Let man be man, Let woman be woman
Gender problem as spiritual issue
Jeffrey Lim
Allah menciptakan manusia laki dan wanita sebagai gambar dan rupaNya. Mereka adalah setara namun ada ordonya. Ini adalah hal indah yang Allah ciptakan. Allah sudah menetapkan bahwa laki-laki adalah kepala wanita. Tetapi bukan berarti laki-laki menguasai wanita. Tetapi laki-laki harus menjadi kepala yang mengepalai wanita tetapi dengan kasih dan wanita harus tunduk kepada laki-laki. Ini adalah ordo yang sudah Tuhan tetapkan di dalam dunia ini. Ini adalah satu keindahan yang Tuhan tetapkan di dalam dunia ini. Ibarat Kristus sebagai kepala jemaat, Suami adalah kepala istri. Tetapi seperti Kristus mengasihi jemaat maka suami harus mengasihi istri dan juga seperti jemaat tunduk kepada Kristus. Semua ini akan menciptakan harmoni dan keteraturan di dalam kehidupan kekristenan.
Salah satu permasalahan besar di dunia sekarang adalah permasalahan gender. Dan salah satu yang terberat adalah masalah feminisme. Mungkin kita merasa bahwa feminisme hanya satu fenomena sosial yang biasa terjadi di dalam dunia ini. Bahkan kepala Negara Inggris pun adalah seorang wanita. Sekarang juga kepala Negara amerika dicalonkan seorang wanita. Di bagian-bagian lain yang berskala kecil kita sudah melihat bahwa kekepalaan laki-laki mulai digantikan oleh wanita. Misalnya pemilihan ketua osis memilih wanita.
Apakah feminisme ini hanya fenomena sosial yang berubah saja ? Tetapi sesungguh ini adalah problema yang serius karena sudah melanggar ketetapan ordo yang Tuhan tetapkan di dalam dunia ini. Mengapa feminisme sangat serius dan perlu kita tanggapi di dalam isu kontemporer ini ? Untuk menjawab pertanyaan ini kita harus merenungkan satu hal bahwa pelanggaran terhadap hukum yang Tuhan tetapkan di dalam dunia ini akan berakibatkan fatal. Ini pandangan secara aprori.
Realita apa sebenarnya yang terjadi ketika wanita menjadi kepala ?
1. Sebenarnya terjadi pergeseran peran dimana seharusnya laki-laki menjadi kepala dan wanita menjadi anggota. Namun sekarang terbalik.
2. Terjadi perlawanan terhadap natur yang Tuhan ciptakan. Seharusnya laki-laki bersifat maskulin dan wanita bersifat feminin.
Bagaimana jika wanita menjadi kepala ?
1. Ini akan mencenderung mengakibatkan laki-laki menyingkir. Coba renungkan setiap sektor dimana wanita menjadi kepala. Seberapa banyak laki-laki yang mau dikepalainya ? Hanya tipe laki-laki yang “lemah” yang akan menjadi anggota. Akibat ini begitu serius. Karena akan menimbulkan kelompok wanita yang merajalela. Dan akibat dari ini menimbulkan ketidak seimbangan yang mengganggu seluruh kesehatan organisme bagian.
2. Akan menimbulkan budaya yang akan mewariskan kader kekepalaan oleh wanita.
3. Wanita cenderung menyelesaikan masalah secara emosional-detail namun bukan rasional-general. Ini sangat berbahaya sekali di dalam mengambil keputusan-keputusan yang bersifat signifikan bagi sesuatu kelompok.
4. Karena laki-laki sulit dikepalai oleh wanita maka akan terjadi benturan dan masalah tingkat kepercayaan menjadi kecil di antara kelompok.
5. Karena terjadi pergeseran peran dan natur antara dan laki-laki dan wanita dapat mengakibatkan wanita menjadi maskulin dan laki-laki menjadi feminin. Ini menimbulkan dampak terhadap spiritualitas dan dampak sosial budaya.
6. Wanita yang cenderung menjadi kepala dan dominan biasanya sulit mendapatkan jodoh dan membawa efek buruk bagi dirinya dan bagi sekitarnya. Akibatnya banyak wanita lain yang terbawa efek seperti ini di dalam kelompok yang kebanyakan adalah kelompok wanita.
Langkah riskan selanjutnya dari pergeseran gender adalah :
1. Laki-laki tidak menjadi laki-laki dan wanita tidak menjadi wanita.
2. Homoseksualitas dan lesbian semakin merebak
3. Problema sosial dan moral semakin rusak
4. Keluarga semakin berantakan
5. Gereja terancam
6. Kehidupan manusia terancam
Ini semua adalah bahaya dari feminisme.
Alkitab sendiri sudah membahas bahwa pergeseran gender ini serius. Bahkan Misalnya laki-laki yang mengenakan pakaian wanita harus dihukum mati. Koq sedemikian keji ? Bukankah dijaman sekarang banyak laki-laki yang seperti wanita dan wanita yang seperti laki-laki ?
Feminisme ini begitu serius. Dan sekarang kalau kita melihat bahwa di dalam gereja, paham ini sudah mulai masuk ke dalam gereja. Bukankah kita sudah melihat realita bahwa kepala kerohanian dijabat oleh wanita ? Bukankah kita melihat bahwa ada yang berfungsi sebagai kepala keluarga adalah wanita ?
Mungkin ada terdengar pemahaman yang biasa di jaman sekarang bahwa laki-laki itu lebih tidak berdaya dan juga lebih tidak rohani. Ini biasa dikumandangkan oleh wanita yang menganut feminisme. Dari mana pandangan ini berasal ?
Kalau kita selidiki bahwa sebelum jaman revolusi industri, laki-laki dan wanita itu sama-sama bekerja sama di dalam satu usaha untuk keluarga. Suami dan istri bersama-sama bekerja misalnya sebagai tukang roti, dll. Dan anak dibesarkan oleh ayah dan ibu. Pendidikan anak diajakan oleh ayah dan ibu. Karena itu unit pendidikan keluarga sangat lengkap dan menyeluruh. Anak mendapat figur ayah dan kasih sayang ibu.
Kemudian terjadilah revolusi industri dimana laki-laki pergi ke pabrik dan wanita menjadi ibu rumah tangga. Laki-laki pergi bekerja keluar rumah dan ibu bekerja di dalam rumah. Karena itu ibu menjadi “kepala” bagi anak-anaknya selama suami bekerja. Dan ini mengakibatkan pandangan bahwa laki-laki itu kebanyakan suka keluar rumah dan tidak setia sebaliknya wanita itu menjaga keharmonisan rumah tangga sebagai istri setia yang menunggu suami pulang. Ini adalah latar belakang budaya.
Tetapi sesungguhnya konsep bahwa wanita lebih rohani daripada laki-laki ini bukan konsep Biblical. Sejak semula Alkitab sudah menjelaskan bahwa figur Allah adalah maskulin. Bahkan Allah disebut Bapa bukan Ibu. Yesus sendiri adalah laki-laki dan Yesus bersifat maskulin. Bahkan kepala rohani di Alkitab adalah laki-laki semua. 99% adalah laki-laki semua kecuali Debora yang adalah hakim wanita. Tetapi Debora sendiri adalah satu jaman dimana kekacauan spiritual terjadi. Debora menjadi maskulin dan Barak menjadi feminine. Karena Alkitab mengajarkan bahwa kepala adalah laki-laki maka laki-laki tidak lebih kurang rohani dibandingkan dengan wanita. Karena itu dijaman sekarang yang penuh dengan hawa feminisme, spiritualitas maskulin harus dibangun dan ditegakkan.
Untuk membangun spiritualitas ini maka ada beberapa konsep yang harus kita pegang :
1. Laki-laki adalah kepala wanita
2. Kerohanian dikepalai oleh laki-laki
3. Keputusan di tangan laki-laki
4. Wanita harus mendukung laki-laki menjalan perannya
5. Laki-laki harus mengasihi wanita
6. Feminisme harus ditentang habis karena berbahaya.
Karena itu hai laki-laki jadilah laki-laki sejati
Dan hai wanita jadilah wanita sejati.
Jeffrey Lim,
Jakarta 27 September 2007
Setelah merenungkan kuliah mengenai kekepalaan laki-laki
Gender problem as spiritual issue
Jeffrey Lim
Allah menciptakan manusia laki dan wanita sebagai gambar dan rupaNya. Mereka adalah setara namun ada ordonya. Ini adalah hal indah yang Allah ciptakan. Allah sudah menetapkan bahwa laki-laki adalah kepala wanita. Tetapi bukan berarti laki-laki menguasai wanita. Tetapi laki-laki harus menjadi kepala yang mengepalai wanita tetapi dengan kasih dan wanita harus tunduk kepada laki-laki. Ini adalah ordo yang sudah Tuhan tetapkan di dalam dunia ini. Ini adalah satu keindahan yang Tuhan tetapkan di dalam dunia ini. Ibarat Kristus sebagai kepala jemaat, Suami adalah kepala istri. Tetapi seperti Kristus mengasihi jemaat maka suami harus mengasihi istri dan juga seperti jemaat tunduk kepada Kristus. Semua ini akan menciptakan harmoni dan keteraturan di dalam kehidupan kekristenan.
Salah satu permasalahan besar di dunia sekarang adalah permasalahan gender. Dan salah satu yang terberat adalah masalah feminisme. Mungkin kita merasa bahwa feminisme hanya satu fenomena sosial yang biasa terjadi di dalam dunia ini. Bahkan kepala Negara Inggris pun adalah seorang wanita. Sekarang juga kepala Negara amerika dicalonkan seorang wanita. Di bagian-bagian lain yang berskala kecil kita sudah melihat bahwa kekepalaan laki-laki mulai digantikan oleh wanita. Misalnya pemilihan ketua osis memilih wanita.
Apakah feminisme ini hanya fenomena sosial yang berubah saja ? Tetapi sesungguh ini adalah problema yang serius karena sudah melanggar ketetapan ordo yang Tuhan tetapkan di dalam dunia ini. Mengapa feminisme sangat serius dan perlu kita tanggapi di dalam isu kontemporer ini ? Untuk menjawab pertanyaan ini kita harus merenungkan satu hal bahwa pelanggaran terhadap hukum yang Tuhan tetapkan di dalam dunia ini akan berakibatkan fatal. Ini pandangan secara aprori.
Realita apa sebenarnya yang terjadi ketika wanita menjadi kepala ?
1. Sebenarnya terjadi pergeseran peran dimana seharusnya laki-laki menjadi kepala dan wanita menjadi anggota. Namun sekarang terbalik.
2. Terjadi perlawanan terhadap natur yang Tuhan ciptakan. Seharusnya laki-laki bersifat maskulin dan wanita bersifat feminin.
Bagaimana jika wanita menjadi kepala ?
1. Ini akan mencenderung mengakibatkan laki-laki menyingkir. Coba renungkan setiap sektor dimana wanita menjadi kepala. Seberapa banyak laki-laki yang mau dikepalainya ? Hanya tipe laki-laki yang “lemah” yang akan menjadi anggota. Akibat ini begitu serius. Karena akan menimbulkan kelompok wanita yang merajalela. Dan akibat dari ini menimbulkan ketidak seimbangan yang mengganggu seluruh kesehatan organisme bagian.
2. Akan menimbulkan budaya yang akan mewariskan kader kekepalaan oleh wanita.
3. Wanita cenderung menyelesaikan masalah secara emosional-detail namun bukan rasional-general. Ini sangat berbahaya sekali di dalam mengambil keputusan-keputusan yang bersifat signifikan bagi sesuatu kelompok.
4. Karena laki-laki sulit dikepalai oleh wanita maka akan terjadi benturan dan masalah tingkat kepercayaan menjadi kecil di antara kelompok.
5. Karena terjadi pergeseran peran dan natur antara dan laki-laki dan wanita dapat mengakibatkan wanita menjadi maskulin dan laki-laki menjadi feminin. Ini menimbulkan dampak terhadap spiritualitas dan dampak sosial budaya.
6. Wanita yang cenderung menjadi kepala dan dominan biasanya sulit mendapatkan jodoh dan membawa efek buruk bagi dirinya dan bagi sekitarnya. Akibatnya banyak wanita lain yang terbawa efek seperti ini di dalam kelompok yang kebanyakan adalah kelompok wanita.
Langkah riskan selanjutnya dari pergeseran gender adalah :
1. Laki-laki tidak menjadi laki-laki dan wanita tidak menjadi wanita.
2. Homoseksualitas dan lesbian semakin merebak
3. Problema sosial dan moral semakin rusak
4. Keluarga semakin berantakan
5. Gereja terancam
6. Kehidupan manusia terancam
Ini semua adalah bahaya dari feminisme.
Alkitab sendiri sudah membahas bahwa pergeseran gender ini serius. Bahkan Misalnya laki-laki yang mengenakan pakaian wanita harus dihukum mati. Koq sedemikian keji ? Bukankah dijaman sekarang banyak laki-laki yang seperti wanita dan wanita yang seperti laki-laki ?
Feminisme ini begitu serius. Dan sekarang kalau kita melihat bahwa di dalam gereja, paham ini sudah mulai masuk ke dalam gereja. Bukankah kita sudah melihat realita bahwa kepala kerohanian dijabat oleh wanita ? Bukankah kita melihat bahwa ada yang berfungsi sebagai kepala keluarga adalah wanita ?
Mungkin ada terdengar pemahaman yang biasa di jaman sekarang bahwa laki-laki itu lebih tidak berdaya dan juga lebih tidak rohani. Ini biasa dikumandangkan oleh wanita yang menganut feminisme. Dari mana pandangan ini berasal ?
Kalau kita selidiki bahwa sebelum jaman revolusi industri, laki-laki dan wanita itu sama-sama bekerja sama di dalam satu usaha untuk keluarga. Suami dan istri bersama-sama bekerja misalnya sebagai tukang roti, dll. Dan anak dibesarkan oleh ayah dan ibu. Pendidikan anak diajakan oleh ayah dan ibu. Karena itu unit pendidikan keluarga sangat lengkap dan menyeluruh. Anak mendapat figur ayah dan kasih sayang ibu.
Kemudian terjadilah revolusi industri dimana laki-laki pergi ke pabrik dan wanita menjadi ibu rumah tangga. Laki-laki pergi bekerja keluar rumah dan ibu bekerja di dalam rumah. Karena itu ibu menjadi “kepala” bagi anak-anaknya selama suami bekerja. Dan ini mengakibatkan pandangan bahwa laki-laki itu kebanyakan suka keluar rumah dan tidak setia sebaliknya wanita itu menjaga keharmonisan rumah tangga sebagai istri setia yang menunggu suami pulang. Ini adalah latar belakang budaya.
Tetapi sesungguhnya konsep bahwa wanita lebih rohani daripada laki-laki ini bukan konsep Biblical. Sejak semula Alkitab sudah menjelaskan bahwa figur Allah adalah maskulin. Bahkan Allah disebut Bapa bukan Ibu. Yesus sendiri adalah laki-laki dan Yesus bersifat maskulin. Bahkan kepala rohani di Alkitab adalah laki-laki semua. 99% adalah laki-laki semua kecuali Debora yang adalah hakim wanita. Tetapi Debora sendiri adalah satu jaman dimana kekacauan spiritual terjadi. Debora menjadi maskulin dan Barak menjadi feminine. Karena Alkitab mengajarkan bahwa kepala adalah laki-laki maka laki-laki tidak lebih kurang rohani dibandingkan dengan wanita. Karena itu dijaman sekarang yang penuh dengan hawa feminisme, spiritualitas maskulin harus dibangun dan ditegakkan.
Untuk membangun spiritualitas ini maka ada beberapa konsep yang harus kita pegang :
1. Laki-laki adalah kepala wanita
2. Kerohanian dikepalai oleh laki-laki
3. Keputusan di tangan laki-laki
4. Wanita harus mendukung laki-laki menjalan perannya
5. Laki-laki harus mengasihi wanita
6. Feminisme harus ditentang habis karena berbahaya.
Karena itu hai laki-laki jadilah laki-laki sejati
Dan hai wanita jadilah wanita sejati.
Jeffrey Lim,
Jakarta 27 September 2007
Setelah merenungkan kuliah mengenai kekepalaan laki-laki
No comments:
Post a Comment