Refleksi mengenai gangguan Bipolar
Lebih
dari separuh usiaku ( 20 tahun ) bergumul naik turun dengan satu penyakit yang
namanya Gangguan Bipolar. Penyakit apa sih ini ? Mungkin terminologi gangguan
bipolar ini mulai tersingkap di negeri Indonesia semenjak kejadian artis Marshanda
yang terkena gangguan bipolar II yang sempat sedikit menghebohkan dunia sosial
media. Apa itu gangguan Bipolar ? Mengapa disebut penyakit ? Karena memang
gangguan Bipolar itu betul-betul sebuah penyakit di kimiawi otak penderita
gangguan Bipolar. Gangguan kimiawi di otak dalam gangguan bipolar ini
mempengaruhi suasana perasaan dan pikiran. Ada 2 kutub di dalam bipolar yaitu
ketika sedang fase mania dan ketika sedang fase depresi. Ketika sedang depresi,
alam perasaan terasa down, malas ngapa-ngapain, letih, lesu, moody dan juga
kurang bisa konsentrasi. Dan ketika sedang mania, diri penuh dengan ide, energi,
berbicara cepat dan perasaan menggelora senang. Di dalam tahap mania ini penderita
dapat melakukan hal-hal yang merugikan baik diri sendiri maupun orang lain
seperti boros, melanggar aturan, mencoba hal-hal yang berbahaya, dll.
Ketika saya
berbicara bahwa gangguan Bipolar itu satu penyakit, saya tentu tidak
menghilangkan bahwa ada dimensi-dimensi lain di dalam gangguan Bipolar seperti
psiko sosial dan spiritual disamping fisik ( biologis ). Melihat gangguan Bipolar dari multidimensi
adalah satu hal yang holistik dan menyeluruh. Manusia diciptakan Tuhan ada
dimensi fisik (tubuh) ada dimensi rohani (jiwa). Ada dimensi sosial dan
relasional juga. Tetapi tidak menghilangkan bahwa salah satu dimensi yang
paling kuat di dalam gangguan Bipolar adalah dimensi fisik ( biologis ). Karena
gangguan bipolar ini adalah benar-benar
satu penyakit fisik maka memerlukan
pengobatan medis. Dan bersyukur bahwa penyakit ini adalah treatable ( dapat
diobati ). Penyakit ini ibarat penyakit darah tinggi yang memerlukan pengobatan
terus menerus untuk menstabilkan.
Ketika
saya merenungkan saudara-saudari sependeritaan yang mengalami gangguan bipolar,
saya menyadari bahwa Tuhan Allah memberikan anugerahNya baik secara anugerah umum
maupun anugerah khusus. Anugerah umum adalah anugerah bagi semua manusia. Di
dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan penemuan medis yang adalah anugerah umum,
saya melihat bahwa obat-obatan dipakai untuk menjadi berkat bagi penderita
gangguan Bipolar. Ketika gangguan bipolar sendiri adalah satu penyakit di
kimiawi otak maka obat-obatan yang tepat berkhasiat menstabilkan suasana
perasaan dan pikiran penderita gangguan bipolar. Bagi saya sendiri sebagai
penderita gangguan bipolar, medis adalah satu hal yang esensial dan fundamental
dimana pikiran dan perasaan dipersiapkan stabil terlebih dahulu untuk selanjutnya
dikonseling. Setelah diobati maka langkah selanjutnya, penderita gangguan
bipolar di konseling. Hal ini sebenarnya menunjukkan bahwa selain aspek fisik
manusia mempunyai aspek batiniah. Selain tubuh ada jiwa. Selain sekedar unsur
biologis ada unsur eksistensial dan makna. Semua ini adalah bagian dimensi dari
manusia.
Kalau saya
merefleksi dari pergumulan penderita gangguan bipolar, banyak di antara mereka
yang kemudian bisa berdamai dengan gangguan yang mereka hadapi ini dan kemudian
bisa berjuang bahkan akhirnya berprestasi serta diakui. Memang dari kenyataan
kehidupan kita melihat bahwa ada seniman-seniman yang berprestasi namun sebenarnya
mereka bergumul dengan kesehatan mental mereka. Kita sebut salah satu diantara
mereka adalah Vincent Van Gogh, seorang pelukis terkenal. Ada dari mereka yang
mengalami depresi berat dan juga ada yang mengalami gangguan bipolar juga.
Walaupun kalau diselidiki banyak kasus bunuh diri di dalam gangguan bipolar
tetapi juga ada kisah-kisah perjuangan dimana akhirnya penderita gangguan ini
boleh mendapatkan satu pencapaian di dalam hidup mereka.
Waktu saya
merenungkan mengenai bagaimana diri menghadapi gangguan bipolar maka muncul
banyaknya aspek-aspek pemikiran di dalam diri saya. Ada orang yang mengkaitkan
gangguan bipolar ini di dalam kelemahan penyakitnya namun mempunyai kelebihan
yaitu kreativitas yang harus disalurkan. Ada penderita yang mengatasi gangguan
bipolar dengan terapi seni. Saya beberapa kali mengamati bahwa di Indonesia
sudah muncul adanya grup Bipolar Care Indonesia yang dipelopori oleh beberapa
wanita seperti Igi dan Vindy. Saya tidak pernah terlibat langung dengan mereka
dan hanya join Facebook grup ini. Namun saya menemukan beberapa kali bahwa di
antara mereka mengadakan acara terapi di dalam seni. Saya mengamati bahwa Vindy
sendiri sebagai pendiri BCI sering menggambar. Dan mungkin adalah benar bagi
beberapa orang bahwa menggambar adalah salah satu menyalurkan pikiran dan
perasaan dimana ini adalah salah satu terapi yang baik.
Saya sendiri
menemukan cara mengatasi pergumulan gangguan perasaan ini dengan dengar musik, main keyboard dan menyanyi.
Warisan lagu-lagu hymne di gereja maupun lagu-lagu kontemporer yang kuat nuansa
perasaannya ( yang tentunya saya pilih yang kata-katanya solid ) merupakan satu
terapi bagi saya. Saya sempat merenung bahwa di dalam menghadapi gangguan
bipolar ini kita harus memperkuat latihan baik di otak kiri maupun kanan. Otak
kiri biasa berkaitan dengan logika sedangkan otak kanan berkaitan dengan
kreativitas dan seni. Saya menemukan satu solusi bagi diriku sendiri bahwa
ketika saya sedang ekstrim di dalam satu fase misalnya terlalu konsentrasi di
dalam programming dan coding ( berkaitan dengan otak kiri ) maka waktu saya
pada akhirnya kecapean dan stres adalah baik dan membantu untuk menstabilkannya
dengan fokus kepada kegiatan yang menggunakan otak kanan seperti main musik,
dengar musik, menyanyi atau bersosialisasi. Hal ini akan menstabilkan diri
saya. Terapi dialektik ini bagi saya sangat berguna. Ketika saya terlalu banyak
ekstrovert dan bergaul dengan banyak orang maka ada kalanya saya perlu tenang
berdiam diri untuk mengisi energi. Dan ketika saya sedang terlalu banyak
sendiri introvert adalah baiknya saya mulai bersosialisasi. Bagi saya menjadi
manusia yang utuh harus seimbang.
Kemudian
dari beberapa pengamatan yang saya lihat dan juga dari pengalaman saya sendiri,
salah satu terapi yang baik di dalam menghadapi gangguan bipolar adalah terapi
kerja. Waktu kita bisa bekerja dan menghasilkan sesuatu yang berguna baik itu
besar atau kecil, kita akan merasa puas. Dari sini saya merenungkan bahwa Tuhan
menciptakan manusia itu untuk bekerja. Dan ketika manusia bekerja, mereka
menemukan satu makna. Seperti halnya Tuhan bekerja maka manusia yang diciptakan
menurut gambarNya juga harus bekerja menghasilkan buah dimana dari sana baru
merasa dirinya berguna. Di dalam pencapaian ada kepuasan. Bahkan lebih dari
pencapaian bagi orang yang percaya ada penggenapan rencanaNya. Sewaktu saya
bisa mengerjakan sesuatu yang berguna bagi keluarga, atau bagi perusahaan atau
bagi pelayanan atau bagi orang banyak, maka perasaan damai sejahtera akan
mengkonfirmasi bahwa kita melakukan sesuatu yang benar. Bagi saya sendiri ini
adalah setelan yang sudah ditetapkan dan satu sistem takaran yang standar yang
sudah ditanamkan di dalam natur kita sebagai manusia yang adalah ciptaan Tuhan.
Yaitu kita harus bekerja dan menghasilkan buah. Dan menariknya, saya percaya
bahwa kerja disini bukan dinilai dari hasil materinya dan hasil efisiensinya.
Namun lebih dinilai dari apakah ini sesuai dengan takaran talenta yang sudah
ditanamkan di dalam diri kita yang unik.
Akhir kata, bagi setiap penderita
Bipolar atau bagi caregivers, tetaplah semangat di dalam menghadapi penyakit
ini ! Di dalam air mata dan perjuangan kita tetap berharap adanya makna. Dan
kiranya Tuhan memberkati perjuangan kita semua !
Jeffrey Lim
16 November 2017
No comments:
Post a Comment