Wednesday, May 15, 2013

Pengampunan, Hal Kerajaan Allah, Kejadian 3 dan Kayu Salib

"Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya. Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan. Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya. Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu! Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan. Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya. Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya. Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu.” (Mat 18:21-35)

Di dalam perspektif Alkitab, dosa itu adalah satu pelanggaran terhadap hukum Allah. Di lain pihak dosa adalah satu hutang. Perikop yang kita baca di atas mungkin sudah kita seringkali dengar bahwa orang percaya harus hidup terus menerus mengampuni. Dan pengampunan ini dikaitkan dengan hal kerajaan Sorga. Apa pengertian semua ini ? Apa relasi antara pengampunan dengan hutang dan juga dengan hal kerajaan Sorga ?

Ketika manusia jatuh ke dalam dosa maka manusia berada di dalam murka Allah. Mengapa Allah yang maha kasih namun Dia murka terhadap manusia yang berdosa ? Sebab sifat Allah yang adil mengharuskan manusia dihukum. Keadilan berarti satu keadaan yang menuntut seseorang dengan setimpal dengan perbuatannya. Bila seorang bersalah namun tidak dihukum dan seorang tidak bersalah namun dihukum itu tidak adil. Keadilan berkaitan dengan Allah sebagai Hakim dan Sang Kebenaran. Selain itu sifat Allah yang sempurna menuntut kesempurnaan di dalam ketaatan manusia terhadap kebenaran. Taurat Tuhan menjadi standard manusia untuk mengenal kesempurnaan hukum Allah.  Manusia yang jatuh dalam dosa tidak mampu menjalankan hukum Allah yang sempurna. Karena kesalahan terhadap satu hukum akan mengakibatkan kita bersalah di dalam keseluruhan hukum.

Ketika manusia jatuh dalam dosa maka manusia tidak bisa menebus dirinya supaya mereka diselamatkan. Ketika manusia berusaha menebus dirinya dengan perbuatan baik dan dengan berbagai hal untuk menutupi semua realitas dosanya itu maka manusia sebenarnya sedang menipu diri dan menekan kebenaran dengan kelaliman. Ini adalah gambaran manusia di dalam dosa.

Mengapa manusia tidak mampu membayar tebusan atas bersalahnya dia terhadap hukum Allah ?

Sebab Allah adalah tidak terbatas. Dan sebab Allah adalah sempurna. Maka pelanggaran terhadap hukum Allah adalah satu hal pelanggaran yang tidak terbatas dan penebusan yang hendak kita coba lakukan hanyalah satu hal yang terbatas dan tidak sempurna.

Karena itu maka kita perlu satu penebusan sempurna. Dan inilah yang menjelaskan mengapa Yesus harus seorang manusia dan juga harus juga Allah. Yesus sebagai manusia karena Yesus bisa mewakili manusia dan mengerti kesulitannya. Yesus sebagai Allah karena hanya kesempurnaanNya yang mampu membayar semua hutang dosa.

Maka inti berita Injil sebenarnya adalah Allah mengampuni kita orang berdosa di dalam karya AnakNya Yesus Kristus yang mati untuk menggantikan dosa kita. Korban yang sempurna itu menutupi dosa dan pelanggaran kita. Inti dari Kekristenan sebenarnya adalah kasih dan pengampunan dari Allah yang akibatnya membuat kita berdamai dengan Tuhan dan sesama. Pengampunan Allah mengharuskan orang percaya untuk mengampuni juga. Mengapa ? Sebab orang percaya sudah menerima anugerah Allah yaitu pemberian keselamatan dari karya Kristus Yesus yang mati di kayu salib. Itu bukan upaya kita. Itu bukan kinerja kita. Itu bukan kekuatan kita. Itu bukan kekudusan kita. Itu adalah pemberian cuma-cuma dari Allah kepada kita orang percaya.

Akibat dari kita menerima anugerah Allah maka kita harus hidup di dalam kasih karunia dan bukan di bawah Taurat lagi. Apa yang dimaksud di bawah Taurat yaitu berusaha untuk mencapai kebenaran diri dengan upaya diri sendiri yang tidak sempurna. Di bawah taurat berarti berusaha menebus kesalahan diri dengan perbuatan baik dan upaya apapun baik yang agamawi maupun sosial maupun apa yang kelihatannya bermakna di mata dunia. Orang percaya harus hidup mengandalkan anugerah dan hidup beranugerah juga. Keharusan ini berbeda dengan tuntutan Taurat sebab keharusan ini adalah satu penerimaan yang didasarkan bukan pada kita namun pada karya Kristus yang sempurna. Kita hanya menerimanya dengan Iman.

Setelah penjelasan panjang lebar mengenai semua ini, maka apa artinya sebenarnya pengampunan terhadap sesama itu ? Mengapa harus mengampuni tujuh puluh kali tujuh kali ? Berarti orang percaya harus terus menerus mengampuni. Mengapa ? Sebab dia sendiri sudah diampuni.

Di dalam perikop ini kita melihat seorang hamba yang berhutang kepada raja. Dia berhutang sangat besar sekali dan harus membayar itu semua. Mari kita perhatikan apa yang dimaksud dengan hutang yang sangat besar sekali. Ini berarti ada standard perhitungan. Di dalam perumpaan ini memakai perbandingan sepuluh ribu talenta yang merupakan hal yang sangat besar. Nilai standard ekonomis ini dianalogikan sebenarnya dengan standard tuntutan Hukum Taurat yang begitu besar dan sempurna. Raja itu melukiskan Allah yang mengampuni hamba itu. Kemudian hamba itu setelah diampuni dia keluar dan dia melihat orang yang berhutang jauh lebih kecil daripada pelanggaran dia. Dia terus tidak mengampuni dan bertindak dengan standard keadilan ekonomis. Dia tidak bertindak menggunakan standard anugerah yaitu pengampunan. Dia menuntut.

Adalah satu ironis ketika dosa kita yang begitu besar diampuni Allah namun kita tidak mau mengampuni sesama kita. Maka di dalam perikop ini dikatakan bahwa Raja itu marah dan menyerahkan kepada algojo-algojonya. Karena orang itu tidak mau mengampuni sesamanya dan memperhitungkan sesamanya dengan ukuran keadilan dan Taurat maka Allah marah dan memperhitung sesamanya dengan ukuran keadilan dan standardNya juga.

Inti pengajaran ini maka Yesus mengajarkan bahwa secara negatif bahwa Allah akan tidak berkenan dan marah apabila kita tidak mengampuni saudara-saudara kita. Secara positif Yesus mengajarkan supaya murid-murid terus hidup di dalam pengampunan. Semua ini dasarnya karena mereka sudah diampuni.

Saya mau mengkaitkan pengajaran pengampunan yang beranugerah dan penghukuman dengan tuntutannya  di perikop ini dengan Kejadian 3.

Di dalam kejadian 3 setelah Adam dan Hawa jatuh dalam dosa maka Adam mulai menyalahkan Hawa dan melihat Hawa di dalam tuntutan keadilan dan penghakiman. Begitu juga dengan Hawa mulai menyalahkan ular. Ini adalah keadaan dunia kita. Ini adalah realitas dunia orang berdosa.

Bukankah adalah satu realitas bahwa konflik di dalam keluarga dan masyarakat adalah karena kita tidak saling mengampuni dan saling menuntut keadilan seorang dengan yang lain ?

Kemudian setelah manusia jatuh dalam dosa maka manusia masing-masing ingin menutupi dosanya. Manusia bersalah dan malu. Bersalah karena sudah melanggar hukum Tuhan. Malu karena kehilangan kemuliaan Allah. Maka manusia memakai baju untuk menutupi malunya mereka. Semua upaya yang manusia lakukan untuk menebus dirinya adalah cara upaya manusia melarikan diri dari murka Allah. Manusia menyalahkan sesamanya supaya dirinya tidak terbuka dan ditelanjangi. Manusia takut penghukuman Allah. Dan manusia menekan kebenaran dengan kelaliman.

Tetapi ada satu manusia yang berbeda. Dia adalah Yesus Kristus.  Dia tidak berdosa. Dia tidak bersalah. Dia benar. Tetapi dia harus menderita bahkan mati di kayu salib. Semua ini karena kasihNya kepada kita orang berdosa. Kemungkinan Yesus mati ditelanjangi dan benar-benar dipermalukan. Tetapi sebenarnya Dialah yang menanggung kesalahan kita dan penyakit rohani kitalah yang ditanggungNya. Orang menyangka Dia kena tulah, kena kutuk tetapi Dia sebenarnya mati untuk kita orang berdosa. Dia rela mati di kayu salib seperti domba yang dituntun untuk dipotong. Dia adalah Anak Domba Allah yaitu korban penebusan bagi dosa kita.

Begitu besar kasih Tuhan kepada kita ! Kita yang menerimanya benar-benar real diampuniNya. Dan masakah kita tidak mau mengampuni sesama kita ?

Tuhan kita yang mati dikayu salib mengajarkan satu doa yaitu “Ampunilah kesalahan kami seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami”. Maka di dalam renungan singkat ini saya hendak mengajar kita untuk saling mengampuni. Mengapa ? Sebab kita sudah diampuni !

Soli Deo Gloria
Jeffrey Lim
20-12-2011
www.iccccty.com

No comments:

Powered By Blogger

Blog Archive

LIMPINGEN BLOG