Butuh Telinga Rohani di jaman sekarang
Jeffrey Lim
”Hai anakku, jikalau engkau menerima perkataanku dan menyimpan perintahku di dalam hatimu, sehingga telingamu memperhatikan hikmat, dan engkau mencenderungkan hatimu kepada kepandaian, ya, jikalau engkau berseru kepada pengertian, dan menujukan suaramu kepada kepandaian, jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam, maka engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan TUHAN dan mendapat pengenalan akan Allah. Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian. “ (Amsal 2:1-6)
Pendahuluan :
Jaman sekarang adalah banyak budaya gambar. Tetapi lebih sedikit budaya kata-kata. Bahkan sekarang adalah dunia multimedia gabungan gambar dan kata. Namun gambar menjadi lebih dominan. TV, Internet, dunia hiburan menawarkan gambar. Semua itu ada efeknya terhadap hidup kita.
Apa pentingnya kata-kata bagi hidup kita dan mengapa kita harus mempertahankan tradisi kata-kata ? Untuk itu marilah kita renungkan Firman Tuhan. Sebelumnya
Mari kita parsing ayat di atas !
“Hai anakku, jikalau engkau menerima perkataanku ( Word ) dan menyimpan perintahku ( Word ) di dalam hatim ( Heart ) , sehingga telingamu ( Ear ) memperhatikan hikmat ( Wisdom ) , dan engkau mencenderungkan hatimu ( Heart ) kepada kepandaian ( Understanding ), ya, jikalau engkau berseru ( Speak ) kepada pengertian ( Understanding ) , dan menujukan suaramu ( Speak ) kepada kepandaian ( Understanding ) , jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam ( Heart ) , maka engkau akan memperoleh pengertian ( Understanding ) tentang takut akan TUHAN ( Fear the LORD ) dan mendapat pengenalan akan Allah ( Understanding ). Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat ( Wisdom ), dari mulut-Nya ( Word ) datang pengetahuan dan kepandaian ( Understanding ).” (Amsal 2:1-6)
Alkitab mengajarkan bahwa orang benar hidup oleh iman. Iman adalah sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan Kristen. Iman adalah dasar hidup orang percaya. Dengan iman kita dibenarkan dengan iman kita disucikan. Dengan iman kita menerima anugerah Allah.
Yang mana lebih dahulu. Mengetahui lebih dulu baru beriman ? Atau beriman dulu baru mengetahui ?
Bagaimana kita bisa beriman kalau kita tidak mengetahui sesuatu ? Bukankah kalau kita beriman kita memerlukan adanya pengertian untuk menjadi dasar ?
Ini perdebatan yang tidak mudah.
Alkitab mengajarkan bahwa iman kita timbul dari pendengaran. Pendengaran akan Firman Kristus. Iman kita adalah berasal dari Firman Tuhan. Sebab Firman Tuhanlah yang memberikan kita bibit iman dan mempertumbuhkan iman kita. Jadi ada kaitan antara Faith and Word. Ada hubungan antara Faith and Logos. Tetapi ada juga hubungan antara Logos dan Hikmat. Dan ada juga hubungan antara Hikmat dan hati. Dan ada hubungan antara iman dan hikmat. Dan ada hubungan antara hati dan iman. Pengertian Firman Tuhan menghasilkan iman. Iman ini datangnya dari pendengaran Firman.
Relasi-relasi :
Faith and Logos
Logos and Wisdom
Wisdom and Heart
Heart and Understanding
Faith and Wisdom
Faith and Hearing
Wisdom and Hearing
Ini adalah relasi organik semua.
Iman timbul dari pendengaran akan Firman. Iman timbul dari Firman Tuhan.
Hikmat datangnya dari mulut Allah. Berarti hikmat datangnya dari Firman Tuhan. Hati yang mencari pengertian akan mendatangkan pengertian.
Hikmat juga datang dari takut akan Allah. Jadi sikap hati seseorang menerima Firman dan takut kepadaNya sangat penting untuk mendapatkan hikmat.
Untuk mendapatkan hikmat seseorang harus mendengar. Karena itu hikmat datang dari Firman Tuhan yang didengarkan. Hikmat juga berkaitan dengan iman dan kita mendapatkan hikmat dengan iman dan Firman.
Semua relasi ini ada kaitannya dengan iman datang dari pedengaran, pendengaran akan Firman Tuhan
Timbul satu pertanyaan ? Mengapa iman timbul dari pendengaran dan bukan dari penglihatan ? Mengapa iman timbul dari mendengar Firman dan bukan dari melihat ? Mengapa metaforanya adalah mendengar ?
Kalau kita pelajari bahwa budaya Ibrani adalah budaya yang mendengar. Sedangkan budaya Yunani adalah budaya melihat. Budaya Ibrani adalah Shema Israel. Dengarlah Israel. Tuhan itu Esa. Kasihlah Tuhan Allahmu dsb. Sedangkan budaya Yunani adalah budaya yang menyelidiki alam semesta dan melakukan penyelidikan empiris.
Dunia Barat dan kemajuannya sekarang diwarisi oleh budaya Ibrani dan budaya Yunani. Dari budaya Ibrani, orang mengenal iman dan dari budaya Yunani, orang mengenal pengetahuan. Ibrani menekankan iman dan Yunani menekankan rasio.
Kembali kepada pertanyaan sebelumnya. Mengapa iman timbul dari pendengaran dan bukan dari penglihatan. Mengapa pakai metafora telinga untuk menjelaskan semua ini ?
Perenungan hari ini akan berpusat pada satu hal yang dinamakan telinga rohani. Telinga rohani ini sangat penting bagi kehidupan orang percaya. Telinga rohani ini bisa menjadikan kita rohani dengan mendengarkan melaluinya. Telinga ini sangat penting bagi kita. Telinga rohani ini begitu penting supaya kita bisa bertumbuh.
Dari mana datangnya iman ? Dari pendengaran Firman dan telinga rohani harus mendengarnya.
Dari mana datangnya hikmat ? Dari pendengaran Firman dan telinga rohani harus mendengar suara hikmat yang berseru-seru.
Dari mana datangnya didikan ? Dari pendengaran Firman dan telinga rohani harus siap menerima teguran dan didikannya.
Dari mana kita mengenal Tuhan ? Dari Firman Tuhan dan telinga rohani harus mendengar suara Tuhan melalui FirmanNya.
Telinga rohani itu sangat penting bagi kehidupan rohani kita. Mengapa metaforanya memakai telinga ? Ada pepatah bahwa mata adalah jendela jiwa. Tetapi saya juga berpendapat bahwa telinga adalah jendela jiwa juga.
Metafora telinga itu mempunyai arti bagi kehidupan kita yang hendak kita renungkan.
Kita mempunyai 5 inderawi yaitu : mata, telinga, raba, kecap dan cium. Menurut salah satu buku mengenai keindahan ( aesthetic ), 2 inderawi yang paling penting adalah mata dan telinga. Mengapa ? Sebab dua indera ini menghasilkan perenungan yang melebihi sekedar mengerti secara inderawi. Bahkan Alkitab juga menggambarkan kedua hal ini yaitu :
Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka. (Mat 13:14-15)
Nah tetapi diantara mata dan telinga, mengapa Alkitab menggunakan metafora telinga untuk menggambarkan bahwa iman datangnya dari pendengaran Firman ?
Satu hal yaitu bahwa beda mata dan telinga itu adalah mata bersifat aktif dan telinga bersifat pasif. Mata harus aktif untuk dapat melihat tetapi telinga selalu siap sedia dan secara pasif menerima setiap bunyi yang ada.
Ambil contoh bila kita sedang istirahat maka semua inderawi kita yang bersifat aktif akan melemah. Tetapi telinga kita yang bersifat pasif tetap siap untuk mendengar. Ini keunikan telinga. Telinga selalu bersikap pasif dan selalu siap here I am. Maka itu sebagai seorang murid kebenaran, kita harus selalu siap seperti telinga untuk mendengar suara Tuhan.
Satu pengertian juga yaitu bahwa telinga itu berkaitan dengan pendengaran dan iman berkaitan dengan Firman dan iman itu selalu harus diproses dengan lama. Proses telinga untuk beriman itu tidak cepat. Telinga itu membutuhkan proses untuk mengerti. Berbeda dengan mata yang dapat dengan sekilas menangkap semua dengan cepat, telinga berproses dengan lambat. Misalnya kita hendak mengerti konsep Allah Tritunggal maka mendengarkan kotbah harus lama dan tidak bisa cepat. Telinga itu harus melewati proses dan tidak mudah.
Demikian juga hidup kita diproses Tuhan itu bukan dengan instan dan cepat. Tetapi harus melewati proses waktu yang panjang. Proses waktu dan ujian itu akan menghasilkan karakter. Ini tidak mudah. Tetapi melewati pergumulan. Demikianlah supaya kita dapat menerima Firman Tuhan, mengerti kehendak Allah, mengenal kebenaran harus memerlukan kesabaran dan didikan seperti telinga harus diproses untuk mengerti satu pengertian.
Jaman sekarang ini adalah budaya gambar lebih dominan daripada budaya kata-kata. Jaman duulu budaya adalah budaya oral. Kemudian tulisan. Dan kemudian gambar atau pada akhirnya adalah multimedia. Oral, berkata-kata, kemudian tulisan dan percetakan, radio, dll. Kemudian TV, Internet, dll.
Tetapi seringkali gambar itu berbeda dengan kata. Ada pepatah bahwa 1 gambar berarti 1000 kata-kata. Sebaliknya 1 kata juga dapat mengandung 1000 gambar. Gambar itu menggunakan mata dan kata menggunakan telinga.
Salah satu keistimewaan gambar adalah cepat untuk ditangkap tetapi kadang maknanya menjadi tidak dalam. Sebab untuk masuk ke dalam perenungan yang lebih dalam diperlukan telinga rohani.
Salah satu kelemahan gambar adalah dia dapat mengaburkan makna. Gambar dapat mereduksi makna. Sebaliknya kata-kata itu lebih mengandung banyak makna. Karena itu di dalam budaya jaman sekarang yang banyak menggunakan gambar daripada kata-kata akan menghasilkan pemikiran yang tidak mendalam. Apalagi jaman sekarang yang semakin berdosa ini banyak menampilkan gambar-gambar simulasi yang akhirnya bisa merusak banyak hal.
Simulasi di realitas maya itu ada beberapa efek negatif :
Membuat orang bosan dengan dunia realitas
Membuat orang tidak berpikir dalam
Bersifat menggugah emosi dan pikiran tetapi bukan dengan kebenaran. Akhirnya akan membawa kepada kekosongan
Bersifat menghibur tetapi pada akhirnya membosankan
Secara tidak langsung banyak mendoktrinasi dan membentuk hidup manusia
Kembali kepada telinga rohani.
Sebagai orang percaya, kita perlu telinga rohani dijaman sekarang. Telinga rohani ini bersedia untuk mendengar dan dikoreksi. Telinga rohani ini bersedia untuk siap sedia mendengar suara Tuhan. Ini yang Tuhan kehendaki. Marilah belajar seperti Samuel yang siap mendengar suara Tuhan. Marilah dengar Tuhan Allah dan mengasihiNya.
Bagaimana supaya kita mempunyai hikmat ?
Bagaimana kita mempunyai iman ?
Bagaimana supaya kita dibentuk dan mempunyai karakter ?
Bagaimana supaya kita memperoleh pengertian dan kepandaian ?
Dengar-dengar dan dengar Firman !
Bagaimana mendengar Firman ? Bukannya seringkali kita membaca Firman dengan mata ?
Ketika kita membaca Firman Tuhan maka ada kita harus membaca dengan keseluruhan inderawi dan keberadaan kita. Hal ini demikian penting karena dijaman sekarang di jaman pasca modern ini banyak sekali godaan yang menawarkan kenikmatan bagi indera-indera kita dan bagi seluruh keberadaan kita. Karena itu, Di jaman sekarang ini kita harus belajar membaca Firman dengan seluruh keberadaan kita. Kenikmatan sejati hanya ada didalam Allah dan FirmanNya yaitu ketika manusia memuliakan Tuhan dan menikmatiNya. Ketika kita membaca Firman kita harus :
Hati kita terpaut kepada Firman dan mencari pengertian
Rasio kita merenungkan Firman Tuhan
Intuisi kita berkontemplatif
Mata kita membaca Firman
Emosi kita digerakkan untuk mengasihi Firman
Kehendak kita mau untuk belajar dan mengenal Tuhan
Telinga kita mendengar suara Tuhan
Lutut kita bersujud.
Tangan kita melipat.. .Untuk lebih jauh coba renungkan Mazmur 119
Ketika sedang membaca Firman maka Jangan hanya menggunakan mata saja. Tetapi gunakan telinga rohani. Renungkan di dalam pikiran kita dengan membaca Firman dan Firman itu berkata-kata buat jiwa kita. Bukan saja kita membaca Firman tetapi biarlah Firman itu membaca hidup kita.
Biarkan Firman itu berkata-kata dan menjadi cermin dan membaca hidup kita. Maka kita akan dibentuk terus oleh Firman Tuhan.
Kiranya renungan ini boleh menjadi berkat bagi kemuliaan nama Tuhan
Jeffrey Lim
BandungRabu, 12 September 2007
Jeffrey Lim
”Hai anakku, jikalau engkau menerima perkataanku dan menyimpan perintahku di dalam hatimu, sehingga telingamu memperhatikan hikmat, dan engkau mencenderungkan hatimu kepada kepandaian, ya, jikalau engkau berseru kepada pengertian, dan menujukan suaramu kepada kepandaian, jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam, maka engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan TUHAN dan mendapat pengenalan akan Allah. Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian. “ (Amsal 2:1-6)
Pendahuluan :
Jaman sekarang adalah banyak budaya gambar. Tetapi lebih sedikit budaya kata-kata. Bahkan sekarang adalah dunia multimedia gabungan gambar dan kata. Namun gambar menjadi lebih dominan. TV, Internet, dunia hiburan menawarkan gambar. Semua itu ada efeknya terhadap hidup kita.
Apa pentingnya kata-kata bagi hidup kita dan mengapa kita harus mempertahankan tradisi kata-kata ? Untuk itu marilah kita renungkan Firman Tuhan. Sebelumnya
Mari kita parsing ayat di atas !
“Hai anakku, jikalau engkau menerima perkataanku ( Word ) dan menyimpan perintahku ( Word ) di dalam hatim ( Heart ) , sehingga telingamu ( Ear ) memperhatikan hikmat ( Wisdom ) , dan engkau mencenderungkan hatimu ( Heart ) kepada kepandaian ( Understanding ), ya, jikalau engkau berseru ( Speak ) kepada pengertian ( Understanding ) , dan menujukan suaramu ( Speak ) kepada kepandaian ( Understanding ) , jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam ( Heart ) , maka engkau akan memperoleh pengertian ( Understanding ) tentang takut akan TUHAN ( Fear the LORD ) dan mendapat pengenalan akan Allah ( Understanding ). Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat ( Wisdom ), dari mulut-Nya ( Word ) datang pengetahuan dan kepandaian ( Understanding ).” (Amsal 2:1-6)
Alkitab mengajarkan bahwa orang benar hidup oleh iman. Iman adalah sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan Kristen. Iman adalah dasar hidup orang percaya. Dengan iman kita dibenarkan dengan iman kita disucikan. Dengan iman kita menerima anugerah Allah.
Yang mana lebih dahulu. Mengetahui lebih dulu baru beriman ? Atau beriman dulu baru mengetahui ?
Bagaimana kita bisa beriman kalau kita tidak mengetahui sesuatu ? Bukankah kalau kita beriman kita memerlukan adanya pengertian untuk menjadi dasar ?
Ini perdebatan yang tidak mudah.
Alkitab mengajarkan bahwa iman kita timbul dari pendengaran. Pendengaran akan Firman Kristus. Iman kita adalah berasal dari Firman Tuhan. Sebab Firman Tuhanlah yang memberikan kita bibit iman dan mempertumbuhkan iman kita. Jadi ada kaitan antara Faith and Word. Ada hubungan antara Faith and Logos. Tetapi ada juga hubungan antara Logos dan Hikmat. Dan ada juga hubungan antara Hikmat dan hati. Dan ada hubungan antara iman dan hikmat. Dan ada hubungan antara hati dan iman. Pengertian Firman Tuhan menghasilkan iman. Iman ini datangnya dari pendengaran Firman.
Relasi-relasi :
Faith and Logos
Logos and Wisdom
Wisdom and Heart
Heart and Understanding
Faith and Wisdom
Faith and Hearing
Wisdom and Hearing
Ini adalah relasi organik semua.
Iman timbul dari pendengaran akan Firman. Iman timbul dari Firman Tuhan.
Hikmat datangnya dari mulut Allah. Berarti hikmat datangnya dari Firman Tuhan. Hati yang mencari pengertian akan mendatangkan pengertian.
Hikmat juga datang dari takut akan Allah. Jadi sikap hati seseorang menerima Firman dan takut kepadaNya sangat penting untuk mendapatkan hikmat.
Untuk mendapatkan hikmat seseorang harus mendengar. Karena itu hikmat datang dari Firman Tuhan yang didengarkan. Hikmat juga berkaitan dengan iman dan kita mendapatkan hikmat dengan iman dan Firman.
Semua relasi ini ada kaitannya dengan iman datang dari pedengaran, pendengaran akan Firman Tuhan
Timbul satu pertanyaan ? Mengapa iman timbul dari pendengaran dan bukan dari penglihatan ? Mengapa iman timbul dari mendengar Firman dan bukan dari melihat ? Mengapa metaforanya adalah mendengar ?
Kalau kita pelajari bahwa budaya Ibrani adalah budaya yang mendengar. Sedangkan budaya Yunani adalah budaya melihat. Budaya Ibrani adalah Shema Israel. Dengarlah Israel. Tuhan itu Esa. Kasihlah Tuhan Allahmu dsb. Sedangkan budaya Yunani adalah budaya yang menyelidiki alam semesta dan melakukan penyelidikan empiris.
Dunia Barat dan kemajuannya sekarang diwarisi oleh budaya Ibrani dan budaya Yunani. Dari budaya Ibrani, orang mengenal iman dan dari budaya Yunani, orang mengenal pengetahuan. Ibrani menekankan iman dan Yunani menekankan rasio.
Kembali kepada pertanyaan sebelumnya. Mengapa iman timbul dari pendengaran dan bukan dari penglihatan. Mengapa pakai metafora telinga untuk menjelaskan semua ini ?
Perenungan hari ini akan berpusat pada satu hal yang dinamakan telinga rohani. Telinga rohani ini sangat penting bagi kehidupan orang percaya. Telinga rohani ini bisa menjadikan kita rohani dengan mendengarkan melaluinya. Telinga ini sangat penting bagi kita. Telinga rohani ini begitu penting supaya kita bisa bertumbuh.
Dari mana datangnya iman ? Dari pendengaran Firman dan telinga rohani harus mendengarnya.
Dari mana datangnya hikmat ? Dari pendengaran Firman dan telinga rohani harus mendengar suara hikmat yang berseru-seru.
Dari mana datangnya didikan ? Dari pendengaran Firman dan telinga rohani harus siap menerima teguran dan didikannya.
Dari mana kita mengenal Tuhan ? Dari Firman Tuhan dan telinga rohani harus mendengar suara Tuhan melalui FirmanNya.
Telinga rohani itu sangat penting bagi kehidupan rohani kita. Mengapa metaforanya memakai telinga ? Ada pepatah bahwa mata adalah jendela jiwa. Tetapi saya juga berpendapat bahwa telinga adalah jendela jiwa juga.
Metafora telinga itu mempunyai arti bagi kehidupan kita yang hendak kita renungkan.
Kita mempunyai 5 inderawi yaitu : mata, telinga, raba, kecap dan cium. Menurut salah satu buku mengenai keindahan ( aesthetic ), 2 inderawi yang paling penting adalah mata dan telinga. Mengapa ? Sebab dua indera ini menghasilkan perenungan yang melebihi sekedar mengerti secara inderawi. Bahkan Alkitab juga menggambarkan kedua hal ini yaitu :
Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka. (Mat 13:14-15)
Nah tetapi diantara mata dan telinga, mengapa Alkitab menggunakan metafora telinga untuk menggambarkan bahwa iman datangnya dari pendengaran Firman ?
Satu hal yaitu bahwa beda mata dan telinga itu adalah mata bersifat aktif dan telinga bersifat pasif. Mata harus aktif untuk dapat melihat tetapi telinga selalu siap sedia dan secara pasif menerima setiap bunyi yang ada.
Ambil contoh bila kita sedang istirahat maka semua inderawi kita yang bersifat aktif akan melemah. Tetapi telinga kita yang bersifat pasif tetap siap untuk mendengar. Ini keunikan telinga. Telinga selalu bersikap pasif dan selalu siap here I am. Maka itu sebagai seorang murid kebenaran, kita harus selalu siap seperti telinga untuk mendengar suara Tuhan.
Satu pengertian juga yaitu bahwa telinga itu berkaitan dengan pendengaran dan iman berkaitan dengan Firman dan iman itu selalu harus diproses dengan lama. Proses telinga untuk beriman itu tidak cepat. Telinga itu membutuhkan proses untuk mengerti. Berbeda dengan mata yang dapat dengan sekilas menangkap semua dengan cepat, telinga berproses dengan lambat. Misalnya kita hendak mengerti konsep Allah Tritunggal maka mendengarkan kotbah harus lama dan tidak bisa cepat. Telinga itu harus melewati proses dan tidak mudah.
Demikian juga hidup kita diproses Tuhan itu bukan dengan instan dan cepat. Tetapi harus melewati proses waktu yang panjang. Proses waktu dan ujian itu akan menghasilkan karakter. Ini tidak mudah. Tetapi melewati pergumulan. Demikianlah supaya kita dapat menerima Firman Tuhan, mengerti kehendak Allah, mengenal kebenaran harus memerlukan kesabaran dan didikan seperti telinga harus diproses untuk mengerti satu pengertian.
Jaman sekarang ini adalah budaya gambar lebih dominan daripada budaya kata-kata. Jaman duulu budaya adalah budaya oral. Kemudian tulisan. Dan kemudian gambar atau pada akhirnya adalah multimedia. Oral, berkata-kata, kemudian tulisan dan percetakan, radio, dll. Kemudian TV, Internet, dll.
Tetapi seringkali gambar itu berbeda dengan kata. Ada pepatah bahwa 1 gambar berarti 1000 kata-kata. Sebaliknya 1 kata juga dapat mengandung 1000 gambar. Gambar itu menggunakan mata dan kata menggunakan telinga.
Salah satu keistimewaan gambar adalah cepat untuk ditangkap tetapi kadang maknanya menjadi tidak dalam. Sebab untuk masuk ke dalam perenungan yang lebih dalam diperlukan telinga rohani.
Salah satu kelemahan gambar adalah dia dapat mengaburkan makna. Gambar dapat mereduksi makna. Sebaliknya kata-kata itu lebih mengandung banyak makna. Karena itu di dalam budaya jaman sekarang yang banyak menggunakan gambar daripada kata-kata akan menghasilkan pemikiran yang tidak mendalam. Apalagi jaman sekarang yang semakin berdosa ini banyak menampilkan gambar-gambar simulasi yang akhirnya bisa merusak banyak hal.
Simulasi di realitas maya itu ada beberapa efek negatif :
Membuat orang bosan dengan dunia realitas
Membuat orang tidak berpikir dalam
Bersifat menggugah emosi dan pikiran tetapi bukan dengan kebenaran. Akhirnya akan membawa kepada kekosongan
Bersifat menghibur tetapi pada akhirnya membosankan
Secara tidak langsung banyak mendoktrinasi dan membentuk hidup manusia
Kembali kepada telinga rohani.
Sebagai orang percaya, kita perlu telinga rohani dijaman sekarang. Telinga rohani ini bersedia untuk mendengar dan dikoreksi. Telinga rohani ini bersedia untuk siap sedia mendengar suara Tuhan. Ini yang Tuhan kehendaki. Marilah belajar seperti Samuel yang siap mendengar suara Tuhan. Marilah dengar Tuhan Allah dan mengasihiNya.
Bagaimana supaya kita mempunyai hikmat ?
Bagaimana kita mempunyai iman ?
Bagaimana supaya kita dibentuk dan mempunyai karakter ?
Bagaimana supaya kita memperoleh pengertian dan kepandaian ?
Dengar-dengar dan dengar Firman !
Bagaimana mendengar Firman ? Bukannya seringkali kita membaca Firman dengan mata ?
Ketika kita membaca Firman Tuhan maka ada kita harus membaca dengan keseluruhan inderawi dan keberadaan kita. Hal ini demikian penting karena dijaman sekarang di jaman pasca modern ini banyak sekali godaan yang menawarkan kenikmatan bagi indera-indera kita dan bagi seluruh keberadaan kita. Karena itu, Di jaman sekarang ini kita harus belajar membaca Firman dengan seluruh keberadaan kita. Kenikmatan sejati hanya ada didalam Allah dan FirmanNya yaitu ketika manusia memuliakan Tuhan dan menikmatiNya. Ketika kita membaca Firman kita harus :
Hati kita terpaut kepada Firman dan mencari pengertian
Rasio kita merenungkan Firman Tuhan
Intuisi kita berkontemplatif
Mata kita membaca Firman
Emosi kita digerakkan untuk mengasihi Firman
Kehendak kita mau untuk belajar dan mengenal Tuhan
Telinga kita mendengar suara Tuhan
Lutut kita bersujud.
Tangan kita melipat.. .Untuk lebih jauh coba renungkan Mazmur 119
Ketika sedang membaca Firman maka Jangan hanya menggunakan mata saja. Tetapi gunakan telinga rohani. Renungkan di dalam pikiran kita dengan membaca Firman dan Firman itu berkata-kata buat jiwa kita. Bukan saja kita membaca Firman tetapi biarlah Firman itu membaca hidup kita.
Biarkan Firman itu berkata-kata dan menjadi cermin dan membaca hidup kita. Maka kita akan dibentuk terus oleh Firman Tuhan.
Kiranya renungan ini boleh menjadi berkat bagi kemuliaan nama Tuhan
Jeffrey Lim
BandungRabu, 12 September 2007
No comments:
Post a Comment