( Kelanjutan dari artikel selanjutnya mengenai “Percakapan Yesus menerobos konsep wawasan yang dualisme”. )
* Notes : Ada baiknya sebelum membaca artikel ini membaca artikel sebelumnya supaya konteksnya dimengerti
Jeffrey Lim
Dengan wawasan Kristen yang benar maka kita memandang semua bagian realitas ciptaan Tuhan baik adanya dan tidak terjadi dualisme di dalam berpikir dan hidup. Dualisme gnostik dan Platonism menganggap bahwa dunia non materi lebih tinggi dan dunia materi lebih rendah bahkan ada nuansa jahat. Pemikiran ini tidak sesuai dengan pemikiran Alkitab. Saya teringat akan lagu “All things are bright and beautiful”. Lagu ini melukiskan bahwa Tuhan menciptakan dunia ini dan segala sesuatunya indah adanya. Baik aspek ciptaan yang berupa materi : pohon, burung, laut, langit, dan aspek ciptaan yang berupa non materi : bentuk, matematik, logika, konsep, semua ini indah adanya. Sungguh bersyukur kita hidup di dalam dunia ciptaan Tuhan yang indah ini. Dunia ini indah karena Penciptanya maha bijaksana dan maha baik adanya.
Di dalam refleksi kali ini, saya ingin membagikan luar biasanya pengertian integratif ini di dalam memandang kehidupan dan menerobos konsep yang dualisme. Sebab dengan konsep yang dualisme sebenarnya membuat hidup menjadi sempit dan sesak. Namun kebenaran Tuhan itu membebaskan. Kebenaran Tuhan itu memerdekakan. Dan kebenaran Tuhan itu membuat hidup menjadi limpah. Yang saya ingin bagikan di dalam refleksi ini adalah mengenai panggilan Tuhan.
Ketika kita mendengar seseorang mengikut Kristus dan kemudian meninggalkan kepercayaan berhalanya dan percaya Tuhan maka kita bersukacita. Ketika orang itu mengalami penganiayaan dan kesulitan dan pergumulan memikul salib di dalam mengikut Tuhan maka kita bersyukur dan mengatakan orang itu diberkati. Kita berpikir karena ini sesuai dengan ucapan bahagia kotbah di bukit bahwa yang dianiaya karena kebenaran adalah diberkati. Kita juga menganggap bahwa orang ini bijaksana karena memilih sesuatu yang mulia yaitu mengikut Kristus.
Kemudian ada satu kasus lagi dimana seseorang tadinya seorang pedagang dan kemudian dipanggil Tuhan menjadi hamba Tuhan yang memberitakan Injil. Ketika orang itu tadinya kaya punya banyak materi dan kemudian orang itu sekarang memikul salib menjadi penginjil atau pendeta maka kita pun mempunyai pemikiran yang serupa dengan analogi di atas.
Kehidupan yang evil atau lebih evil -> Kehidupan yang lebih mulia / diberkati
Tetapi sebenarnya kedua perbandingan di atas itu tidak sama analoginya. Dan mari kita balikkan pengertiannya yaitu bila seseorang tadinya terjun di dalam pelayanan namun sekarang masuk ke dunia usaha, apa yang terjadi di dalam pemikiran orang percaya ? Orang yang menempuh jalan di bidang usaha dan tidak jadi di bidang “rohani” menempuh kehidupan yang lebih sekular, lebih tidak suci.
Ini adalah dualisme.
Mengapa saya berani berkata demikian ? Karena itu ada prinsip kebenarannya ? Sebenarnya saya pribadi juga bergumul banyak di dalam wilayah dualisme ini. Ini pergumulan real hidup saya. Dahulu saya masuk di sekolah teologi dan berbagian banyak di dunia pelayanan gerejawi. Mengapa saya mau melayani di pelayanan gerejawi ? Saya harus berkata jujur satu hal yaitu : Dulu saya di dalam kekosongan hidup dan kehampaan serta pencarian makna hidup mengerti kebenaran secara salah. Saya menanggap dunia pelayanan gerejawi lebih suci dan lebih mulia di bandingkan dengan dunia pekerjaan. Dan saya menganggap hal-hal usaha itu lebih kotor adanya daripada pelayanan gerejawi. Kemudian saya masuk di sekolah teologi. Tetapi di dalam saya menjalani bidang ini banyak naik turun. Dan pergumulan hidup saya selama 10 tahun ini berada di dalam ketegangan pemikiran antara pelayanan gerejawi dan pekerjaan di dalam makna keberartiannya. Orang yang mengenal hidup saya mengetahui bahwa saya ada masuk sekolah teologi kemudian cuti, kemudian sekolah kemudian masuk lagi namun keluar, kemudian masuk lagi dan cuti lagi dan sekarang kerja. Ada pendulum bulak balik di dalam pergumulan ini. Sewaktu saya memasuki dunia kerja, saya mengalami kesulitan real di dalamnya. Pergumulan akan makna. Saya sering ingin meninggalkan pekerjaan saya dan masuk ke dunia pelayanan lagi.
Saya anggap itu lebih mulia. Namun ternyata banyak hal sulit dan kurang memungkinkan.
Tetapi puji syukur kepada Tuhan ! saya dibukakan pengertian dari FirmanNya. Semua aspek realitas baik adanya. Semua ciptaan Tuhan baik adanya. Kalau kita mau pereteli lebih jauh seringkali di dalam pemahaman dualisme ( misalnya Gnostik atau Platonisme Yunani ) memandang bahwa aspek batiniah, aspek non materi lebih tinggi dan lebih baik daripada aspek tubuh, aspek materi yang dipandang lebih jahat. Ini pola pikir dasarnya. Dan bagaimana jika kita memakai framework yang salah ini di dalam menginterpretasikan Firman Tuhan ?
Ambil contoh : Carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
Seringkali penafsiran mencari kerajaan Allah ini dikaitkan dengan panggilan menjadi pelayan gerejawi full timer dimana itu lebih tinggi daripada panggilan usaha. Pekerjaan di dalam aspek non materi lebih tinggi daripada pekerjaan di dalam aspek materi.
Ambil contoh : Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah.
Di dalam Alkitab ini sudah jelas bahwa manusia butuh roti dan roti itu baik. Di bagian ini ditekankan bukan dari roti “saja”. Berarti roti perlu. Tetapi bukan roti saja yang diperlukan untuk hidup namun Firman yang keluar dari mulut Allah diperlukan untuk hidup. Kemudian ditegangkan antara hidup jasmani yang perlu roti dan hidup rohani yang perlu Firman. Dan mari mencari hidup yang rohani mencari Firman yang nilainya lebih tinggi daripada mencari roti. Penafsiran pembagian hidup rohani dan jasmani bukan tidak benar. Namun frameworknya harus benar.
Bagian ini lebih sulit dan perlu konsentrasi.
Nah, waktu kita mengatakan Firman itu aspek non materi dan roti ini aspek materi. Hati-hati di dalam pembagian ini. Sebab kita sedang mengkacaukan aspek Creator dan aspek creation. Sudah jelas aspek Creator itu lebih tinggi dan kudus ( maksudnya dipisahkan ) daripada aspek ciptaan. Allah adalah kudus sebab Ia berbeda dengan ciptaan. Dia dipisahkan dan berbeda dengan ciptaan. Tetapi hati-hati dengan pembagian kategori seperti ini dan di dalam pengkategorian yang analoginya seakan-akan sama.
- Materi vs Non Materi
- Roti vs Firman
- Usaha vs Pelayanan
- Tubuh vs Jiwa
- Sementara vs Kekal
- Biasa vs Kudus
Pembagian seperti ini kelihatan seperti benar namun ada problematisnya. Daftar kategori di atas tidak sama analoginya. Sebelum kita membagi kategori seperti ini marilah kita membagi kategorinya seperti :
- Creator dan creation.
- Di dalam creation ada aspek materi dan ada aspek non materi. Ada aspek usaha dan pelayananan. Ada tubuh dan jiwa. Semuanya baik adanya.
Ada perbedaan kualitatif yang besar antara Creator dan creation. Sewaktu kita mengatakan bahwa carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya maka semua itu akan ditambahkan kepadamu. Maka pengertiannya adalah carilah Creator, kemuliaan Creator, kerajaanNya, dan kehendakNya daripada mencari creation ( roti ). Pengertian ini bukan mengajarkan bahwa kita mencari dahulu pekerjaan pelayanan gerejawi lebih daripada pekerjaan seakan-akan pekerjaan usaha itu lebih evil. Pengertian yang lebih tepat adalah : hidup kita dibawah kedaulatan Allah dan apapun yang kita lakukan marilah kita lakukan untuk kemuliaan nama Tuhan. Carilah kemuliaanNya, kerajaanNya, dan kehendakNya.
Jadi apa yang membuat panggilan seseorang itu mulia adanya ? Nilainya bukan terletak pada pelayanan gerejawi yang bersifat non materi yang lebih tinggi daripada pekerjaan yang bersifat materi lebih rendah. Nilai mulianya panggilan seseorang memikul salib adalah kalau dia menjalankan panggilan yang Tuhan mau di dalam hidupnya. Panggilan itu unik dan sesuai dengan kedaulatanNya. Dan ini tidak berarti panggilan di pelayanan lebih tinggi nilainya daripada panggilan di dunia bisnis. Mulia atau tidaknya dinilai dari ketaatan akan panggilan Tuhan di bidangnya yang Tuhan sudah tetapkan. ( Untuk pengertian panggilan diperlukan pemahaman khusus lagi yang tidak dibahas disini )
Nah ada satu problematis bila kita memandang hidup dengan dualisme. Seharusnya semua pekerjaan adalah mulia bila itu panggilanmu. Namun ada beberapa contoh perkataan yang bisa membuat kita merasa bidang pekerjaan lebih rendah daripada bidang pelayanan :
- Mencari nafkah tidak habis-habis. Itu sementara. Namun mencari jiwa itu kekal dan nilainya kekal. Sering mendengar perkataan seperti ini bukan ? ( saya tidak mengatakan itu salah namun frameworknya harus benar )
- Hidup ini fokusnya untuk menginjili. Injil lebih berharga daripada materi.
Sewaktu seseorang mengatakan bahwa Injil itu berharga dan mulia. Saya setuju 100%. Amin ! Injil itu sangat bernilai dimana Anak Allah mengorbankan diriNya untuk supaya kita diselamatkan. Namun satu hal kita musti mengerti bahwa Injil bukan hanya Injil Keselamatan ( Soteriologi ). Tetapi Injil Kerajaan Allah. Apabila anda membaca Kitab Injil di dalam Alkitab maka kalimat yang muncul bukan Injil Keselamatan tetapi Injil Kerajaan Allah.
Apa bedanya Injil keselamatan dan Injil kerajaan Allah ? Berbeda wawasannya.
Seringkali ketika seseorang menginjili maka dia berpikir adalah membawa orang berdosa kembali kepada PenciptaNya. Berdamai melalui pengorbanan Sang Penebus, Yesus Kristus anak Allah. Ini betul tetapi ini hanya bagian keselamatan. Satu hal yang perlu kita pahami bahwa penebusan itu bukan hanya keselamatan pribadi. Kristus bukan hanya Juruselamat Pribadi. Tetapi Dia adalah Juruselamat Cosmic. Dia adalah Juruselamat Dunia. Semua aspek realitas yang sudah menyeleweng harus ditebus dan dikembalikan kepada Tuhan.
Jadi fokus Injil bukan hanya keselamatan ( walaupun itu penting sekali ). Tetapi supaya ciptaan ini semuanya dibawa kembali kepada Tuhan Allah. Inti Tuhan Allah menciptakan manusia dan dunia ini adalah supaya semuanya boleh memuliakan Tuhan.
Tuhan menciptakan ilmu matematik untuk memuliakan DIa
Tuhan menciptakan ilmu bahasa untuk memuliakan DIa
Tuhan menciptakan ilmu ekonomi untuk memuliakan Dia.
Tuhan menciptakan ilmu kedokteran untuk memuliakan Dia.
Tuhan menciptakan ilmu logika untuk memuliakan Dia.
Tuhan menciptakan ilmu kimiawi untuk memuliakan Dia.
Tuhan menciptakan ilmu fisika untuk memuliakan Dia.
Tuhan menciptakan semua pengetahuan untuk memuliakan Dia.
Jadi semua harus dibawa untuk kemuliaan nama Tuhan. Bahkan bisnis, ekonomi, Teknologi Informasi, dll, semua ini ada tujuan yang Tuhan tetapkan. Yaitu untuk memuliakan nama Tuhan. Maka melakukan pekerjaan apapun yang halal sesuai panggilan Tuhan di dunia ini adalah mulia adanya. Semua pekerjaan yang baik adalah ibadah kepada Tuhan. Luther mengatakan bahwa dunia adalah biaraku. Tempat kita melakukan ibadah ini bukan hanya di gereja namun di dunia.
Sebelum menutup perenungan ini, Saya harus menyeimbangkan kembali bukan berarti ketika kita terus bekerja di dunia ini kita melupakan pelayanan gerejawi. Tidak boleh saling mereduksi dan saling mengecilkan. Jangan kembali kepada pendulum yang saling bertegangan. Sebenarnya antara pelayanan gerejawi dan usaha bisnis bisa diharmoniskan dan sama-sama ada panggilannya. Tidak ada yang lebih mulia dan kudus. Yang mulia itu bila kita berpadanan dengan panggilan yang Tuhan inginkan di dalam hidup kita.
Frameworknya lebih baik kita lihat bukan seperti
Usaha vs Pelayanan gerejawi
Tetapi
Creator dan creation
Dimana creation harus memenuhi panggilannya untuk memuliakan Tuhan baik dalam bidang apapun.
Kiranya dengan perenungan artikel ini membuat kita bisa menghargai semua pekerjaan yang Tuhan berikan. Segala sesuatu indah adanya. Dan hidup kita menjadi indah bila berjalan sesuai dengan panggilanNya.
Soli Deo Gloria
Jeffrey Lim
Di dalam refleksi ingin membagikan pengertiannya dan menyadari pengertiannya masih perlu terus diperbaharui
23 Januari 2011.
* Notes : Ada baiknya sebelum membaca artikel ini membaca artikel sebelumnya supaya konteksnya dimengerti
Jeffrey Lim
Dengan wawasan Kristen yang benar maka kita memandang semua bagian realitas ciptaan Tuhan baik adanya dan tidak terjadi dualisme di dalam berpikir dan hidup. Dualisme gnostik dan Platonism menganggap bahwa dunia non materi lebih tinggi dan dunia materi lebih rendah bahkan ada nuansa jahat. Pemikiran ini tidak sesuai dengan pemikiran Alkitab. Saya teringat akan lagu “All things are bright and beautiful”. Lagu ini melukiskan bahwa Tuhan menciptakan dunia ini dan segala sesuatunya indah adanya. Baik aspek ciptaan yang berupa materi : pohon, burung, laut, langit, dan aspek ciptaan yang berupa non materi : bentuk, matematik, logika, konsep, semua ini indah adanya. Sungguh bersyukur kita hidup di dalam dunia ciptaan Tuhan yang indah ini. Dunia ini indah karena Penciptanya maha bijaksana dan maha baik adanya.
Di dalam refleksi kali ini, saya ingin membagikan luar biasanya pengertian integratif ini di dalam memandang kehidupan dan menerobos konsep yang dualisme. Sebab dengan konsep yang dualisme sebenarnya membuat hidup menjadi sempit dan sesak. Namun kebenaran Tuhan itu membebaskan. Kebenaran Tuhan itu memerdekakan. Dan kebenaran Tuhan itu membuat hidup menjadi limpah. Yang saya ingin bagikan di dalam refleksi ini adalah mengenai panggilan Tuhan.
Ketika kita mendengar seseorang mengikut Kristus dan kemudian meninggalkan kepercayaan berhalanya dan percaya Tuhan maka kita bersukacita. Ketika orang itu mengalami penganiayaan dan kesulitan dan pergumulan memikul salib di dalam mengikut Tuhan maka kita bersyukur dan mengatakan orang itu diberkati. Kita berpikir karena ini sesuai dengan ucapan bahagia kotbah di bukit bahwa yang dianiaya karena kebenaran adalah diberkati. Kita juga menganggap bahwa orang ini bijaksana karena memilih sesuatu yang mulia yaitu mengikut Kristus.
Kemudian ada satu kasus lagi dimana seseorang tadinya seorang pedagang dan kemudian dipanggil Tuhan menjadi hamba Tuhan yang memberitakan Injil. Ketika orang itu tadinya kaya punya banyak materi dan kemudian orang itu sekarang memikul salib menjadi penginjil atau pendeta maka kita pun mempunyai pemikiran yang serupa dengan analogi di atas.
Kehidupan yang evil atau lebih evil -> Kehidupan yang lebih mulia / diberkati
Tetapi sebenarnya kedua perbandingan di atas itu tidak sama analoginya. Dan mari kita balikkan pengertiannya yaitu bila seseorang tadinya terjun di dalam pelayanan namun sekarang masuk ke dunia usaha, apa yang terjadi di dalam pemikiran orang percaya ? Orang yang menempuh jalan di bidang usaha dan tidak jadi di bidang “rohani” menempuh kehidupan yang lebih sekular, lebih tidak suci.
Ini adalah dualisme.
Mengapa saya berani berkata demikian ? Karena itu ada prinsip kebenarannya ? Sebenarnya saya pribadi juga bergumul banyak di dalam wilayah dualisme ini. Ini pergumulan real hidup saya. Dahulu saya masuk di sekolah teologi dan berbagian banyak di dunia pelayanan gerejawi. Mengapa saya mau melayani di pelayanan gerejawi ? Saya harus berkata jujur satu hal yaitu : Dulu saya di dalam kekosongan hidup dan kehampaan serta pencarian makna hidup mengerti kebenaran secara salah. Saya menanggap dunia pelayanan gerejawi lebih suci dan lebih mulia di bandingkan dengan dunia pekerjaan. Dan saya menganggap hal-hal usaha itu lebih kotor adanya daripada pelayanan gerejawi. Kemudian saya masuk di sekolah teologi. Tetapi di dalam saya menjalani bidang ini banyak naik turun. Dan pergumulan hidup saya selama 10 tahun ini berada di dalam ketegangan pemikiran antara pelayanan gerejawi dan pekerjaan di dalam makna keberartiannya. Orang yang mengenal hidup saya mengetahui bahwa saya ada masuk sekolah teologi kemudian cuti, kemudian sekolah kemudian masuk lagi namun keluar, kemudian masuk lagi dan cuti lagi dan sekarang kerja. Ada pendulum bulak balik di dalam pergumulan ini. Sewaktu saya memasuki dunia kerja, saya mengalami kesulitan real di dalamnya. Pergumulan akan makna. Saya sering ingin meninggalkan pekerjaan saya dan masuk ke dunia pelayanan lagi.
Saya anggap itu lebih mulia. Namun ternyata banyak hal sulit dan kurang memungkinkan.
Tetapi puji syukur kepada Tuhan ! saya dibukakan pengertian dari FirmanNya. Semua aspek realitas baik adanya. Semua ciptaan Tuhan baik adanya. Kalau kita mau pereteli lebih jauh seringkali di dalam pemahaman dualisme ( misalnya Gnostik atau Platonisme Yunani ) memandang bahwa aspek batiniah, aspek non materi lebih tinggi dan lebih baik daripada aspek tubuh, aspek materi yang dipandang lebih jahat. Ini pola pikir dasarnya. Dan bagaimana jika kita memakai framework yang salah ini di dalam menginterpretasikan Firman Tuhan ?
Ambil contoh : Carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
Seringkali penafsiran mencari kerajaan Allah ini dikaitkan dengan panggilan menjadi pelayan gerejawi full timer dimana itu lebih tinggi daripada panggilan usaha. Pekerjaan di dalam aspek non materi lebih tinggi daripada pekerjaan di dalam aspek materi.
Ambil contoh : Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah.
Di dalam Alkitab ini sudah jelas bahwa manusia butuh roti dan roti itu baik. Di bagian ini ditekankan bukan dari roti “saja”. Berarti roti perlu. Tetapi bukan roti saja yang diperlukan untuk hidup namun Firman yang keluar dari mulut Allah diperlukan untuk hidup. Kemudian ditegangkan antara hidup jasmani yang perlu roti dan hidup rohani yang perlu Firman. Dan mari mencari hidup yang rohani mencari Firman yang nilainya lebih tinggi daripada mencari roti. Penafsiran pembagian hidup rohani dan jasmani bukan tidak benar. Namun frameworknya harus benar.
Bagian ini lebih sulit dan perlu konsentrasi.
Nah, waktu kita mengatakan Firman itu aspek non materi dan roti ini aspek materi. Hati-hati di dalam pembagian ini. Sebab kita sedang mengkacaukan aspek Creator dan aspek creation. Sudah jelas aspek Creator itu lebih tinggi dan kudus ( maksudnya dipisahkan ) daripada aspek ciptaan. Allah adalah kudus sebab Ia berbeda dengan ciptaan. Dia dipisahkan dan berbeda dengan ciptaan. Tetapi hati-hati dengan pembagian kategori seperti ini dan di dalam pengkategorian yang analoginya seakan-akan sama.
- Materi vs Non Materi
- Roti vs Firman
- Usaha vs Pelayanan
- Tubuh vs Jiwa
- Sementara vs Kekal
- Biasa vs Kudus
Pembagian seperti ini kelihatan seperti benar namun ada problematisnya. Daftar kategori di atas tidak sama analoginya. Sebelum kita membagi kategori seperti ini marilah kita membagi kategorinya seperti :
- Creator dan creation.
- Di dalam creation ada aspek materi dan ada aspek non materi. Ada aspek usaha dan pelayananan. Ada tubuh dan jiwa. Semuanya baik adanya.
Ada perbedaan kualitatif yang besar antara Creator dan creation. Sewaktu kita mengatakan bahwa carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya maka semua itu akan ditambahkan kepadamu. Maka pengertiannya adalah carilah Creator, kemuliaan Creator, kerajaanNya, dan kehendakNya daripada mencari creation ( roti ). Pengertian ini bukan mengajarkan bahwa kita mencari dahulu pekerjaan pelayanan gerejawi lebih daripada pekerjaan seakan-akan pekerjaan usaha itu lebih evil. Pengertian yang lebih tepat adalah : hidup kita dibawah kedaulatan Allah dan apapun yang kita lakukan marilah kita lakukan untuk kemuliaan nama Tuhan. Carilah kemuliaanNya, kerajaanNya, dan kehendakNya.
Jadi apa yang membuat panggilan seseorang itu mulia adanya ? Nilainya bukan terletak pada pelayanan gerejawi yang bersifat non materi yang lebih tinggi daripada pekerjaan yang bersifat materi lebih rendah. Nilai mulianya panggilan seseorang memikul salib adalah kalau dia menjalankan panggilan yang Tuhan mau di dalam hidupnya. Panggilan itu unik dan sesuai dengan kedaulatanNya. Dan ini tidak berarti panggilan di pelayanan lebih tinggi nilainya daripada panggilan di dunia bisnis. Mulia atau tidaknya dinilai dari ketaatan akan panggilan Tuhan di bidangnya yang Tuhan sudah tetapkan. ( Untuk pengertian panggilan diperlukan pemahaman khusus lagi yang tidak dibahas disini )
Nah ada satu problematis bila kita memandang hidup dengan dualisme. Seharusnya semua pekerjaan adalah mulia bila itu panggilanmu. Namun ada beberapa contoh perkataan yang bisa membuat kita merasa bidang pekerjaan lebih rendah daripada bidang pelayanan :
- Mencari nafkah tidak habis-habis. Itu sementara. Namun mencari jiwa itu kekal dan nilainya kekal. Sering mendengar perkataan seperti ini bukan ? ( saya tidak mengatakan itu salah namun frameworknya harus benar )
- Hidup ini fokusnya untuk menginjili. Injil lebih berharga daripada materi.
Sewaktu seseorang mengatakan bahwa Injil itu berharga dan mulia. Saya setuju 100%. Amin ! Injil itu sangat bernilai dimana Anak Allah mengorbankan diriNya untuk supaya kita diselamatkan. Namun satu hal kita musti mengerti bahwa Injil bukan hanya Injil Keselamatan ( Soteriologi ). Tetapi Injil Kerajaan Allah. Apabila anda membaca Kitab Injil di dalam Alkitab maka kalimat yang muncul bukan Injil Keselamatan tetapi Injil Kerajaan Allah.
Apa bedanya Injil keselamatan dan Injil kerajaan Allah ? Berbeda wawasannya.
Seringkali ketika seseorang menginjili maka dia berpikir adalah membawa orang berdosa kembali kepada PenciptaNya. Berdamai melalui pengorbanan Sang Penebus, Yesus Kristus anak Allah. Ini betul tetapi ini hanya bagian keselamatan. Satu hal yang perlu kita pahami bahwa penebusan itu bukan hanya keselamatan pribadi. Kristus bukan hanya Juruselamat Pribadi. Tetapi Dia adalah Juruselamat Cosmic. Dia adalah Juruselamat Dunia. Semua aspek realitas yang sudah menyeleweng harus ditebus dan dikembalikan kepada Tuhan.
Jadi fokus Injil bukan hanya keselamatan ( walaupun itu penting sekali ). Tetapi supaya ciptaan ini semuanya dibawa kembali kepada Tuhan Allah. Inti Tuhan Allah menciptakan manusia dan dunia ini adalah supaya semuanya boleh memuliakan Tuhan.
Tuhan menciptakan ilmu matematik untuk memuliakan DIa
Tuhan menciptakan ilmu bahasa untuk memuliakan DIa
Tuhan menciptakan ilmu ekonomi untuk memuliakan Dia.
Tuhan menciptakan ilmu kedokteran untuk memuliakan Dia.
Tuhan menciptakan ilmu logika untuk memuliakan Dia.
Tuhan menciptakan ilmu kimiawi untuk memuliakan Dia.
Tuhan menciptakan ilmu fisika untuk memuliakan Dia.
Tuhan menciptakan semua pengetahuan untuk memuliakan Dia.
Jadi semua harus dibawa untuk kemuliaan nama Tuhan. Bahkan bisnis, ekonomi, Teknologi Informasi, dll, semua ini ada tujuan yang Tuhan tetapkan. Yaitu untuk memuliakan nama Tuhan. Maka melakukan pekerjaan apapun yang halal sesuai panggilan Tuhan di dunia ini adalah mulia adanya. Semua pekerjaan yang baik adalah ibadah kepada Tuhan. Luther mengatakan bahwa dunia adalah biaraku. Tempat kita melakukan ibadah ini bukan hanya di gereja namun di dunia.
Sebelum menutup perenungan ini, Saya harus menyeimbangkan kembali bukan berarti ketika kita terus bekerja di dunia ini kita melupakan pelayanan gerejawi. Tidak boleh saling mereduksi dan saling mengecilkan. Jangan kembali kepada pendulum yang saling bertegangan. Sebenarnya antara pelayanan gerejawi dan usaha bisnis bisa diharmoniskan dan sama-sama ada panggilannya. Tidak ada yang lebih mulia dan kudus. Yang mulia itu bila kita berpadanan dengan panggilan yang Tuhan inginkan di dalam hidup kita.
Frameworknya lebih baik kita lihat bukan seperti
Usaha vs Pelayanan gerejawi
Tetapi
Creator dan creation
Dimana creation harus memenuhi panggilannya untuk memuliakan Tuhan baik dalam bidang apapun.
Kiranya dengan perenungan artikel ini membuat kita bisa menghargai semua pekerjaan yang Tuhan berikan. Segala sesuatu indah adanya. Dan hidup kita menjadi indah bila berjalan sesuai dengan panggilanNya.
Soli Deo Gloria
Jeffrey Lim
Di dalam refleksi ingin membagikan pengertiannya dan menyadari pengertiannya masih perlu terus diperbaharui
23 Januari 2011.
No comments:
Post a Comment