Dosa besar memanipulasikan kebenaran
Renungan dari Hakim-hakim 17 dan 18
Jeffrey Lim
Mikha ini mempunyai kuil. Dibuatnyalah efod dan terafim, ditahbiskannya salah seorang anaknya laki-laki yang menjadi imamnya. Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri. ( Hak 17:5-6 )
Lalu kata Mikha kepadanya “Tinggallah padaku dan jadilah bapak dan imam bagiku; maka setiap tahun aku akan memberikan kepadamu sepuluh uang perak, sepasang pakaian serta makananmu” ( Hak 17:10)
Tetapi jawab mereka kepadanya “Diamlah, tutup mulut, ikutlah kami dan jadilah bapak dan imam kami. Apakah yang lebih baik bagimu : menjadi imam untuk seisi rumah satu orang atau menjadi imam untuk suatu suku dan kaum diantara Israel ? Maka gembiralah hati imam itu, diambilmyalah efod, terafim dan patung pahatan itu, lalu masuk ke tengah-tengah orang banyak ( Hak 18:19-20 )
Kalau kita merenungkan cerita mengenai Hakim-hakim 17 dan 18, kita bisa memilah cerita ini dan melihat alur, karakter dan latar belakang. Latar belakangnya adalah Di dalam peristiwa jaman Hakim-hakim, Alkitab mencatat bahwa setiap orag berbuat apa yang “benar” menurut pandangannya sendiri. Standard kebenaran menjadi kabur dan setiap orang berpandangan bahwa pandangannyalah kebenaran. Apakah standard kebenaran ? Yaitu diri. Ini adalah semangat anthroposentris dan semangat mau melawan Tuhan. Seperti ada pepatah homo mensura = man is the measure of all things maka manusia menilai segala sesuatu menurut pandangannya sendiri. Di jaman hakim-hakim ini semua kebenaran menjadi relatif karena otoritas kebenaran tidak ditegakkan. Tidak ada raja adalah salah satu tema kitab hakim-hakim. Fungsi raja di dalam Perjanjian Lama bagi orang Israel adalah untuk menegakkan keadilan dan kebenaran Allah. Ketika tidak ada kuasa dan bijaksana yang mengatur kehidupan manusia maka semuanya menjadi kacau.
Kemudian kita bisa melihat karakter-karakter yang ada dan bisa mempelajari pelajaran rohani dari setiap karakter.
I. Dari Mikha
Mikha mempunyai karakter yang menjijikkan. Dia hendak memanipulasikan kebenaran dengan cara menjadikan anaknya imam bahkan menjadikan satu orang Lewi menjadi imam.
Mengapa karakter Mikha begitu rusak ? Kelihatannya sepertinya perbuatan yang dilakukan adalah rohani. Dia seakan-akan mementingkan hal-hal rohani dan melakukan hal-hal rohani. Tetapi sesungguhnya yang dilakukan adalah motivasinya tidak beres.
Pelajaran 1 : Hal-hal rohani belum tentu rohani
Fenomena hal-hal yang kelihatannya rohani belum tentu rohani. Sebab motivasi adalah penting. Motivasi untuk memuliakan nama Tuhan adalah penting. Dan kedua yaitu prinsip untuk melakukan hal rohani juga penting.
Mikha dalam hal ini tidak motivasinya tidak beres yaitu ingin memperoleh keuntungan dari kegiatan keagamaan. Begitu banyak orang yang kelihatannya rohani dan ke gereja tetapi sebenarnya mau memanipulasikan Tuhan dan kebenaran demi kepentingan dan egoisme pribadi. Orang seperti ini menjijikkan di mata Allah. Orang seperti ini berjubah rohani tetapi hatinya jahat. Orang ini lebih jahat daripada orang jahat karena orang jahat luarnya kelihatan jahat tetapi orang ini luarnya kelihatan baik tetapi dalamnya jahat. Motivasinya kelihatan di dalam ayat 13 : “Lalu kata Mikha : “Sekarang tahulah aku, bahwa Tuhan akan berbuat baik kepadaku, karena ada seorang Lewi menjadi imamku”. Motivasi dia melakukan adalah memanipulasi Tuhan dengan menggunakan imam. Ini adalah motivasi dari agama dan bukan motivasi dari iman Kristen. Motivasi ini antroposentris dan jahat.
Pelajaran 2 : Melakukan hal rohani harus dengan prinsip rohani
Kemudian Mikha juga tidak melakukan hal rohani dengan prinsip yang benar. Yang memilih seseorang menjadi imam untuk melayani Tuhan adalah Tuhan sendiri dan Tuhan sudah menetapkan orang Lewi untuk menjadi imam. Tetapi Mikha menetapkan anaknya sendiri menjadi imam. Ini prinsip yang sudah dia langgar. Mikha juga mendirikan kuil. Dia membuat efod dan terafim. Dia melakukan ini tetapi sebenarnya dia tidak mempunyai hak dan otoritas dari Tuhan Allah untuk melakukan hal ini. Selain dari itu Mikha juga tidak ada hak dan kuasa untuk memilih seorang Lewi untuk menjadi imam. Bahkan dikatakan imamku ( ay 13 ) Siapakah dia ? dan apakah hak dia ? Dia sudah mengambil posisi otoritas seperti Allah. Apakah imam adalah milik dia ?
Seringkali banyak orang hendak melakukan hal “rohani” tetapi dia tidak belajar dari Firman Tuhan bahwa segala sesuatu harus dilakukan menurut prinsip kebenaran. Melakukan hal “rohani” tanpa belajar akan mengakibatkan kesesatan. Kesesatan itu karena tidak mau belajar Firman dan tidak mau taat kepada Firman. Di dalam hal ini dosa yang ada adalah : Sombong, Tidak mau belajar, Tidak taat dan ceroboh dalam hal rohani. Sebenarnya membuktikan bahwa orang yang melakukan tidak takut kepada Allah.
Pelajaran 3 : Memanipulasikan hamba Tuhan
Mikha dalam hal ini juga sudah memanipulasikan hamba Tuhan. Dia mempunyai uang dan kuasa dan dia mau menguasai hamba Tuhan. Di dalam realita hidup bergerejawi betapa banyak orang yang berkuasa dan beruang yang mau menguasai gereja. Yang celaka bila mereka tidak berprinsip dan egois. Ini adalah pengacau-pengacau gereja dan kebenaran. Orang yang berkuasa dan beruang harus takluk kepada kebenaran. Orang yang berkuasa dan beruang harus rendah hati dan mengerti posisi mereka. Mereka hanya seseorang yang dipercayakan mempunyai materi dan kuasa. Tetapi mereka tidak boleh memanipulasikan gereja dengan tujuan dan ambisi pribadi. Ini adalah dosa besar di dalam rumah Allah. Jangan seperti Mikha yang tidak menghormati hamba Tuhan dan dia tidak menghormat Tuhan.
II. Ibu Mikha.
Kalau kita merenungkan kisah Mikha, kita mungkin heran mengapa Mikha mempunyai karakter seperti ini ? Tetapi Alkitab memberikan kita informasi bahwa ibunya pun seorang yang tidak beres.
Pelajaran 4 : Orang tua mempengaruhi karakter anak.
Ada prinsip di dalam Alkitab bahwa Tuhan membalaskan kejahatan kepada tiga dan empat generasi dari orang yang membenciNya. Ini berarti bahwa orang yang membenci Tuhan maka keturunannya bisa mewarisi watak dari orang tua mereka. Merekapun menjadi orang yang membenci Tuhan.
Seperti iman bisa menurun maka kejahatanpun bisa menurun. Bila kita membandingkan dengan Timotius maka Timotius mempunyai nenek yang bernama Eunike dan mempunyai ibu yang bernama Louis yang adalah wanita saleh. Ini menurun kepada Timotius. Namun pada kasus Mikha adalah sebaliknya. Ibu Mikha adalah seorang yang kelihatannya rohani tetapi tidak rohani.
Karakter seperti apakah yang bisa kita pelajari dari ibu Mikha ?
a. Ibu Mikha mengetahui anaknya mengambil uang peraknya. Kemudian dia mengutuk Mikha. Perkataan kutuk tidak boleh sembarang dikeluarkan. Dan Alkitab mencatat bahwa Mikha mengembalikan uangnya karena kutuk itu. Dia mengaku dosanya bukan karena menyadari kesalahannya tetapi karena takut akan kutukan.
b. Ibu Mikha ketika uangnya dikembalikan maka dia mengucapkan berkat. Kutuk dan berkat Ibu Mikha ini bergantung kepada hal materi. Sungguh hal yang rendah. Sepertinya Ibu Mikha mengeluarkan hal dan perkataan yang indah yaitu “Diberkatilah kirannya anakku oleh Tuhan”. Ini kalimat yang indah bukan ? Biasanya orang yang mendengar kalimat ini mempunyai pengertian bahwa yang mengucapkannya adalah seorang yang baik. Lalu yang mengucapkannya adalah seorang yang mengasihi anaknya. Dan yang mengucapkannya adalah seorang yang dekat dengan Tuhan. Tetapi sesungguhnya tidak begitu. Alkitab mencatat bahwa setelah memberkati anaknya maka Ibu Mikha berkata dengan kelihatannya seperti rohani yaitu dia hendak menguduskan uang bagi Tuhan untuk dibuat patung pahatan dan patung tuangan daripada uang itu. Kemudian patung itu dijadikan sesuatu simbol keagamaan yang disimpan di rumah Mikha. Seperti Mikha maka ibu Mikha juga memanipulasi kebenaran dengan prinsip yang tidak benar. Membuat patung untuk keagamaan sudah melanggar 10 perintah Allah perintah kedua. Ibu Mikha tidak beres dan menghasilkan anak yang tidak beres.
III. Imam Lewi yang dipilih oleh Mikha
Imam Lewi ini juga mempunyai teladan yang tidak baik sebagai seorang hamba Tuhan. Dia mau dimanipulasi sebab dia juga memanipulasi.
Pelajaran 5 : Integritas hamba Tuhan
Hamba Tuhan adalah hamba yang melayani Tuhan. Dia bukan takluk kepada uang, kepada kenyamanan, kepada kenikmatan, kepada kuasa. Tetapi hamba Tuhan harus takluk kepada Tuhan. Dia bukan melayani manusia tetapi melayani Tuhan sendiri. Imam yang tidak dicatat namanya ini melakukan hal-hal yang tidak beres sebagai seorang hamba Tuhan.
a. Pertama : Hamba Tuhan ini takluk pada materi dan mengabaikan prinsip
Alkitab mencatat di dalam ayat 9 bahwa Mikha bertanya kepada orang Lewi ini : “Engkau dari mana ?” Jawabnya : “Aku orang Lewi dari Betlehem-Yehuda, dan aku pergi untuk menetap sebagai pendatang dimana saja aku mendapat tempat”
Hamba Tuhan ini hendak mencari nafkah untuk menghidupi hidupnya yang mengembara. Dia tidak bersandar kepada Tuhan dengan hidup sebagai seorang imam yang taat dan bergantung pada anugerah Tuhan untuk kecukupan hidupnya. Dia sudah menjual hak kesulungannya sebagai hamba Tuhan dan menjadi hamba manusia. Ketika Mikha menawarkan materi dan posisi yang mapan untuk menjadi bapak dan imamnya Mikha maka hamba Tuhan ini menurut.
Ada satu pelajaran bahwa seorang hamba Tuhan mungkin hidup miskin tetapi dia tidak boleh menjual hak kesulungan kepada ketidakbenaran. Tidak boleh takluk kepada materi dan meninggalkan prinsip kebenaran. Ini adalah satu penyembahan berhala dimana hamba Tuhan takluk kepada materi dan tidak kepada Tuhan. Bila kita seorang hamba Tuhan maka kita harus bergantung kepada Tuhan untuk kecukupan hidup kita. Walaupun tidak kaya tetapi hamba Tuhan harus sadar bahwa dia dicukupi Tuhan karena Tuhan yang memanggil adalah Tuhan yang bertanggung jawab. Dalam hal ini hamba Tuhan sudah menghina Tuhan karena tidak percaya kepada Tuhan
b. Kedua : Hamba Tuhan ini haus akan posisi dan kedudukan
Alkitab mencatat bahwa ketika bani Dan datang untuk menawarkan dia melayani suku Dan daripada hanya melayani Mikha maka hamba Tuhan ini gembira. Apakah yang seharusnya membuat hamba Tuhan gembira ? Hamba Tuhan harus gembira kalau dia tahu Tuhan gembira. Tetapi hamba Tuhan ini gembira karena dia mendapatkan materi, kedudukan, nama, status dan kemapanan yang lebih.
Pelajaran dari hamba Tuhan ini adalah bahwa dia tidak mempunyai integritas sebagai seorang hamba Tuhan. Selain kuatir dan tidak percaya kepada pemeliharaan Tuhan ternyata dia juga haus kekuasaan dan haus posisi.
Pelajaran 6 : Melayani manusia atau Tuhan ?
Bagi seorang hamba Tuhan, dia harus merenung bahwa dia sedang melayani Tuhan atau sedang melayani manusia ? Melakukan kegiatan kerohanian itu fenomenanya bisa sama tetapi esensinya bisa lain. Bila seorang hamba Tuhan mau melayani Tuhan maka dia harus menyerahkan hidup, motivasi, tujuan, kemauan, pikiran, emosi, kehendak semuanya sesesuai dengan kehendak Tuhan. Dia harus percaya pada pemeliharaan Tuhan dan hidup melayani Tuhan.
IV. Bani Dan
Pelajaran terakhir adalah dari Bani Dan. Mereka pertama menanyakan keberhasilan kepada orang yang salah. Mereka seharusnya tahu bahwa tidak boleh ada imam bagi satu pribadi. Tetapi mereka menanyakan keberhasilan mereka kepada imam yang dipilih Mikha. Dalam hal ini bani Dan sedang menganggap imam itu seperti dukun. Ini adalah memanipulasi juga.
Pelajaran lain dari Bani Dan adalah karena keberhasilan mereka seperti yang dikatakan imam itu maka mereka hendak menjadikan imam itu imam bagi suku mereka. Di dalam hal ini mereka hendak memanfaatkan imam itu supaya menjadi berkat bagi mereka. Mereka hendak menggunakan imam itu supaya mereka sukses dan makmur. Dalam hal ini bani Dan tidak bergantung kepada Allah sumber berkat tetapi hendak memanipulasi kuasa “ilahi” yang ada di dalam imam itu. Ini persis seperti seseorang yang mau berkat dan mencari berkat di dalam cara yang salah.
Di dalam hidup ada orang yang kelihatannya mencari Tuhan tetapi sebenarnya dia mencari berkat dan memanfaatkan Tuhan serta hamba Tuhan. Dia menganggap hamba Tuhan seperti dukun dan Tuhan seperti sosok yang bisa dimanipulasi. Ini adalah dosa besar
Kesimpulan
Di dalam seluruh cerita ini kita bisa belajar makna moral dari setiap karakter. Namun yang terutama pesan yang Alkitab mau sampaikan adalah bahwa semua kerusakan moral ini karena semua berbuat seperti apa yang dipandang baik bagi dirinya sendiri.
Di jaman postmodern dimana orang berpandangan tidak ada standard yang mutlak maka manusia berbuat seperti yang dipandang baik menurut dirinya sendiri. Manusia yang tidak mau diikat oleh kebenaran Firman Tuhan dan menyangka dirinya bebas akan menyeleweng dan menjadi diikat oleh dosa. Karena itu maka manusia butuh Firman Tuhan sebagai arah dan petunjuk untuk hidup. Manusia perlu kuasa Tuhan juga untuk hidup. Manusia perlu kebenaran dan Yesus mengatakan :”Akulah jalan, kebenaran dan hidup”. Manusia butuh Kristus
Seperti Alkitab mencatat bahwa karena tidak ada raja maka orang Israel berbuat semaunya maka kita juga butuh raja untuk memerintah di dalam hati kita. Kita memerlukan Kristus untuk meraja di dalam hati kita supaya kita bisa melayani Tuhan, menjadi hamba Tuhan, menjadi anak Tuhan yang berkenan kepadaNya dan yang melayaniNya dengan prinsip yang benar.
Jeffrey Lim
Jakarta 24 Januari 2008
Institut Reformed
http://limpingen.blogspot.com
Dapat berkat dari saat teduh pribadi
Read More ....
Renungan dari Hakim-hakim 17 dan 18
Jeffrey Lim
Mikha ini mempunyai kuil. Dibuatnyalah efod dan terafim, ditahbiskannya salah seorang anaknya laki-laki yang menjadi imamnya. Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri. ( Hak 17:5-6 )
Lalu kata Mikha kepadanya “Tinggallah padaku dan jadilah bapak dan imam bagiku; maka setiap tahun aku akan memberikan kepadamu sepuluh uang perak, sepasang pakaian serta makananmu” ( Hak 17:10)
Tetapi jawab mereka kepadanya “Diamlah, tutup mulut, ikutlah kami dan jadilah bapak dan imam kami. Apakah yang lebih baik bagimu : menjadi imam untuk seisi rumah satu orang atau menjadi imam untuk suatu suku dan kaum diantara Israel ? Maka gembiralah hati imam itu, diambilmyalah efod, terafim dan patung pahatan itu, lalu masuk ke tengah-tengah orang banyak ( Hak 18:19-20 )
Kalau kita merenungkan cerita mengenai Hakim-hakim 17 dan 18, kita bisa memilah cerita ini dan melihat alur, karakter dan latar belakang. Latar belakangnya adalah Di dalam peristiwa jaman Hakim-hakim, Alkitab mencatat bahwa setiap orag berbuat apa yang “benar” menurut pandangannya sendiri. Standard kebenaran menjadi kabur dan setiap orang berpandangan bahwa pandangannyalah kebenaran. Apakah standard kebenaran ? Yaitu diri. Ini adalah semangat anthroposentris dan semangat mau melawan Tuhan. Seperti ada pepatah homo mensura = man is the measure of all things maka manusia menilai segala sesuatu menurut pandangannya sendiri. Di jaman hakim-hakim ini semua kebenaran menjadi relatif karena otoritas kebenaran tidak ditegakkan. Tidak ada raja adalah salah satu tema kitab hakim-hakim. Fungsi raja di dalam Perjanjian Lama bagi orang Israel adalah untuk menegakkan keadilan dan kebenaran Allah. Ketika tidak ada kuasa dan bijaksana yang mengatur kehidupan manusia maka semuanya menjadi kacau.
Kemudian kita bisa melihat karakter-karakter yang ada dan bisa mempelajari pelajaran rohani dari setiap karakter.
I. Dari Mikha
Mikha mempunyai karakter yang menjijikkan. Dia hendak memanipulasikan kebenaran dengan cara menjadikan anaknya imam bahkan menjadikan satu orang Lewi menjadi imam.
Mengapa karakter Mikha begitu rusak ? Kelihatannya sepertinya perbuatan yang dilakukan adalah rohani. Dia seakan-akan mementingkan hal-hal rohani dan melakukan hal-hal rohani. Tetapi sesungguhnya yang dilakukan adalah motivasinya tidak beres.
Pelajaran 1 : Hal-hal rohani belum tentu rohani
Fenomena hal-hal yang kelihatannya rohani belum tentu rohani. Sebab motivasi adalah penting. Motivasi untuk memuliakan nama Tuhan adalah penting. Dan kedua yaitu prinsip untuk melakukan hal rohani juga penting.
Mikha dalam hal ini tidak motivasinya tidak beres yaitu ingin memperoleh keuntungan dari kegiatan keagamaan. Begitu banyak orang yang kelihatannya rohani dan ke gereja tetapi sebenarnya mau memanipulasikan Tuhan dan kebenaran demi kepentingan dan egoisme pribadi. Orang seperti ini menjijikkan di mata Allah. Orang seperti ini berjubah rohani tetapi hatinya jahat. Orang ini lebih jahat daripada orang jahat karena orang jahat luarnya kelihatan jahat tetapi orang ini luarnya kelihatan baik tetapi dalamnya jahat. Motivasinya kelihatan di dalam ayat 13 : “Lalu kata Mikha : “Sekarang tahulah aku, bahwa Tuhan akan berbuat baik kepadaku, karena ada seorang Lewi menjadi imamku”. Motivasi dia melakukan adalah memanipulasi Tuhan dengan menggunakan imam. Ini adalah motivasi dari agama dan bukan motivasi dari iman Kristen. Motivasi ini antroposentris dan jahat.
Pelajaran 2 : Melakukan hal rohani harus dengan prinsip rohani
Kemudian Mikha juga tidak melakukan hal rohani dengan prinsip yang benar. Yang memilih seseorang menjadi imam untuk melayani Tuhan adalah Tuhan sendiri dan Tuhan sudah menetapkan orang Lewi untuk menjadi imam. Tetapi Mikha menetapkan anaknya sendiri menjadi imam. Ini prinsip yang sudah dia langgar. Mikha juga mendirikan kuil. Dia membuat efod dan terafim. Dia melakukan ini tetapi sebenarnya dia tidak mempunyai hak dan otoritas dari Tuhan Allah untuk melakukan hal ini. Selain dari itu Mikha juga tidak ada hak dan kuasa untuk memilih seorang Lewi untuk menjadi imam. Bahkan dikatakan imamku ( ay 13 ) Siapakah dia ? dan apakah hak dia ? Dia sudah mengambil posisi otoritas seperti Allah. Apakah imam adalah milik dia ?
Seringkali banyak orang hendak melakukan hal “rohani” tetapi dia tidak belajar dari Firman Tuhan bahwa segala sesuatu harus dilakukan menurut prinsip kebenaran. Melakukan hal “rohani” tanpa belajar akan mengakibatkan kesesatan. Kesesatan itu karena tidak mau belajar Firman dan tidak mau taat kepada Firman. Di dalam hal ini dosa yang ada adalah : Sombong, Tidak mau belajar, Tidak taat dan ceroboh dalam hal rohani. Sebenarnya membuktikan bahwa orang yang melakukan tidak takut kepada Allah.
Pelajaran 3 : Memanipulasikan hamba Tuhan
Mikha dalam hal ini juga sudah memanipulasikan hamba Tuhan. Dia mempunyai uang dan kuasa dan dia mau menguasai hamba Tuhan. Di dalam realita hidup bergerejawi betapa banyak orang yang berkuasa dan beruang yang mau menguasai gereja. Yang celaka bila mereka tidak berprinsip dan egois. Ini adalah pengacau-pengacau gereja dan kebenaran. Orang yang berkuasa dan beruang harus takluk kepada kebenaran. Orang yang berkuasa dan beruang harus rendah hati dan mengerti posisi mereka. Mereka hanya seseorang yang dipercayakan mempunyai materi dan kuasa. Tetapi mereka tidak boleh memanipulasikan gereja dengan tujuan dan ambisi pribadi. Ini adalah dosa besar di dalam rumah Allah. Jangan seperti Mikha yang tidak menghormati hamba Tuhan dan dia tidak menghormat Tuhan.
II. Ibu Mikha.
Kalau kita merenungkan kisah Mikha, kita mungkin heran mengapa Mikha mempunyai karakter seperti ini ? Tetapi Alkitab memberikan kita informasi bahwa ibunya pun seorang yang tidak beres.
Pelajaran 4 : Orang tua mempengaruhi karakter anak.
Ada prinsip di dalam Alkitab bahwa Tuhan membalaskan kejahatan kepada tiga dan empat generasi dari orang yang membenciNya. Ini berarti bahwa orang yang membenci Tuhan maka keturunannya bisa mewarisi watak dari orang tua mereka. Merekapun menjadi orang yang membenci Tuhan.
Seperti iman bisa menurun maka kejahatanpun bisa menurun. Bila kita membandingkan dengan Timotius maka Timotius mempunyai nenek yang bernama Eunike dan mempunyai ibu yang bernama Louis yang adalah wanita saleh. Ini menurun kepada Timotius. Namun pada kasus Mikha adalah sebaliknya. Ibu Mikha adalah seorang yang kelihatannya rohani tetapi tidak rohani.
Karakter seperti apakah yang bisa kita pelajari dari ibu Mikha ?
a. Ibu Mikha mengetahui anaknya mengambil uang peraknya. Kemudian dia mengutuk Mikha. Perkataan kutuk tidak boleh sembarang dikeluarkan. Dan Alkitab mencatat bahwa Mikha mengembalikan uangnya karena kutuk itu. Dia mengaku dosanya bukan karena menyadari kesalahannya tetapi karena takut akan kutukan.
b. Ibu Mikha ketika uangnya dikembalikan maka dia mengucapkan berkat. Kutuk dan berkat Ibu Mikha ini bergantung kepada hal materi. Sungguh hal yang rendah. Sepertinya Ibu Mikha mengeluarkan hal dan perkataan yang indah yaitu “Diberkatilah kirannya anakku oleh Tuhan”. Ini kalimat yang indah bukan ? Biasanya orang yang mendengar kalimat ini mempunyai pengertian bahwa yang mengucapkannya adalah seorang yang baik. Lalu yang mengucapkannya adalah seorang yang mengasihi anaknya. Dan yang mengucapkannya adalah seorang yang dekat dengan Tuhan. Tetapi sesungguhnya tidak begitu. Alkitab mencatat bahwa setelah memberkati anaknya maka Ibu Mikha berkata dengan kelihatannya seperti rohani yaitu dia hendak menguduskan uang bagi Tuhan untuk dibuat patung pahatan dan patung tuangan daripada uang itu. Kemudian patung itu dijadikan sesuatu simbol keagamaan yang disimpan di rumah Mikha. Seperti Mikha maka ibu Mikha juga memanipulasi kebenaran dengan prinsip yang tidak benar. Membuat patung untuk keagamaan sudah melanggar 10 perintah Allah perintah kedua. Ibu Mikha tidak beres dan menghasilkan anak yang tidak beres.
III. Imam Lewi yang dipilih oleh Mikha
Imam Lewi ini juga mempunyai teladan yang tidak baik sebagai seorang hamba Tuhan. Dia mau dimanipulasi sebab dia juga memanipulasi.
Pelajaran 5 : Integritas hamba Tuhan
Hamba Tuhan adalah hamba yang melayani Tuhan. Dia bukan takluk kepada uang, kepada kenyamanan, kepada kenikmatan, kepada kuasa. Tetapi hamba Tuhan harus takluk kepada Tuhan. Dia bukan melayani manusia tetapi melayani Tuhan sendiri. Imam yang tidak dicatat namanya ini melakukan hal-hal yang tidak beres sebagai seorang hamba Tuhan.
a. Pertama : Hamba Tuhan ini takluk pada materi dan mengabaikan prinsip
Alkitab mencatat di dalam ayat 9 bahwa Mikha bertanya kepada orang Lewi ini : “Engkau dari mana ?” Jawabnya : “Aku orang Lewi dari Betlehem-Yehuda, dan aku pergi untuk menetap sebagai pendatang dimana saja aku mendapat tempat”
Hamba Tuhan ini hendak mencari nafkah untuk menghidupi hidupnya yang mengembara. Dia tidak bersandar kepada Tuhan dengan hidup sebagai seorang imam yang taat dan bergantung pada anugerah Tuhan untuk kecukupan hidupnya. Dia sudah menjual hak kesulungannya sebagai hamba Tuhan dan menjadi hamba manusia. Ketika Mikha menawarkan materi dan posisi yang mapan untuk menjadi bapak dan imamnya Mikha maka hamba Tuhan ini menurut.
Ada satu pelajaran bahwa seorang hamba Tuhan mungkin hidup miskin tetapi dia tidak boleh menjual hak kesulungan kepada ketidakbenaran. Tidak boleh takluk kepada materi dan meninggalkan prinsip kebenaran. Ini adalah satu penyembahan berhala dimana hamba Tuhan takluk kepada materi dan tidak kepada Tuhan. Bila kita seorang hamba Tuhan maka kita harus bergantung kepada Tuhan untuk kecukupan hidup kita. Walaupun tidak kaya tetapi hamba Tuhan harus sadar bahwa dia dicukupi Tuhan karena Tuhan yang memanggil adalah Tuhan yang bertanggung jawab. Dalam hal ini hamba Tuhan sudah menghina Tuhan karena tidak percaya kepada Tuhan
b. Kedua : Hamba Tuhan ini haus akan posisi dan kedudukan
Alkitab mencatat bahwa ketika bani Dan datang untuk menawarkan dia melayani suku Dan daripada hanya melayani Mikha maka hamba Tuhan ini gembira. Apakah yang seharusnya membuat hamba Tuhan gembira ? Hamba Tuhan harus gembira kalau dia tahu Tuhan gembira. Tetapi hamba Tuhan ini gembira karena dia mendapatkan materi, kedudukan, nama, status dan kemapanan yang lebih.
Pelajaran dari hamba Tuhan ini adalah bahwa dia tidak mempunyai integritas sebagai seorang hamba Tuhan. Selain kuatir dan tidak percaya kepada pemeliharaan Tuhan ternyata dia juga haus kekuasaan dan haus posisi.
Pelajaran 6 : Melayani manusia atau Tuhan ?
Bagi seorang hamba Tuhan, dia harus merenung bahwa dia sedang melayani Tuhan atau sedang melayani manusia ? Melakukan kegiatan kerohanian itu fenomenanya bisa sama tetapi esensinya bisa lain. Bila seorang hamba Tuhan mau melayani Tuhan maka dia harus menyerahkan hidup, motivasi, tujuan, kemauan, pikiran, emosi, kehendak semuanya sesesuai dengan kehendak Tuhan. Dia harus percaya pada pemeliharaan Tuhan dan hidup melayani Tuhan.
IV. Bani Dan
Pelajaran terakhir adalah dari Bani Dan. Mereka pertama menanyakan keberhasilan kepada orang yang salah. Mereka seharusnya tahu bahwa tidak boleh ada imam bagi satu pribadi. Tetapi mereka menanyakan keberhasilan mereka kepada imam yang dipilih Mikha. Dalam hal ini bani Dan sedang menganggap imam itu seperti dukun. Ini adalah memanipulasi juga.
Pelajaran lain dari Bani Dan adalah karena keberhasilan mereka seperti yang dikatakan imam itu maka mereka hendak menjadikan imam itu imam bagi suku mereka. Di dalam hal ini mereka hendak memanfaatkan imam itu supaya menjadi berkat bagi mereka. Mereka hendak menggunakan imam itu supaya mereka sukses dan makmur. Dalam hal ini bani Dan tidak bergantung kepada Allah sumber berkat tetapi hendak memanipulasi kuasa “ilahi” yang ada di dalam imam itu. Ini persis seperti seseorang yang mau berkat dan mencari berkat di dalam cara yang salah.
Di dalam hidup ada orang yang kelihatannya mencari Tuhan tetapi sebenarnya dia mencari berkat dan memanfaatkan Tuhan serta hamba Tuhan. Dia menganggap hamba Tuhan seperti dukun dan Tuhan seperti sosok yang bisa dimanipulasi. Ini adalah dosa besar
Kesimpulan
Di dalam seluruh cerita ini kita bisa belajar makna moral dari setiap karakter. Namun yang terutama pesan yang Alkitab mau sampaikan adalah bahwa semua kerusakan moral ini karena semua berbuat seperti apa yang dipandang baik bagi dirinya sendiri.
Di jaman postmodern dimana orang berpandangan tidak ada standard yang mutlak maka manusia berbuat seperti yang dipandang baik menurut dirinya sendiri. Manusia yang tidak mau diikat oleh kebenaran Firman Tuhan dan menyangka dirinya bebas akan menyeleweng dan menjadi diikat oleh dosa. Karena itu maka manusia butuh Firman Tuhan sebagai arah dan petunjuk untuk hidup. Manusia perlu kuasa Tuhan juga untuk hidup. Manusia perlu kebenaran dan Yesus mengatakan :”Akulah jalan, kebenaran dan hidup”. Manusia butuh Kristus
Seperti Alkitab mencatat bahwa karena tidak ada raja maka orang Israel berbuat semaunya maka kita juga butuh raja untuk memerintah di dalam hati kita. Kita memerlukan Kristus untuk meraja di dalam hati kita supaya kita bisa melayani Tuhan, menjadi hamba Tuhan, menjadi anak Tuhan yang berkenan kepadaNya dan yang melayaniNya dengan prinsip yang benar.
Jeffrey Lim
Jakarta 24 Januari 2008
Institut Reformed
http://limpingen.blogspot.com
Dapat berkat dari saat teduh pribadi