Rasul Paulus mengatakan, “Sebab aku
mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah
kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya,
pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.” ( Roma 1:16 ).
Terjemahan lainnya mengatakan bahwa “Sebab aku tidak malu akan Injil”.
Sejak manusia jatuh ke dalam dosa,
manusia mempunyai rasa “malu” akan dirinya. Ed Welch mengatakan bahwa di
dalam rasa malu ini mengandung beberapa nuansa. Pertama-tama, yaitu
kita merasa diri kita “terekspos” ( terbuka telanjang ) baik di hadapan
Allah maupun di hadapan umum (sesama manusia). Kedua, di dalam rasa
malu juga mengandung nuansa bahwa kita merasa diri kita najis, kotor,
dan terkontaminasi. Kita merasa jijik dengan diri kita dan berpandangan
mungkin orang lain juga mengetahui dan jijik terhadap diri kita. Dan
terakhir malu bernuansa bahwa kita ditolak dan tidak diterima oleh orang
lain. Kita merasa tidak dimiliki. Kita merasa terbuang dan dibuang.
Perasaan malu adalah perasaan yang
dasyat. Perasaan ini masuk ke dalam hati kita dan dapat membuat kita
gelisah, kuatir, takut dan bersalah. Malu dapat terjadi karena dosa kita
atau juga dapat terjadi karena tindakan dosa orang lain terhadap kita.
Malu ini mengandung asosiasi. Ketika kita diasosiasikan dengan dosa,
kenajisan dan pelanggaran maka secara otomatis ini menimbulkan rasa
malu.
Tetapi bersyukur kepada Tuhan sebab oleh karena Injil kita tidak perlu merasa malu. Mengapa ?
Sebab di dalam Injil kita ditutupi oleh
kebenaran Kristus. KebenaranNya menjubahi ketelanjangan kita karena
dosa. KekudusanNya menghiasi batin kita. Berita Injil adalah berita
sukacita bahwa Yesus Kristus mati di kayu salib untuk mengampuni,
menghapus dan membersihkan dosa kita. Dan karena Injil kita diterima
menjadi anak-anak Allah di dalam Kristus Yesus.
Orang-orang yang datang kepada Yesus
Kristus tidak akan dipermalukan. Pemazmur mengatakan bahwa “kepadaMu
Tuhan aku berlindung, jangan aku mendapat malu”. Karena Yesus Kristus
adalah Tuhan maka orang yang datang kepadaNya tidak akan dipermalukan.
Tidak dipermalukan oleh siapa ? Tidak dipermalukan oleh Allah sendiri.
Tidak dipermalukan oleh Yesus Kristus sendiri.
Ketika Yesus Kristus tidak mempermalukan
orang yang berlindung padaNya, tetapi mungkin orang yang datang kepada
Tuhan masih dipermalukan oleh orang lain dan sekitar. Misalnya sebelum
anda percaya Tuhan anda adalah seorang yang dipenjara dan jahat. Ketika
anda percaya Tuhan mungkin orang lain masih mempermalukan anda bahwa
anda orang berdosa. Contoh lain adalah anda mungkin seorang yang di mata
masyarakat memalukan. Kemudian anda percaya kepada Tuhan Yesus. Orang
mungkin masih memandang anda orang yang memalukan. Tetapi Tuhan tidak
mempermalukan orang yang datang kepadaNya. Dan pertanyaannya : penilaian
siapa yang kita pandang ? Penilaian Tuhan atau manusia ? Ketika Tuhan
mendeklarasikan dan mengampuni dosa manusia, siapakah manusia yang
berhak merasa bersalah dan malu terus menerus ? Kalau Allah membenarkan
seorang manusia siapakah yang menghukum dia ?
Kisah-kisah Tuhan Yesus menerima dan
mengampuni serta membenarkan orang berdosa seperti ini banyak di dalam
Alkitab. Ingat kisah Zakheus si pemungut cukai yang dibenci oleh
masyarakat ? Ingat kisah perempuan Samaria yang dianggap perempuan
berdosa ? Ingat peristiwa orang yang buta sejak lahir yang disembuhkan
Yesus Kristus ? Ingat kisah perempuan berdosa yang menggunakan rambut
dan air matanya untuk mengurapi Tuhan Yesus ?
Atau mari kita melihat kisah murid Yesus
sendiri yaitu Simon Petrus. Rasul Petrus pernah menyangkal Yesus
Kristus sebanyak 3x. Dia merasa malu dan bersalah. Tetapi Tuhan Yesus
memulihkannya dengan 3 pertanyaan “Simon, apakah engkau mengasihi Aku ?”
Ketika Petrus menjawab pertanyaan Yesus, Yesus Kristus mengatakan
kembali :”gembalakanlah domba-dombaKu”
Atau marilah kita juga melihat Rasul
Paulus yang sebelumnya menganiaya jemaat Tuhan. Kemudian dia dipanggil
Tuhan menjadi rasul bagi jemaat Tuhan. Tentunya bukan hal yang mudah
bagi rasul Paulus di dalam batinnya ketika berhadapan dengan jemaat
Tuhan. Dia tentu ada perasaan bersalah dan malu. Tetapi Paulus menyadari
satu hal bahwa dia tidak malu akan Injil. Injil yang menyelamatkan dia.
Injil yang memulihkan dia.
Mungkin saudara adalah orang yang di
mata dunia bukan seorang yang terhormat. Kemudian saudara hendak datang
kepada Tuhan Yesus dan mungkin dunia mentertawakan anda. Jangan malu
karena Injil ! Karena Tuhan Yesus mengasihi dan menerima anda. Injil
yang anda percayai adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan.
Mungkin anda di mata dunia bukan seorang
yang mulia. Seorang yang pernah berdosa. Seorang yang dinilai
memalukan. Tetapi Tuhan memanggil anda menjadi hamba Tuhan dan dunia
mungkin mengolok-ngolok anda. Tetapi janganlah malu karena Injil !
Layanilah Tuhan !
Mungkin anda di dalam penilaian dunia
bukan seorang yang kaya, berpengaruh, berkuasa, hebat dan seorang yang
dipandang dalam nilai-nilai dunia. Tetapi Tuhan memanggil kita kawanan
kecil yang lemah dan miskin untuk menjadi saksi-saksiNya. Janganlah malu
karena Injil ! Bersaksilah bagi Dia !
Bila dunia masih mentertawakan anda dan
mempermalukan anda, janganlah malu tetapi marilah menanggung semua itu.
Yesus Kristus sendiri adalah teladan dalam hal ini. Dia Allah yang
menjadi manusia. Lahir di palungan. Lahir sebagai orang miskin.
Orang-orang menghina dia adalah anak haram. Tetapi sesungguhnya Dia
dikandung dari Roh Kudus dalam rahim Maria dan bukan dari hasil
persetubuhan laki-laki dan perempuan. Dia hidup sebagai anak tukang
kayu. Berasal dari kota kecil kota nazaret. Dia tidak berpendidikan
tinggi. Dia bahkan di dalam matinya harus dipermalukan di kayu salib. Di
hina, diolok-olok dan ditelanjangi. Tetapi salib yang dipandang dunia
sebagai lambang hina menjadi lambang mulia.
Janganlah malu akan salib Tuhan ! Salib
yang sepertinya kekalahan dan kebodohan sesungguhnya adalah kekuatan
Allah. Salib adalah hikmat Allah.
Jangan malu di dalam mengikut Tuhan ! Mengikut Tuhan adalah jalan berkat !
Marilah kita tidak malu akan Injil dan bersaksi akan Injil !
Jeffrey Lim
www.jlministry.org
10-6-2013
www.jlministry.org
10-6-2013
No comments:
Post a Comment