Pelayan Tuhan yang kecil hati
Jeffrey Limpingen
Refleksi dari Keluaran 1-4
I. Perbudakan di Mesir dan perbudakan dosa
Di dalam peristiwa Keluaran dimulai dengan para anak Israel yang sudah menetap di Mesir. Pada mulanya semua berjumlah tujuh puluh ( 1:5) dan kemudian meninggallah Yusuf beserta saudara-saudaranya. Alkitab mencatat bahwa orang-orang Israel beranak cucu dan bertambah banyak dan berlipat ganda sehingga negeri dipenuhi mereka. Kejadian ini mengingatkan kita kepada berkat Allah yang diberikan di dalam Kitab Kejadian kepada umat manusia untuk beranak cucu dan memenuhi bumi. Berkat Allah ada pada orang Israel sebagai umat Tuhan dan juga ada pada kita sebagai umatNya.
Tetapi ada satu tragedi malang yang dihadapi bangsa Israel. Raja Mesir yang tidak mengenal Yusuf memerintah dan dia berniat untuk menindas bangsa Israel dengan keras. Akhirnya terjadi peristiwa perbudakan bangsa Israel. Perbudakan ini adalah perbudakan yang sangat bersifat kekerasan, kejam dan menyiksa fisik dan batin bangsa Israel. Mereka diperintahkan untuk kerja rodi dan paksa untuk mendirikan kota-kota perbekalan bagi Firaun.
Perbudakan seperti ini bukan hal yang main-main dan biasa. Bangsa Israel diperintahkan apa yang mereka tidak suka bahkan menyiksa mereka. Mereka malang dan mereka tidak bisa berbuat apa-apa selain menaati para penyiksa mereka. Kekerasan dan kekejaman demi kekejaman tertimpa pada umat Tuhan.
Di dalam peristiwa perbudakan bangsa Israel kita dapat melihat bahwa ini adalah analogi perbudakan manusia oleh dosa. Perbudakan itu membuat manusia menjadi hamba dosa. Perbudakan ini membuat manusia tidak bebas. Dan perbudakan ini membuat manusia menderita. Perbudakan secara fisik begitu mengerikan apalagi perbudakan secara batiniah oleh dosa. Perbudakan secara batiniah oleh dosa mengakibatkan banyak manusia menderita dan sengsara dibawah penguasa Iblis yang terus menyuruh manusia untuk berbuat dosa. Ini adalah tragedi umat manusia.
Refleksi
Dosa memang adalah masalah utama umat manusia. Alkitab mencatat bahwa semua manusia sudah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah ( Rom 3:23 ). Tidak ada seorangpun yang bisa menghindarkan diri dari dosa. Semua sudah berdosa dan di dalam dosa ini manusia tersiksa, malang, tidak berpengharapan dan juga akan binasa selama-lamanya sebab upah dosa ialah maut ( Rom 6:23 ). Siapakah yang dapat membebaskan manusia dari perbudakan dosa ? Hanya Tuhan Yesus.
Di dalam peristiwa Keluaran ini maka Musa adalah tipologi dari Kristus Yesus. Musa membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir adalah tipologi Kristus membebaskan kita dari perbudakan dosa.
II. Cerita seorang anak Tuhan bernama Musa
Cerita ini berlanjut di tengah-tengahnya cerita perbudakan ini, ada cerita kecil yang akan bergabung dengan cerita besar. Yaitu cerita kelahiran Musa. Musa lahir dan kita melihat satu keajaiban bahwa dia yang adalah orang ibrani bisa sampai menjadi seorang anak angkat puteri Firaun ( 2:10 ).
Musa sebagai seorang Ibrani menyadari identitasnya. Dia adalah orang Ibrani dan dia bukan orang Mesir. Sebetulnya Alkitab mencatat bahwa Musa setelah dewasa menolak disebut anak puteri Firaum ( Ibr 11:24 ). Padahal kalau kita renungkan sebetulnya posisi Musa itu sudah enak. Dia sudah menjadi bagian dari bangsa Mesir. Dia tidak menderita. Dia ada kemuliaan. Dia ada posisi. Dia ada harta. Dia ada kesenangan. Dia ada kemewahan. Dia ada nama. Dia ada segala sesuatu yang ditawarkan di Mesir. Namun Musa mempunyai mata rohani. Dia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah daripada untuk sementara kenikmati kesenangan dari dosa ( Ibr 11:25 ). Dia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah. Musa walaupun hidup di tengah-tengah orang-orang fasik tetapi masih mempunyai iman dan mempunyai mata rohani yang terang. Dia sadar bahwa hidup itu bukan untuk kenikmatan, bukan untuk kemewahan, bukan untuk kesenangan, bukan untuk diri tetapi untuk menjalani panggilan Tuhan. Dia menyadari panggilan yang mulia dari Tuhan. Tetapi ini baru separuh jalan.
Refleksi
Ketika kita di dalam hidup melihat bahwa hidup ini bukan untuk menikmati dunia tetapi untuk menjalani panggilan Tuhan maka kita berada di dalam jalan hidup yang benar yaitu di dalam jalan Tuhan. Tetapi perjalanan itu penuh dengan tantangan dan penuh dengan perjuangan serta kesulitan. Kita dipanggil Tuhan untuk melayani Tuhan namun dengan cara yang bagaimana ?
III. Cerita Musa menjalani pelayanan dengan caranya sendiri
Sebagai seorang Ibrani maka Musa melihat kesengsaraan umat Allah. Dia tergerak dan Musa mempunyai gerakan yang mulia untuk menyelesaikan kesengsaraan umat Allah. Tetapi Musa menjalani dengan caranya sendiri. Musa bertindak lebih cepat dari speedo Tuhan. Musa bergerak dengan keinginannya sendiri. Ketika dia melihat seorang Mesir memukul saudaranya orang Ibrani maka dia membunuh orang Mesir itu ( Kel 2:12). Ini adalah langkah awal dia melangkah dengan caranya sendiri untuk mencoba menyelesaikan masalah perbudakan yang ada.
Keesokan hari dari peristiwa ini maka Musa mencoba melerai saudara-saudaranya yang sedang bertikai. Motivasi Musa sebenarnya baik tetapi dia menjalani dengan kekuatan dan hikmatnya sendiri. Dia mencoba menyelesaikan semua masalah bangsanya dengan hikmat dan kemampuannya sendiri. Dan dia gagal.
Orang Ibrani tidak mau mendengarkan perkataan Musa dan bahkan membongkar rahasia pembunuhan yang dilakukan oleh Musa terhadap orang Mesir dan akhirnya Musa harus melarikan diri karena hendak dibunuh oleh Raja Mesir. Musa akhirnya melarikan diri ke Median ( Kel 2:16 )
Pelayan Tuhan yang kecil hati
Jeffrey Limpingen
Refleksi dari Keluaran 1-4
I. Perbudakan di Mesir dan perbudakan dosa
Di dalam peristiwa Keluaran dimulai dengan para anak Israel yang sudah menetap di Mesir. Pada mulanya semua berjumlah tujuh puluh ( 1:5) dan kemudian meninggallah Yusuf beserta saudara-saudaranya. Alkitab mencatat bahwa orang-orang Israel beranak cucu dan bertambah banyak dan berlipat ganda sehingga negeri dipenuhi mereka. Kejadian ini mengingatkan kita kepada berkat Allah yang diberikan di dalam Kitab Kejadian kepada umat manusia untuk beranak cucu dan memenuhi bumi. Berkat Allah ada pada orang Israel sebagai umat Tuhan dan juga ada pada kita sebagai umatNya.
Tetapi ada satu tragedi malang yang dihadapi bangsa Israel. Raja Mesir yang tidak mengenal Yusuf memerintah dan dia berniat untuk menindas bangsa Israel dengan keras. Akhirnya terjadi peristiwa perbudakan bangsa Israel. Perbudakan ini adalah perbudakan yang sangat bersifat kekerasan, kejam dan menyiksa fisik dan batin bangsa Israel. Mereka diperintahkan untuk kerja rodi dan paksa untuk mendirikan kota-kota perbekalan bagi Firaun.
Perbudakan seperti ini bukan hal yang main-main dan biasa. Bangsa Israel diperintahkan apa yang mereka tidak suka bahkan menyiksa mereka. Mereka malang dan mereka tidak bisa berbuat apa-apa selain menaati para penyiksa mereka. Kekerasan dan kekejaman demi kekejaman tertimpa pada umat Tuhan.
Di dalam peristiwa perbudakan bangsa Israel kita dapat melihat bahwa ini adalah analogi perbudakan manusia oleh dosa. Perbudakan itu membuat manusia menjadi hamba dosa. Perbudakan ini membuat manusia tidak bebas. Dan perbudakan ini membuat manusia menderita. Perbudakan secara fisik begitu mengerikan apalagi perbudakan secara batiniah oleh dosa. Perbudakan secara batiniah oleh dosa mengakibatkan banyak manusia menderita dan sengsara dibawah penguasa Iblis yang terus menyuruh manusia untuk berbuat dosa. Ini adalah tragedi umat manusia.
Refleksi
Dosa memang adalah masalah utama umat manusia. Alkitab mencatat bahwa semua manusia sudah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah ( Rom 3:23 ). Tidak ada seorangpun yang bisa menghindarkan diri dari dosa. Semua sudah berdosa dan di dalam dosa ini manusia tersiksa, malang, tidak berpengharapan dan juga akan binasa selama-lamanya sebab upah dosa ialah maut ( Rom 6:23 ). Siapakah yang dapat membebaskan manusia dari perbudakan dosa ? Hanya Tuhan Yesus.
Di dalam peristiwa Keluaran ini maka Musa adalah tipologi dari Kristus Yesus. Musa membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir adalah tipologi Kristus membebaskan kita dari perbudakan dosa.
II. Cerita seorang anak Tuhan bernama Musa
Cerita ini berlanjut di tengah-tengahnya cerita perbudakan ini, ada cerita kecil yang akan bergabung dengan cerita besar. Yaitu cerita kelahiran Musa. Musa lahir dan kita melihat satu keajaiban bahwa dia yang adalah orang ibrani bisa sampai menjadi seorang anak angkat puteri Firaun ( 2:10 ).
Musa sebagai seorang Ibrani menyadari identitasnya. Dia adalah orang Ibrani dan dia bukan orang Mesir. Sebetulnya Alkitab mencatat bahwa Musa setelah dewasa menolak disebut anak puteri Firaum ( Ibr 11:24 ). Padahal kalau kita renungkan sebetulnya posisi Musa itu sudah enak. Dia sudah menjadi bagian dari bangsa Mesir. Dia tidak menderita. Dia ada kemuliaan. Dia ada posisi. Dia ada harta. Dia ada kesenangan. Dia ada kemewahan. Dia ada nama. Dia ada segala sesuatu yang ditawarkan di Mesir. Namun Musa mempunyai mata rohani. Dia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah daripada untuk sementara kenikmati kesenangan dari dosa ( Ibr 11:25 ). Dia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah. Musa walaupun hidup di tengah-tengah orang-orang fasik tetapi masih mempunyai iman dan mempunyai mata rohani yang terang. Dia sadar bahwa hidup itu bukan untuk kenikmatan, bukan untuk kemewahan, bukan untuk kesenangan, bukan untuk diri tetapi untuk menjalani panggilan Tuhan. Dia menyadari panggilan yang mulia dari Tuhan. Tetapi ini baru separuh jalan.
Refleksi
Ketika kita di dalam hidup melihat bahwa hidup ini bukan untuk menikmati dunia tetapi untuk menjalani panggilan Tuhan maka kita berada di dalam jalan hidup yang benar yaitu di dalam jalan Tuhan. Tetapi perjalanan itu penuh dengan tantangan dan penuh dengan perjuangan serta kesulitan. Kita dipanggil Tuhan untuk melayani Tuhan namun dengan cara yang bagaimana ?
III. Cerita Musa menjalani pelayanan dengan caranya sendiri
Sebagai seorang Ibrani maka Musa melihat kesengsaraan umat Allah. Dia tergerak dan Musa mempunyai gerakan yang mulia untuk menyelesaikan kesengsaraan umat Allah. Tetapi Musa menjalani dengan caranya sendiri. Musa bertindak lebih cepat dari speedo Tuhan. Musa bergerak dengan keinginannya sendiri. Ketika dia melihat seorang Mesir memukul saudaranya orang Ibrani maka dia membunuh orang Mesir itu ( Kel 2:12). Ini adalah langkah awal dia melangkah dengan caranya sendiri untuk mencoba menyelesaikan masalah perbudakan yang ada.
Keesokan hari dari peristiwa ini maka Musa mencoba melerai saudara-saudaranya yang sedang bertikai. Motivasi Musa sebenarnya baik tetapi dia menjalani dengan kekuatan dan hikmatnya sendiri. Dia mencoba menyelesaikan semua masalah bangsanya dengan hikmat dan kemampuannya sendiri. Dan dia gagal.
Orang Ibrani tidak mau mendengarkan perkataan Musa dan bahkan membongkar rahasia pembunuhan yang dilakukan oleh Musa terhadap orang Mesir dan akhirnya Musa harus melarikan diri karena hendak dibunuh oleh Raja Mesir. Musa akhirnya melarikan diri ke Median ( Kel 2:16 )
Refleksi
Di dalam hidup melayani Tuhan, seringkali kita menjalani pelayanan dengan cara kita sendiri dan bergantung pada hikmat kita sendiri. Kita menyangka bahwa kita adalah orang yang bisa menyelesaikan masalah tetapi sesungguhnya kita adalah orang yang sebetulnya menambah masalah yang ada Kita harus menjalani panggilan Tuhan di dalam pelayanan dengan cara Tuhan. Di luar Kristus kita tidak bisa berbuat apa-apa. Bila ingin melayani maka harus dengan cara dan waktu Tuhan.
IV. Keterasingan Musa pelayan Tuhan
Ada saat dimana ketika Tuhan hendak membuat seseorang melayani maka Tuhan memasukkan dia kepada sekolah padang gurun. Musa harus menjalani masa 40 tahun di padang gurun. Ini adalah tragedi bagi hidup Musa. Cita-cita dan visi dia boleh berbagian menyelesaikan pergumulan umat Allah menjadi berantakan dan juga dia menjadi seorang asing di dalam padang. Musa harus menjalani hidup sebagai gembala sampai dia harus menamai anaknya yaitu Gersom yang artinya Aku telah menjadi seorang pendatang di negeri asing.
Musa di dalam dirinya menyadari ada cita-cita mulia. Itu seharusnya tujuan hidupnya tetapi dia merasa dia tidak menjalani tujuan hidup itu. Dan dia merasa terasing di negeri asing. Dia merasa tidak berguna dan merasa kosong. Tetapi toh dia harus hidup maka dia menjalani tugas kesehariannya di dalam sekedar mengisi hidup. Di dalam 40 tahun ini Musa belajar artinya kosong tanpa Tuhan. Dia menyadari dia tidak bisa apa-apa tanpa Tuhan.
Refleksi
Kita sebagai pelayan Tuhan seringkali di dalam hidup kita tahu bahwa tujuan hidup adalah untuk menjalani panggilan Tuhan. Tetapi karena kesalahan kita maka kita menjalani hidup yang rasanya hampa sebab tidak menjalani panggilan ini. Tetapi sesungguhnya semua panggilan Tuhan itu ada waktu Tuhan. Ada masa Tuhan. Ada speedo Tuhan. Kita tidak bisa lebih cepat atau lebih lambat. Sebab Dia Tuhan yang empunya pelayanan.
V. Tragedi umat Allah dan Allah yang mendengarkan mereka
Alkitab mencatat bahwa Raja Mesir kemudian mati. Tetapi orang Israel masih mengeluh di dalam tragedi perbudakan. agedi yang menyebabkan bangsa Israel ini mengakibatkan mereka berteriak dan berseru-seru. Teriak minta tolong mereka sampai kepada Allah ( 2:23 ).
Betapa satu hal yang luar biasa yaitu Alkitab mencatat Allah mendengar mereka mengerang. Allah kita bukan Allah yang tinggal diam ketika terjadi kejahatan. Allah kita bukan Allah yang tuli dan bisu seperti berhala Mesir. Allah kita adalah Allah yang hidup dan mendengar keluhan anak-anakNya. Dan lebih dari itu Allah kita adalah Allah yang baik. Alkitab mencatat bahwa Ia mengingat kepada perjanjianNya dengan Abraham, Ishak dan Yakub ( Kel 2:24 ). Ini menunjukkan bahwa Allah kita adalah Allah yang setia.
Karena Ia setia maka Ia akan bertindak ketika umatNya berada di dalam perbudakan dan kejahatan. Dia tidak diam. Dia mengamati dan Dia akan bertindak.
Refleksi
Di dalam kehidupan kita sebagai umat Allah dan di dalam kehidupan saudara-saudara kita yang kita kasihi seringkali kita melihat realita kejahatan yang menguasai dan memperbudak. Tentunya kita berteriak dan mengeluh. Tetapi sebetulnya Allah tidak tinggal diam. Dia mengamati. Semua ada waktunya Dia akan bertindak. Sabar dan nantikanlah Allah. Mata Tuhan ada pada orang yang berseru kepadaNya dan mengharap kasih karuniaNya.
VI. Pengutusan Musa dan kekecilan hatinya
Tuhan Allah tidak pernah terlambat bertindak. Setelah membiarkan Musa bergumul di dalam kekosongan dan ketidakberartian maka ada saatnya Dia memanggil Musa. Musa memang dipanggil Tuhan menjadi alatNya. Seperti Yeremia maka setiap pelayan Tuhan seperti Musa juga adalah dipanggil Tuhan sebelum mereka lahir. Tuhan sudah menetapkan pelayanNya di dalam kekekalan untuk melayani Dia. Dan di dalam waktu sementara ini Dia menjalankan pemanggilanNya kepada Musa dan juga kepada setiap pelayan Tuhan. Memang Tuhan adalah Tuhan yang bijaksana. Dia hendak memakai hambaNya setelah hambaNya sadar bahwa dia harus bergantung kepada Tuhan sebab dia tidak bisa apa-apa. Kadang Tuhan harus membiarkan seseorang mengalami padang gurun di dalam jiwanya sebelum Tuhan memakainya.
Alkitab mencatat bahwa di dalam diri Musa ada kekecilan hati ketika Dia memanggil Musa. Musa terus berdialog dan ingin menghindar dari panggilan Tuhan. Dia sudah merasa minder dan merasa tidak mampu melayani Tuhan. Mari kita refleksikan kekecilan hati Musa.
Musa sebagai seorang pemuda pada awalnya mempunyai idealisme tinggi dan percaya kepada dirinya sendiri. Dia tahu dia dipanggil Tuhan. Dia merasakan panggilanNya. Dia seorang yang rohani dan hidupnya diarahkan buat Tuhan dan pelayanan. Tetapi dia gegabah dan bertindak di luar waktu Tuhan dan dengan kekuatan serta hikmat sendiri. Dia pernah melakukan kesalahan. Dia bahkan tidak dipercaya oleh umat Tuhan. Ini pasti satu pukulan yang dasyat. Di tambah satu hal yaitu bahwa dia harus menggembara selama 40 tahun dan hidup seakan-akan tidak menjalani panggilan Tuhan. Pasti dia sudah merasa kosong dan kapok. Dia merasa minder dan merasa tidak berguna karena dia tahu nilai dirinya adalah panggilannya dan ketika dia tidak menjalani panggilan itu maka dia merasa dirinya tidak ada artinya.
Refleksi
Mungkin di antara kita ada saatnya kita melakukan satu kesalahan yang besar. Mungkin kita tahu kita dipanggil untuk melayani. Tetapi karena kecerobohan dan kesalahan kita maka kita sepertinya tidak bisa melayani Tuhan dan merasa terbuang serta mengalami kekosongan. Tetapi sesungguhnya kita harus sadar sesuatu bahwa pelayanan itu adalah milik Tuhan dan Tuhan ada waktunya untuk memakai seseorang. Ada saatnya Tuhan menguji dan Tuhan membentuk seseorang supaya dia sadar bahwa dia tidak bisa apa-apa dan harus bergantung kepada Tuhan. Inilah yang dialami Musa atau mungkin dialami kita. Musa harus mengalami pengalaman pahit bahkan kosong selama 40 tahun. Ini bukan pengalaman yang mudah. 40 tahun sanggup menjadikan seseorang menjadi sangat kecil hati. Bahkan ketika Tuhan Allah memberikan tanda mujizat tongkat menjadi ularpun Musa tetap kecil hati. Ini keminderan yang luar biasa dalam.
Refleksi
Kita pasti bukan seorang pelayan Tuhan sebesar Musa. Sangat sangat jauh dari itu. Dan Musa memang adalah pelayan Tuhan yang khusus dan Alkitab mengatakan juga bahwa dia sangat rendah hati tidak ada yang bisa menyamainya kecuali tentunya Tuhan Yesus. Kita harus sadar kita seorang yang kecil dan juga kita diuji bukan seperti pencobaan Musa yang harus selama 40 tahun mengalami kekosongan. Mungkin di dalam diri kita cuma satu atau dua atau sampai lima tahun mengalami kekosongan. Tetapi satu hal yaitu ada prinsip yang sama yaitu kita harus menanti Tuhan memanggil kita kembali dengan panggilanNya yang efektif. Bila Dia memanggil maka panggilan itu efektif.
VII. Rekan bagi Musa
Ketika Musa merasa dirinya tidak mampu maka Tuhan yang maha pengerti memberikan rekan kepada Musa yaitu Harun (4:14). Musa dipanggil tidak sendirian. Tuhan menyediakan penolong. Tuhan Allah tahu kebutuhan Musa. Musapun sekarang tidak bekerja sendiri tetapi di dalam team work. Dia tahu bahwa sendiri itu tidak bisa berbuat apa-apa. Dia perlu rekan. Dia perlu bantuan orang lain dan Tuhan Allah menyediakan rekan bagi Musa.
Refleksi
Di dalam hidup kita ketika melayani, kitapun memerlukan rekan untuk bekerja sama. Kita tidak bisa melayani seorang diri. Kita membutuhkan orang yang lebih rohani ataupun saudara seiman kita atau mungkin Tuhan juga anugerahkan penolong bagi kita. Kita semua butuh rekan apalagi di dalam gereja Tuhan kita semua adalah satu tubuh yang harus bekerja sama. Kita semua harus sama-sama berbagian di dalam membangun tubuh Kristus. Karena itu semangat kita bukan individu tetapi korporat.
VIII. Musa menaati panggilan Tuhan di dalam ketaatan
Akhirnya Musa yang kecil hati tidak bisa melarikan diri dari panggilan Tuhan. Seorang pelayan Tuhan tidak bisa melarikan diri dari panggilan Tuhan. Tuhan akan memukul dia atau akan membuang dia bila dia melarikan diri dari panggilanNya. Panggilan Tuhan itu efektif. Seperti Yunus yang tidak mampu melarikan diri dari panggilan Tuhan maka Musapun tidak mampu melarikan diri dari realita harus melayaniNya di dalam membebaskan umat Tuhan. Namun puji Tuhan Musa taat
Refleksi
Bila kita sungguh-sungguh di panggil Tuhan ada satu hal yang penghiburan besar sekaligus satu hal yang mengerikan yaitu kita tidak bisa lari dari panggilanNya yang efektif. Satu-satunya respon yang baik adalah kita menaati panggilan Tuhan.
Jeffrey limpingen
Bandung
Senin, 1 Juni 2009
Di negeri asing
Jeffrey Limpingen
Refleksi dari Keluaran 1-4
I. Perbudakan di Mesir dan perbudakan dosa
Di dalam peristiwa Keluaran dimulai dengan para anak Israel yang sudah menetap di Mesir. Pada mulanya semua berjumlah tujuh puluh ( 1:5) dan kemudian meninggallah Yusuf beserta saudara-saudaranya. Alkitab mencatat bahwa orang-orang Israel beranak cucu dan bertambah banyak dan berlipat ganda sehingga negeri dipenuhi mereka. Kejadian ini mengingatkan kita kepada berkat Allah yang diberikan di dalam Kitab Kejadian kepada umat manusia untuk beranak cucu dan memenuhi bumi. Berkat Allah ada pada orang Israel sebagai umat Tuhan dan juga ada pada kita sebagai umatNya.
Tetapi ada satu tragedi malang yang dihadapi bangsa Israel. Raja Mesir yang tidak mengenal Yusuf memerintah dan dia berniat untuk menindas bangsa Israel dengan keras. Akhirnya terjadi peristiwa perbudakan bangsa Israel. Perbudakan ini adalah perbudakan yang sangat bersifat kekerasan, kejam dan menyiksa fisik dan batin bangsa Israel. Mereka diperintahkan untuk kerja rodi dan paksa untuk mendirikan kota-kota perbekalan bagi Firaun.
Perbudakan seperti ini bukan hal yang main-main dan biasa. Bangsa Israel diperintahkan apa yang mereka tidak suka bahkan menyiksa mereka. Mereka malang dan mereka tidak bisa berbuat apa-apa selain menaati para penyiksa mereka. Kekerasan dan kekejaman demi kekejaman tertimpa pada umat Tuhan.
Di dalam peristiwa perbudakan bangsa Israel kita dapat melihat bahwa ini adalah analogi perbudakan manusia oleh dosa. Perbudakan itu membuat manusia menjadi hamba dosa. Perbudakan ini membuat manusia tidak bebas. Dan perbudakan ini membuat manusia menderita. Perbudakan secara fisik begitu mengerikan apalagi perbudakan secara batiniah oleh dosa. Perbudakan secara batiniah oleh dosa mengakibatkan banyak manusia menderita dan sengsara dibawah penguasa Iblis yang terus menyuruh manusia untuk berbuat dosa. Ini adalah tragedi umat manusia.
Refleksi
Dosa memang adalah masalah utama umat manusia. Alkitab mencatat bahwa semua manusia sudah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah ( Rom 3:23 ). Tidak ada seorangpun yang bisa menghindarkan diri dari dosa. Semua sudah berdosa dan di dalam dosa ini manusia tersiksa, malang, tidak berpengharapan dan juga akan binasa selama-lamanya sebab upah dosa ialah maut ( Rom 6:23 ). Siapakah yang dapat membebaskan manusia dari perbudakan dosa ? Hanya Tuhan Yesus.
Di dalam peristiwa Keluaran ini maka Musa adalah tipologi dari Kristus Yesus. Musa membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir adalah tipologi Kristus membebaskan kita dari perbudakan dosa.
II. Cerita seorang anak Tuhan bernama Musa
Cerita ini berlanjut di tengah-tengahnya cerita perbudakan ini, ada cerita kecil yang akan bergabung dengan cerita besar. Yaitu cerita kelahiran Musa. Musa lahir dan kita melihat satu keajaiban bahwa dia yang adalah orang ibrani bisa sampai menjadi seorang anak angkat puteri Firaun ( 2:10 ).
Musa sebagai seorang Ibrani menyadari identitasnya. Dia adalah orang Ibrani dan dia bukan orang Mesir. Sebetulnya Alkitab mencatat bahwa Musa setelah dewasa menolak disebut anak puteri Firaum ( Ibr 11:24 ). Padahal kalau kita renungkan sebetulnya posisi Musa itu sudah enak. Dia sudah menjadi bagian dari bangsa Mesir. Dia tidak menderita. Dia ada kemuliaan. Dia ada posisi. Dia ada harta. Dia ada kesenangan. Dia ada kemewahan. Dia ada nama. Dia ada segala sesuatu yang ditawarkan di Mesir. Namun Musa mempunyai mata rohani. Dia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah daripada untuk sementara kenikmati kesenangan dari dosa ( Ibr 11:25 ). Dia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah. Musa walaupun hidup di tengah-tengah orang-orang fasik tetapi masih mempunyai iman dan mempunyai mata rohani yang terang. Dia sadar bahwa hidup itu bukan untuk kenikmatan, bukan untuk kemewahan, bukan untuk kesenangan, bukan untuk diri tetapi untuk menjalani panggilan Tuhan. Dia menyadari panggilan yang mulia dari Tuhan. Tetapi ini baru separuh jalan.
Refleksi
Ketika kita di dalam hidup melihat bahwa hidup ini bukan untuk menikmati dunia tetapi untuk menjalani panggilan Tuhan maka kita berada di dalam jalan hidup yang benar yaitu di dalam jalan Tuhan. Tetapi perjalanan itu penuh dengan tantangan dan penuh dengan perjuangan serta kesulitan. Kita dipanggil Tuhan untuk melayani Tuhan namun dengan cara yang bagaimana ?
III. Cerita Musa menjalani pelayanan dengan caranya sendiri
Sebagai seorang Ibrani maka Musa melihat kesengsaraan umat Allah. Dia tergerak dan Musa mempunyai gerakan yang mulia untuk menyelesaikan kesengsaraan umat Allah. Tetapi Musa menjalani dengan caranya sendiri. Musa bertindak lebih cepat dari speedo Tuhan. Musa bergerak dengan keinginannya sendiri. Ketika dia melihat seorang Mesir memukul saudaranya orang Ibrani maka dia membunuh orang Mesir itu ( Kel 2:12). Ini adalah langkah awal dia melangkah dengan caranya sendiri untuk mencoba menyelesaikan masalah perbudakan yang ada.
Keesokan hari dari peristiwa ini maka Musa mencoba melerai saudara-saudaranya yang sedang bertikai. Motivasi Musa sebenarnya baik tetapi dia menjalani dengan kekuatan dan hikmatnya sendiri. Dia mencoba menyelesaikan semua masalah bangsanya dengan hikmat dan kemampuannya sendiri. Dan dia gagal.
Orang Ibrani tidak mau mendengarkan perkataan Musa dan bahkan membongkar rahasia pembunuhan yang dilakukan oleh Musa terhadap orang Mesir dan akhirnya Musa harus melarikan diri karena hendak dibunuh oleh Raja Mesir. Musa akhirnya melarikan diri ke Median ( Kel 2:16 )
Pelayan Tuhan yang kecil hati
Jeffrey Limpingen
Refleksi dari Keluaran 1-4
I. Perbudakan di Mesir dan perbudakan dosa
Di dalam peristiwa Keluaran dimulai dengan para anak Israel yang sudah menetap di Mesir. Pada mulanya semua berjumlah tujuh puluh ( 1:5) dan kemudian meninggallah Yusuf beserta saudara-saudaranya. Alkitab mencatat bahwa orang-orang Israel beranak cucu dan bertambah banyak dan berlipat ganda sehingga negeri dipenuhi mereka. Kejadian ini mengingatkan kita kepada berkat Allah yang diberikan di dalam Kitab Kejadian kepada umat manusia untuk beranak cucu dan memenuhi bumi. Berkat Allah ada pada orang Israel sebagai umat Tuhan dan juga ada pada kita sebagai umatNya.
Tetapi ada satu tragedi malang yang dihadapi bangsa Israel. Raja Mesir yang tidak mengenal Yusuf memerintah dan dia berniat untuk menindas bangsa Israel dengan keras. Akhirnya terjadi peristiwa perbudakan bangsa Israel. Perbudakan ini adalah perbudakan yang sangat bersifat kekerasan, kejam dan menyiksa fisik dan batin bangsa Israel. Mereka diperintahkan untuk kerja rodi dan paksa untuk mendirikan kota-kota perbekalan bagi Firaun.
Perbudakan seperti ini bukan hal yang main-main dan biasa. Bangsa Israel diperintahkan apa yang mereka tidak suka bahkan menyiksa mereka. Mereka malang dan mereka tidak bisa berbuat apa-apa selain menaati para penyiksa mereka. Kekerasan dan kekejaman demi kekejaman tertimpa pada umat Tuhan.
Di dalam peristiwa perbudakan bangsa Israel kita dapat melihat bahwa ini adalah analogi perbudakan manusia oleh dosa. Perbudakan itu membuat manusia menjadi hamba dosa. Perbudakan ini membuat manusia tidak bebas. Dan perbudakan ini membuat manusia menderita. Perbudakan secara fisik begitu mengerikan apalagi perbudakan secara batiniah oleh dosa. Perbudakan secara batiniah oleh dosa mengakibatkan banyak manusia menderita dan sengsara dibawah penguasa Iblis yang terus menyuruh manusia untuk berbuat dosa. Ini adalah tragedi umat manusia.
Refleksi
Dosa memang adalah masalah utama umat manusia. Alkitab mencatat bahwa semua manusia sudah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah ( Rom 3:23 ). Tidak ada seorangpun yang bisa menghindarkan diri dari dosa. Semua sudah berdosa dan di dalam dosa ini manusia tersiksa, malang, tidak berpengharapan dan juga akan binasa selama-lamanya sebab upah dosa ialah maut ( Rom 6:23 ). Siapakah yang dapat membebaskan manusia dari perbudakan dosa ? Hanya Tuhan Yesus.
Di dalam peristiwa Keluaran ini maka Musa adalah tipologi dari Kristus Yesus. Musa membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir adalah tipologi Kristus membebaskan kita dari perbudakan dosa.
II. Cerita seorang anak Tuhan bernama Musa
Cerita ini berlanjut di tengah-tengahnya cerita perbudakan ini, ada cerita kecil yang akan bergabung dengan cerita besar. Yaitu cerita kelahiran Musa. Musa lahir dan kita melihat satu keajaiban bahwa dia yang adalah orang ibrani bisa sampai menjadi seorang anak angkat puteri Firaun ( 2:10 ).
Musa sebagai seorang Ibrani menyadari identitasnya. Dia adalah orang Ibrani dan dia bukan orang Mesir. Sebetulnya Alkitab mencatat bahwa Musa setelah dewasa menolak disebut anak puteri Firaum ( Ibr 11:24 ). Padahal kalau kita renungkan sebetulnya posisi Musa itu sudah enak. Dia sudah menjadi bagian dari bangsa Mesir. Dia tidak menderita. Dia ada kemuliaan. Dia ada posisi. Dia ada harta. Dia ada kesenangan. Dia ada kemewahan. Dia ada nama. Dia ada segala sesuatu yang ditawarkan di Mesir. Namun Musa mempunyai mata rohani. Dia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah daripada untuk sementara kenikmati kesenangan dari dosa ( Ibr 11:25 ). Dia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah. Musa walaupun hidup di tengah-tengah orang-orang fasik tetapi masih mempunyai iman dan mempunyai mata rohani yang terang. Dia sadar bahwa hidup itu bukan untuk kenikmatan, bukan untuk kemewahan, bukan untuk kesenangan, bukan untuk diri tetapi untuk menjalani panggilan Tuhan. Dia menyadari panggilan yang mulia dari Tuhan. Tetapi ini baru separuh jalan.
Refleksi
Ketika kita di dalam hidup melihat bahwa hidup ini bukan untuk menikmati dunia tetapi untuk menjalani panggilan Tuhan maka kita berada di dalam jalan hidup yang benar yaitu di dalam jalan Tuhan. Tetapi perjalanan itu penuh dengan tantangan dan penuh dengan perjuangan serta kesulitan. Kita dipanggil Tuhan untuk melayani Tuhan namun dengan cara yang bagaimana ?
III. Cerita Musa menjalani pelayanan dengan caranya sendiri
Sebagai seorang Ibrani maka Musa melihat kesengsaraan umat Allah. Dia tergerak dan Musa mempunyai gerakan yang mulia untuk menyelesaikan kesengsaraan umat Allah. Tetapi Musa menjalani dengan caranya sendiri. Musa bertindak lebih cepat dari speedo Tuhan. Musa bergerak dengan keinginannya sendiri. Ketika dia melihat seorang Mesir memukul saudaranya orang Ibrani maka dia membunuh orang Mesir itu ( Kel 2:12). Ini adalah langkah awal dia melangkah dengan caranya sendiri untuk mencoba menyelesaikan masalah perbudakan yang ada.
Keesokan hari dari peristiwa ini maka Musa mencoba melerai saudara-saudaranya yang sedang bertikai. Motivasi Musa sebenarnya baik tetapi dia menjalani dengan kekuatan dan hikmatnya sendiri. Dia mencoba menyelesaikan semua masalah bangsanya dengan hikmat dan kemampuannya sendiri. Dan dia gagal.
Orang Ibrani tidak mau mendengarkan perkataan Musa dan bahkan membongkar rahasia pembunuhan yang dilakukan oleh Musa terhadap orang Mesir dan akhirnya Musa harus melarikan diri karena hendak dibunuh oleh Raja Mesir. Musa akhirnya melarikan diri ke Median ( Kel 2:16 )
Refleksi
Di dalam hidup melayani Tuhan, seringkali kita menjalani pelayanan dengan cara kita sendiri dan bergantung pada hikmat kita sendiri. Kita menyangka bahwa kita adalah orang yang bisa menyelesaikan masalah tetapi sesungguhnya kita adalah orang yang sebetulnya menambah masalah yang ada Kita harus menjalani panggilan Tuhan di dalam pelayanan dengan cara Tuhan. Di luar Kristus kita tidak bisa berbuat apa-apa. Bila ingin melayani maka harus dengan cara dan waktu Tuhan.
IV. Keterasingan Musa pelayan Tuhan
Ada saat dimana ketika Tuhan hendak membuat seseorang melayani maka Tuhan memasukkan dia kepada sekolah padang gurun. Musa harus menjalani masa 40 tahun di padang gurun. Ini adalah tragedi bagi hidup Musa. Cita-cita dan visi dia boleh berbagian menyelesaikan pergumulan umat Allah menjadi berantakan dan juga dia menjadi seorang asing di dalam padang. Musa harus menjalani hidup sebagai gembala sampai dia harus menamai anaknya yaitu Gersom yang artinya Aku telah menjadi seorang pendatang di negeri asing.
Musa di dalam dirinya menyadari ada cita-cita mulia. Itu seharusnya tujuan hidupnya tetapi dia merasa dia tidak menjalani tujuan hidup itu. Dan dia merasa terasing di negeri asing. Dia merasa tidak berguna dan merasa kosong. Tetapi toh dia harus hidup maka dia menjalani tugas kesehariannya di dalam sekedar mengisi hidup. Di dalam 40 tahun ini Musa belajar artinya kosong tanpa Tuhan. Dia menyadari dia tidak bisa apa-apa tanpa Tuhan.
Refleksi
Kita sebagai pelayan Tuhan seringkali di dalam hidup kita tahu bahwa tujuan hidup adalah untuk menjalani panggilan Tuhan. Tetapi karena kesalahan kita maka kita menjalani hidup yang rasanya hampa sebab tidak menjalani panggilan ini. Tetapi sesungguhnya semua panggilan Tuhan itu ada waktu Tuhan. Ada masa Tuhan. Ada speedo Tuhan. Kita tidak bisa lebih cepat atau lebih lambat. Sebab Dia Tuhan yang empunya pelayanan.
V. Tragedi umat Allah dan Allah yang mendengarkan mereka
Alkitab mencatat bahwa Raja Mesir kemudian mati. Tetapi orang Israel masih mengeluh di dalam tragedi perbudakan. agedi yang menyebabkan bangsa Israel ini mengakibatkan mereka berteriak dan berseru-seru. Teriak minta tolong mereka sampai kepada Allah ( 2:23 ).
Betapa satu hal yang luar biasa yaitu Alkitab mencatat Allah mendengar mereka mengerang. Allah kita bukan Allah yang tinggal diam ketika terjadi kejahatan. Allah kita bukan Allah yang tuli dan bisu seperti berhala Mesir. Allah kita adalah Allah yang hidup dan mendengar keluhan anak-anakNya. Dan lebih dari itu Allah kita adalah Allah yang baik. Alkitab mencatat bahwa Ia mengingat kepada perjanjianNya dengan Abraham, Ishak dan Yakub ( Kel 2:24 ). Ini menunjukkan bahwa Allah kita adalah Allah yang setia.
Karena Ia setia maka Ia akan bertindak ketika umatNya berada di dalam perbudakan dan kejahatan. Dia tidak diam. Dia mengamati dan Dia akan bertindak.
Refleksi
Di dalam kehidupan kita sebagai umat Allah dan di dalam kehidupan saudara-saudara kita yang kita kasihi seringkali kita melihat realita kejahatan yang menguasai dan memperbudak. Tentunya kita berteriak dan mengeluh. Tetapi sebetulnya Allah tidak tinggal diam. Dia mengamati. Semua ada waktunya Dia akan bertindak. Sabar dan nantikanlah Allah. Mata Tuhan ada pada orang yang berseru kepadaNya dan mengharap kasih karuniaNya.
VI. Pengutusan Musa dan kekecilan hatinya
Tuhan Allah tidak pernah terlambat bertindak. Setelah membiarkan Musa bergumul di dalam kekosongan dan ketidakberartian maka ada saatnya Dia memanggil Musa. Musa memang dipanggil Tuhan menjadi alatNya. Seperti Yeremia maka setiap pelayan Tuhan seperti Musa juga adalah dipanggil Tuhan sebelum mereka lahir. Tuhan sudah menetapkan pelayanNya di dalam kekekalan untuk melayani Dia. Dan di dalam waktu sementara ini Dia menjalankan pemanggilanNya kepada Musa dan juga kepada setiap pelayan Tuhan. Memang Tuhan adalah Tuhan yang bijaksana. Dia hendak memakai hambaNya setelah hambaNya sadar bahwa dia harus bergantung kepada Tuhan sebab dia tidak bisa apa-apa. Kadang Tuhan harus membiarkan seseorang mengalami padang gurun di dalam jiwanya sebelum Tuhan memakainya.
Alkitab mencatat bahwa di dalam diri Musa ada kekecilan hati ketika Dia memanggil Musa. Musa terus berdialog dan ingin menghindar dari panggilan Tuhan. Dia sudah merasa minder dan merasa tidak mampu melayani Tuhan. Mari kita refleksikan kekecilan hati Musa.
Musa sebagai seorang pemuda pada awalnya mempunyai idealisme tinggi dan percaya kepada dirinya sendiri. Dia tahu dia dipanggil Tuhan. Dia merasakan panggilanNya. Dia seorang yang rohani dan hidupnya diarahkan buat Tuhan dan pelayanan. Tetapi dia gegabah dan bertindak di luar waktu Tuhan dan dengan kekuatan serta hikmat sendiri. Dia pernah melakukan kesalahan. Dia bahkan tidak dipercaya oleh umat Tuhan. Ini pasti satu pukulan yang dasyat. Di tambah satu hal yaitu bahwa dia harus menggembara selama 40 tahun dan hidup seakan-akan tidak menjalani panggilan Tuhan. Pasti dia sudah merasa kosong dan kapok. Dia merasa minder dan merasa tidak berguna karena dia tahu nilai dirinya adalah panggilannya dan ketika dia tidak menjalani panggilan itu maka dia merasa dirinya tidak ada artinya.
Refleksi
Mungkin di antara kita ada saatnya kita melakukan satu kesalahan yang besar. Mungkin kita tahu kita dipanggil untuk melayani. Tetapi karena kecerobohan dan kesalahan kita maka kita sepertinya tidak bisa melayani Tuhan dan merasa terbuang serta mengalami kekosongan. Tetapi sesungguhnya kita harus sadar sesuatu bahwa pelayanan itu adalah milik Tuhan dan Tuhan ada waktunya untuk memakai seseorang. Ada saatnya Tuhan menguji dan Tuhan membentuk seseorang supaya dia sadar bahwa dia tidak bisa apa-apa dan harus bergantung kepada Tuhan. Inilah yang dialami Musa atau mungkin dialami kita. Musa harus mengalami pengalaman pahit bahkan kosong selama 40 tahun. Ini bukan pengalaman yang mudah. 40 tahun sanggup menjadikan seseorang menjadi sangat kecil hati. Bahkan ketika Tuhan Allah memberikan tanda mujizat tongkat menjadi ularpun Musa tetap kecil hati. Ini keminderan yang luar biasa dalam.
Refleksi
Kita pasti bukan seorang pelayan Tuhan sebesar Musa. Sangat sangat jauh dari itu. Dan Musa memang adalah pelayan Tuhan yang khusus dan Alkitab mengatakan juga bahwa dia sangat rendah hati tidak ada yang bisa menyamainya kecuali tentunya Tuhan Yesus. Kita harus sadar kita seorang yang kecil dan juga kita diuji bukan seperti pencobaan Musa yang harus selama 40 tahun mengalami kekosongan. Mungkin di dalam diri kita cuma satu atau dua atau sampai lima tahun mengalami kekosongan. Tetapi satu hal yaitu ada prinsip yang sama yaitu kita harus menanti Tuhan memanggil kita kembali dengan panggilanNya yang efektif. Bila Dia memanggil maka panggilan itu efektif.
VII. Rekan bagi Musa
Ketika Musa merasa dirinya tidak mampu maka Tuhan yang maha pengerti memberikan rekan kepada Musa yaitu Harun (4:14). Musa dipanggil tidak sendirian. Tuhan menyediakan penolong. Tuhan Allah tahu kebutuhan Musa. Musapun sekarang tidak bekerja sendiri tetapi di dalam team work. Dia tahu bahwa sendiri itu tidak bisa berbuat apa-apa. Dia perlu rekan. Dia perlu bantuan orang lain dan Tuhan Allah menyediakan rekan bagi Musa.
Refleksi
Di dalam hidup kita ketika melayani, kitapun memerlukan rekan untuk bekerja sama. Kita tidak bisa melayani seorang diri. Kita membutuhkan orang yang lebih rohani ataupun saudara seiman kita atau mungkin Tuhan juga anugerahkan penolong bagi kita. Kita semua butuh rekan apalagi di dalam gereja Tuhan kita semua adalah satu tubuh yang harus bekerja sama. Kita semua harus sama-sama berbagian di dalam membangun tubuh Kristus. Karena itu semangat kita bukan individu tetapi korporat.
VIII. Musa menaati panggilan Tuhan di dalam ketaatan
Akhirnya Musa yang kecil hati tidak bisa melarikan diri dari panggilan Tuhan. Seorang pelayan Tuhan tidak bisa melarikan diri dari panggilan Tuhan. Tuhan akan memukul dia atau akan membuang dia bila dia melarikan diri dari panggilanNya. Panggilan Tuhan itu efektif. Seperti Yunus yang tidak mampu melarikan diri dari panggilan Tuhan maka Musapun tidak mampu melarikan diri dari realita harus melayaniNya di dalam membebaskan umat Tuhan. Namun puji Tuhan Musa taat
Refleksi
Bila kita sungguh-sungguh di panggil Tuhan ada satu hal yang penghiburan besar sekaligus satu hal yang mengerikan yaitu kita tidak bisa lari dari panggilanNya yang efektif. Satu-satunya respon yang baik adalah kita menaati panggilan Tuhan.
Jeffrey limpingen
Bandung
Senin, 1 Juni 2009
Di negeri asing
No comments:
Post a Comment