mengetahui rencana Allah di dalam hidup kita. Untuk itu kita harus bergaul karib dengan Tuhan Allah.
Kembali ke pertanyaan identitas, saya akan simpulkan beberapa poin bahwa untuk mengenal identitas diri yang sebenarnya kita harus mendapatkannya dari :
1. Firman Tuhan sebagai Wahyu Allah
2. Hubungan kita dengan Tuhan dimana Tuhan menyatakan visinya
3. Menyadari panggilan hidup
Dengan mengenal identitas yang sesungguhnya maka kita akan kokoh menghadapi segala macam rintangan di dunia ini. Kita akan kuat menghadapi hidup ini. Kita akan teguh menghadapi segala macam pencobaan. Karena identitas kita tetap dan tidak berubah. Kita ada tujuan yang kekal yang Tuhan Allah sudah tetapkan dimana kita akan mencapainya dalam anugerah Tuhan.
Mari kita berdoa dan merenungkan identitas kita di dalam Tuhan.
Jeffrey Lim
18 Oktober 2007
Jakarta di Institut Reformed
Ketika sadar pentingnya identitas diri, visi dan panggilan Tuhan di dalam hidup.
No comments:
Post a Comment