Saturday, October 27, 2007

Mengetahui identitas diri dengan benar itu luar biasa

Mengetahui identitas diri dengan benar itu luar biasa
Jeffrey Lim



Siapakah saya ? Coba renungkan kalimat ini ! Setiap pertanyaan yang benar memerlukan jawaban yang bukan gampangan. Respon kita terhadap pertanyaan yang benar di dalam hidup kita menandakan bijaksana kita. Pertanyaan yang baik harus dijawab dengan jawaban yang tepat. Pertanyaan siapakah saya ini sangat penting karena pertanyaan ini menanyakan pengertian mengenai identitas kita. Identitas ini sangat penting karena menentukan kemana kita akan melangkah. Identitas ini sangat penting karena menentukan seluruh jalannya hidup kita.

Misalnya jawaban siapakah saya adalah Anton. Itu adalah nama saya. Adakah makna di dalam nama saya ? Ataukah mungkinkah nama saya dirubah ? Apakah nama saya menentukan karakteristik saya ?
Misalnya pertanyaan siapakah saya dijawab bahwa saya adalah pelajar. Kita harus mengerti bahwa pelajar adalah orang yang belajar di pendidikan formal. Ini berarti melihat saya dari predikat saya. Tetapi predikat pelajar ini mungkin satu saat bisa berubah menjadi pensiunan. Jadi siapakah saya ? Ini pertanyaan yang memerlukan pemikiran yang dalam. Sebab kita memerlukan pengenalan diri yang tetap dan tidak berubah. Kita perlu kenal identitas kita yang tetap. Identitas yang berubah itu tidak akan tahan lama.
Untuk menjawab pertanyaan ini mari kita renungkan ada satu orang yang mengetahui identitas dirinya dengan tepat dan tetap dan tidak berubah. Untuk mengerti itu marilah kita melihat ayat-ayat pembuka surat Paulus ! Mari kita refleksikan sebentar !

Dari Paulus, hamba Kristus Yesus, yang dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah. (Rom 1:1)
Dari Paulus, yang oleh kehendak Allah dipanggil menjadi rasul Kristus Yesus, dan dari Sostenes, saudara kita, (1Kor 1:1)
Dari Paulus, seorang rasul, bukan karena manusia, juga bukan oleh seorang manusia, melainkan oleh Yesus Kristus dan Allah, Bapa, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, (Gal 1:1)
Dari Paulus, rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah, kepada orang-orang kudus di Efesus, orang-orang percaya dalam Kristus Yesus. (Ef 1:1)
Dari Paulus, rasul Kristus Yesus menurut perintah Allah, Juruselamat kita, dan Kristus Yesus, dasar pengharapan kita, (1Ti 1:1)
Dari Paulus, seorang hukuman karena Kristus Yesus dan dari Timotius saudara kita, kepada Filemon yang kekasih, teman sekerja kami (Fil 1:1)

Sekilas kita menemukan adanya kesamaan di dalam pembukaan surat Paulus yaitu
Pengirimnya bernama Paulus
Dia berjabatan sebagai rasul
Jabatannya dan otoritasnya adalah oleh kehendak Allah

Di dalam surat Paulus, kita dapat menemukan bahwa Paulus mengetahui identitas dirinya dengan benar. Dia tahu bahwa dia adalah bernama Paulus. Dia juga mengetahui cerita hidupnya dengan jelas. Dia dahulu seorang penganiaya jemaat. Sekarang dia adalah seorang rasul.
Di dalam budaya Ibrani, nama adalah sesuatu yang penting. Nama mempunyai arti yang berarti karakteristik seseorang. Jadi di dalam mengenal nama kita seharusnya kita tidak sembarangan. Dan di dalam memberi nama anak juga tidak boleh sembarangan. Di dalam Alkitab sebagai wahyu Allah, nama itu ada artinya. Adam berarti manusia. Abraham berarti bapa segala bangsa. Dan nama juga bisa dirubah sesuai dengan karakteristik seseorang di masa depan. Yakub menjadi Israel. Simon menjadi Petrus. Dll. Nama menunjukkan siapa seseorang di dalam budaya Ibrani. Walaupun mungkin budaya Ibrani berbeda dengan budaya kita, tetapi di dalam pemberian nama kita harus tetap berhati-hati dan gentar karena nama berkaitan dengan “kata” dan “kata” itu adalah berkaitan dengan kebenaran. Kita harus menyadari bahwa fungsi Adam pertama kali ketika memberikan nama kepada binatang-binatang, Adam berfungsi sebagai nabi. Sebagai nabi Adam memberikan identitas yang merupakan identitas yang sudah Allah tetapkan sebelumnya. Jadi reinterpretasinya interpretasi Tuhan.
Kemudian cerita hidup kita menentukan identitas kita. Tetapi sayangnya banyak orang salah merangkai cerita hidup mereka. Banyak orang menganalisa ceritanya tidak dikaitkan dengan kebenaran. Psikoanalisis malahan melihat bahwa problema seseorang di masa kini karena cerita dia di masa lalu . Ini sungguh pandangan yang sempit sekali. Padahal seharusnya cerita hidup itu dikaitkan bukan sedekar dengan masalah tetapi dengan kelimpahan hidup. Apalagi kalau seseorang menyadari bahwa di dalam Kristus seorang adalah ciptaan baru dimana yang lama sudah berlalu. Cerita hidup kita menjadi indah kalau dikaitkan dengan Tuhan Allah.
Kembali kepada Paulus, Paulus menyadari identitasnya. Paulus menyadari namanya. Paulus juga menyadari cerita hidupnya. Seringkali dia menyadari bahwa dia adalah orang yang begitu berdosa yang dikasihi Tuhan bahkan dipakai Tuhan. Karena itu cerita masa lalu dia membuat dia begitu giat di dalam pekerjaan Tuhan. Paulus mengenal dirinya. Pertanyaannya apakah kita mengenal diri kita ? Pengenalan diri kita yang bukan saja pengenalan secara relatif tetapi secara tetap yang sesuai dengan realitas yang sesungguhnya. Yaitu pengenalan yang sesuai dengan kacamata Tuhan. Kenalkah kita akan diri kita ?
Paulus mengenal dirinya sebagai rasul. Dia mengenal mengapa dia ada di dalam dunia ini. Salah satu pertanyaan yang penting selain siapakah saya adalah dimanakah saya ? Ini bukan pertanyaan bodoh yang menanyakan letak posisi kita secara geografis. Tetapi pertanyaan ini menanyakan dimana posisi kita dan letak kita di dalam hidup ini. Ini menentukan dimana arah hidup kita dan mau kemana kita melangkah. Paulus di dalam hal ini sangat kenal bahwa dia ada di dalam dunia ini untuk memberitakan Injil kepada orang Yahudi dan kafir. Kepada orang-orang terpelajar dan tidak terpelajar. Paulus mengenal mengapa dia harus ada di dalam dunia ini. Dia menemukan arti hidupnya dan tujuan hidupnya.
Saudara-saudari, apakah engkau mengenal dimana engkau berada dan apa arti serta tujuan hidupmu ? Apakah engkau mengenal kemana engkau harus melangkah. Apakah engkau mengenal dirimu dengan tepat ? Pengenalanmu akan menentukan kemana engkau akan melangkah. Karena itu renungkanlah hal ini dengan seksama. Kita memerlukan identitas yang bukan relatif. Kita memerlukan identitas yang tetap. Tetapi pertanyaannya dimana kita menemukan identitas yang tetap ?
Paulus mengenal dirinya dengan tetap yaitu dia menjadi rasul oleh kehendak Allah. Ini adalah perpektif Teocentris. Ada perpektif ilahi dimana dia mengenal dirinya dari kacamata Tuhan. Dirinya, Identitasnya, Apa yang harus dia lakukan, tugas dia, semuanya berasal dari Tuhan Allah. Dia mengenal panggilan hidupnya. Dia mengenal calling. Ini sesuatu yang sangat penting.
Setiap orang percaya di dalam dunia ini mempunyai callingnya amasing-masing. Sudahkah engkau mengetahui calling engkau ? Ini bukan cita-cita atau ambisi pribadi. Tetapi ini merupakan visi dari Tuhan Allah. Visi berarti rencana Allah yang dinyatakan kepada manusia. Kita memerlukan visi untuk mengetahui rencana Allah di dalam hidup kita. Untuk itu kita harus bergaul karib dengan Tuhan Allah.
Kembali ke pertanyaan identitas, saya akan simpulkan beberapa poin bahwa untuk mengenal identitas diri yang sebenarnya kita harus mendapatkannya dari :
1. Firman Tuhan sebagai Wahyu Allah
2. Hubungan kita dengan Tuhan dimana Tuhan menyatakan visinya
3. Menyadari panggilan hidup
Dengan mengenal identitas yang sesungguhnya maka kita akan kokoh menghadapi segala macam rintangan di dunia ini. Kita akan kuat menghadapi hidup ini. Kita akan teguh menghadapi segala macam pencobaan. Karena identitas kita tetap dan tidak berubah. Kita ada tujuan yang kekal yang Tuhan Allah sudah tetapkan dimana kita akan mencapainya dalam anugerah Tuhan.
Mari kita berdoa dan merenungkan identitas kita di dalam Tuhan.


Jeffrey Lim
18 Oktober 2007
Jakarta di Institut Reformed
Ketika sadar pentingnya identitas diri, visi dan panggilan Tuhan di dalam hidup.

Read More ....

Monday, October 08, 2007

Manhood and Womanhood in the Bible

Manhood and Womanhood in the Bible
Jeffrey Lim
A. Masalah keluarga dan gender di dalam dunia ini
Manusia adalah mahluk sosial. Manusia adalah mahluk yang berrelasi. Manusia diciptakan oleh Tuhan Allah ada laki-laki dan ada perempuan. Ini sebenarnya sesuatu yang indah di dalam tatanan yang Tuhan ciptakan. Laki-laki sebagai kepala dan wanita sebagai penolong. Tetapi di jaman sekarang banyak problema yang timbul di dalam gender yaitu salah satunya adalah feminisme atau bisa juga masculisme sebaliknya. Ada banyak problema di dalam masyarakat dunia sekarang ini dalam kaitan dengan gender dan keluarga :
1. Ada wanita yang menjadi pemimpin keluarga dimana seharusnya laki-laki yang mengepalainya
2. Ada laki-laki yang berpoligami
3. Ada laki-laki yang mempunyai simpanan
4. Ada laki-laki yang berpandangan wanita itu lebih rendah
5. Perceraian yang semakin banyak
6. Konflik keluarga yang semakin banyak
7. Penyelewengan di dalam keluarga
8. Ada wanita yang mempunyai anak tetapi tidak ingin menikah dan single parent.
9. Homoseksualitas dan lesbian semakin banyak
10. Dll

Ini semua adalah problema yang dihadapi oleh banyak manusia di dalam dunia ini. Keluarga banyak konflik dan masyarakat di ambang kehancuran. Semua ini karena manusia sudah jatuh ke dalam dosa dan manusia tidak kembali pada standard kebenaran. Problema Kejadian 3 mengakibatkan relasi keluarga rusak. Adam menuduh Hawa. Adam sebagai kepala menyalahkan penolongnya. Bahkan relasi antara suami istri menjadi kacau. Kej 3:16 menjelaskan
"namun engkau akan berahi ( teshookaw ) kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu." ( Kej 3:16 ). Ini berarti laki-laki akan berkuasa terhadap wanita tidak dengan kasih seperti semula tetapi dengan kekuasaan dan wanita juga akan menguasai laki-laki. Berahi di dalam bagian ini kalau kita mau eksegese sebenarnya berarti menguasai. Kata berahi( teshookaw ) ini dipakai di dalam kalimat
"Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda ( teshookaw ) engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya." ( Kej 4:7 ). Berahi ini sebenarnya bukan keinginan seksual tetapi keinginan untuk menguasai. Untuk lebih jelas silahkan eksegesis dengan lebih detail.
Karena dosa maka laki-laki dan perempuan akan saling menguasai. Karena dosa maka ada konflik di dalam rumah tangga. Karena dosa maka adanya permusuhan antara manusia dengan manusia. Adanya ketidak percayaan, adanya ketidaksetiaan dan adanya penyelewengan. Semua ini karena manusia sudah berdosa kepada Allah sumber hidup.
Bagaimana supaya manusia kembali kepada tatanan yang benar ? Bagaimana supaya problema keluarga diatasi ? Bagaimana problema gender diatasi ? Kita bukan sekedar menjawab problema tetapi yang penting adalah kembali kepada Tuhan dan apa yang Tuhan nyatakan di dalam FirmanNya.
Tuhan mengatakan bahwa rancanganNya adalah rancangan damai sejahtera. Apa yang Tuhan nyatakan dalam FirmanNya adalah rancangan yang mendatangkan kebaikan bagi kita umatNya.
B. Rencana Allah di dalam Alkitab mengenai laki-laki dan perempuan
Alkitab mengajarkan bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Manusia diciptakan menurut gambar Allah Tritunggal. Untuk mengerti lebih jelas mengenai manusia, kita harus mengenal Allah. Calvin mengatakan bahwa ketika kita mengenal Allah maka kita mengenal diri dan ketika kita mengenal diri maka kita mengenal Allah. Jadi untuk mengenal diri kita harus mengenal Allah Tritunggal.
Allah Tritunggal adalah Allah yang esa tetapi mempunyai 3 pribadi. Ada kesatuan tetapi ada keragaman. Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus. KetigaNya esa. Di dalam Allah Tritunggal terdapat beberapa prinsip yaitu :
a. Ordo
Adanya ordo ( urutan kekepalaan ) yaitu Allah Bapa kemudian Allah Anak dan Allah Roh Kudus. Allah Bapa mengepalai Allah Anak. Allah Bapa dan Allah Anak mengepalai Allah Roh Kudus.
b. Kesetaraan
Baik Allah Bapa, Allah Anak, Allah Roh Kudus adalah setara dan sama tinggi. Tetapi ada ordonya.
c. Kasih dan pelayanan
Alkitab mengajarkan bahwa Allah adalah kasih. ( 1 Yohanes 4:8 ) Berarti Allah Tritunggal adalah kasih. Kasih merupakan atribut Allah yang sangat penting. Pemazmur sering berkata "Kasih setiaNya untuk selama-lamanya". Kasih Allah adalah kekal adanya. Sebelum Dia menciptakan bumi beserta isinya yang juga termasuk manusia, Dia adalah kasih adanya. Siapakah yang Dia kasihi sebelum ada manusia yang Ia kasihi ?
Allah mengasihi diriNya sendiri. Allah Tritunggal saling mengasihi satu sama lain. Allah Bapa mengasihi Allah Anak dan Allah Roh Kudus. Allah Anak mengasihi Allah Bapa dan Allah Roh Kudus. Allah Roh Kudus mengasihi Allah Bapa dan Allah Anak. Ketiga pribadi Allah saling mengasihi satu sama lain. Di dalam tiga pribadi ada kesatuan. Dan di dalam tiga pribadi ada satu kasih, satu jiwa, satu tujuan. Hubungan Allah Tritunggal merupakan hubungan yang harmonis. Benar-benar harmonis. Hubungan Allah Tritunggal yang harmonis ini dimana ada keragaman namun ada kesatuan yang harmonis merupakan dasar hidup kita sebagai orang Kristen.
Alkitab juga mengajarkan bahwa ada saling menghargai, saling melayani, saling mengasihi dan saling menganggap yang lain lebih utama di dalam ketiga pribadi Allah Tritunggal. Allah Tritunggal tidak mementingkan pribadiNya sendiri terlepas dari pribadi yang lain namun saling memperhatikan. Perhatikanlahlah Allah Bapa mengasihi dan memuliakan Allah Anak. Di atas gunung Allah Bapa berkata "Inilah Anak yang kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia" ( Matius 17:5 ). Yesus Kristus berkata "BapaKulah yang memuliakan Aku" ( Yohanes 8:54 ). Allah Anak juga memuliakan Allah Bapa. Yesus Kristus berkata :"Bapa, muliakanlah namaMu" (Yohanes 12:28 ). Yesus Kristus mengajarkan doa Bapa kami yang berisi "Bapa kami yang ada di dalam surga, dikuduskanlah namaMu" ( Matius 6:9). Alkitab juga mengajarkan bahwa Allah Bapa dan Allah Anak saling memuliakan :"Jikalah Allah dipermuliakan di dalam Dia, Allah akan mempermuliakan Dia juga di dalam diriNya, dan akan mempermuliakan Dia dengan segera.( Yohanes 13:32 ). Yesus Kristus berkata "Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah AnakMu supaya AnakMu mempermuliakan Engkau." ( Yohanes 17:1 ) . Alkitab mengajarkan Allah Bapa dan Allah Anak saling mempermuliakan satu sama lain. Yesus juga menganggap Allah Bapa lebih besar walaupun Dia setara dengan Bapa: "Aku pergi kepada BapaKu sebab Bapa lebih besar dari pada Aku" ( Yohanes 14:29 )
Allah Anak juga memuliakan dan menganggap Allah Roh Kudus lebih besar dari diriNya. Yesus Kristus berkata "Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni. Apabila seorang menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun tidak." ( Matius 12:32 ). Demikian juga Allah Roh Kudus memuliakan Allah Anak. Alkitab mengatakan bahwa Roh Kudus mengajar dan mengingatkan orang percaya kepada Kristus : "Tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus yang akan diutus oleh Bapa dalam namaKu, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu." ( Yohanes 14:26 ). Alkitab mengajarkan mengenai Roh Kudus :"Tetapi apabila Ia datang yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak berkata-kata dari diriNya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengarNya itulah yang akan dikatakanNya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. Ia akan memuliakan Aku ( Kristus ), sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada Ku" ( Yohanes 16:14 )
Lalu apa kaitan antara Allah Tritunggal dengan keluarga, laki-laki dan perempuan ?
i. Allah Tritunggal menjadi pola di mana relasi manusia diatur. Karena Allah adalah Allah yang berelasi maka manusia adalah manusia yang berelasi. Karena Allah tidak seorang diri maka manusia tidak seorang diri. Karena adanya ordo di dalam diri Allah maka didalam hidup manusia adanya ordo :
a. Laki-laki dan perempuan
b. Orang tua dan anak
c. Tuan dan hamba
ii. Karena adanya kesetaraan di dalam Allah Tritunggal maka adanya kesetaraan di dalam hidup manusia. Semua manusia adalah setara. Laki-laki dan perempuan adalah setara. Karena Allah Tritunggal adalah saling melayani maka manusia harus saling melayani.
Kembali kepada apa yang Alkitab katakan mengenai laki-laki dan perempuan.
Allah menciptakan manusia menurut pola Tritunggal. Adanya kesatuan tetapi adanya keragaman. Hubungan Allah Tritunggal yang terintim itu dilukiskan di dalam hubungan suami dan istri di dalam relasi perjanjian yaitu pernikahan. Dua menjadi satu dimana di dalam Allah Tritunggal adalah esa tetapi mempunyai tiga pribadi.
Kemudian Alkitab mengajarkan bahwa relasi laki-laki dan perempuan itu dilukiskan di dalam analogi relasi Allah dengan umatNya dan relasi antara Kristus dengan gerejaNya.
Relasi antara Allah dan umatNya dilukiskan di dalam nuansa perjanjian ( covenant ). Apa itu covenant ? Covenant adalah perjanjian antara 2 pihak dimana di dalam relasi adanya komitmen dan adanya satu kesetiaan. Relasi antara kita dengan Tuhan adalah relasi perjanjian. Ini digambarkan dengan nuansa pernikahan. Allah sebagai suami dan umatNya sebagai istrinya. Relasi antara Kristus dengan jemaat juga dilambangkan dengan hubungan suami istri. Ini adalah dalam nuansa perjanjian. Karena itu Alkitab mengajarkan
"Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu. Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya
(Efesus 5:22-25)
Di dalam relasi ini kita bisa belajar beberapa hal yaitu :
a. Ordo
b. Ketaatan
c. Kesetiaan
d. Kasih
e. Pelayanan
f. Pengorbanan
Di dalam relasi ini adalah eksklusif tanpa pihak ketiga, karena itu pernikahan yang Allah inginkan adalah monogami.
To be continued :)
Jeffrey Lim
8 Oktober 2007
Institut Reformed
Menggumuli apa yang Alkitab katakan mengenai laki-laki dan perempuan dan menanggapi tanggapan atas artikel "let man be man and let woman be woman"
Soli Deo Gloria


Read More ....

Sunday, October 07, 2007

Let man be man, Let woman be woman

Let man be man, Let woman be woman
Gender problem as spiritual issue
Jeffrey Lim

Allah menciptakan manusia laki dan wanita sebagai gambar dan rupaNya. Mereka adalah setara namun ada ordonya. Ini adalah hal indah yang Allah ciptakan. Allah sudah menetapkan bahwa laki-laki adalah kepala wanita. Tetapi bukan berarti laki-laki menguasai wanita. Tetapi laki-laki harus menjadi kepala yang mengepalai wanita tetapi dengan kasih dan wanita harus tunduk kepada laki-laki. Ini adalah ordo yang sudah Tuhan tetapkan di dalam dunia ini. Ini adalah satu keindahan yang Tuhan tetapkan di dalam dunia ini. Ibarat Kristus sebagai kepala jemaat, Suami adalah kepala istri. Tetapi seperti Kristus mengasihi jemaat maka suami harus mengasihi istri dan juga seperti jemaat tunduk kepada Kristus. Semua ini akan menciptakan harmoni dan keteraturan di dalam kehidupan kekristenan.

Salah satu permasalahan besar di dunia sekarang adalah permasalahan gender. Dan salah satu yang terberat adalah masalah feminisme. Mungkin kita merasa bahwa feminisme hanya satu fenomena sosial yang biasa terjadi di dalam dunia ini. Bahkan kepala Negara Inggris pun adalah seorang wanita. Sekarang juga kepala Negara amerika dicalonkan seorang wanita. Di bagian-bagian lain yang berskala kecil kita sudah melihat bahwa kekepalaan laki-laki mulai digantikan oleh wanita. Misalnya pemilihan ketua osis memilih wanita.
Apakah feminisme ini hanya fenomena sosial yang berubah saja ? Tetapi sesungguh ini adalah problema yang serius karena sudah melanggar ketetapan ordo yang Tuhan tetapkan di dalam dunia ini. Mengapa feminisme sangat serius dan perlu kita tanggapi di dalam isu kontemporer ini ? Untuk menjawab pertanyaan ini kita harus merenungkan satu hal bahwa pelanggaran terhadap hukum yang Tuhan tetapkan di dalam dunia ini akan berakibatkan fatal. Ini pandangan secara aprori.
Realita apa sebenarnya yang terjadi ketika wanita menjadi kepala ?
1. Sebenarnya terjadi pergeseran peran dimana seharusnya laki-laki menjadi kepala dan wanita menjadi anggota. Namun sekarang terbalik.
2. Terjadi perlawanan terhadap natur yang Tuhan ciptakan. Seharusnya laki-laki bersifat maskulin dan wanita bersifat feminin.
Bagaimana jika wanita menjadi kepala ?
1. Ini akan mencenderung mengakibatkan laki-laki menyingkir. Coba renungkan setiap sektor dimana wanita menjadi kepala. Seberapa banyak laki-laki yang mau dikepalainya ? Hanya tipe laki-laki yang “lemah” yang akan menjadi anggota. Akibat ini begitu serius. Karena akan menimbulkan kelompok wanita yang merajalela. Dan akibat dari ini menimbulkan ketidak seimbangan yang mengganggu seluruh kesehatan organisme bagian.
2. Akan menimbulkan budaya yang akan mewariskan kader kekepalaan oleh wanita.
3. Wanita cenderung menyelesaikan masalah secara emosional-detail namun bukan rasional-general. Ini sangat berbahaya sekali di dalam mengambil keputusan-keputusan yang bersifat signifikan bagi sesuatu kelompok.
4. Karena laki-laki sulit dikepalai oleh wanita maka akan terjadi benturan dan masalah tingkat kepercayaan menjadi kecil di antara kelompok.
5. Karena terjadi pergeseran peran dan natur antara dan laki-laki dan wanita dapat mengakibatkan wanita menjadi maskulin dan laki-laki menjadi feminin. Ini menimbulkan dampak terhadap spiritualitas dan dampak sosial budaya.
6. Wanita yang cenderung menjadi kepala dan dominan biasanya sulit mendapatkan jodoh dan membawa efek buruk bagi dirinya dan bagi sekitarnya. Akibatnya banyak wanita lain yang terbawa efek seperti ini di dalam kelompok yang kebanyakan adalah kelompok wanita.
Langkah riskan selanjutnya dari pergeseran gender adalah :
1. Laki-laki tidak menjadi laki-laki dan wanita tidak menjadi wanita.
2. Homoseksualitas dan lesbian semakin merebak
3. Problema sosial dan moral semakin rusak
4. Keluarga semakin berantakan
5. Gereja terancam
6. Kehidupan manusia terancam
Ini semua adalah bahaya dari feminisme.
Alkitab sendiri sudah membahas bahwa pergeseran gender ini serius. Bahkan Misalnya laki-laki yang mengenakan pakaian wanita harus dihukum mati. Koq sedemikian keji ? Bukankah dijaman sekarang banyak laki-laki yang seperti wanita dan wanita yang seperti laki-laki ?
Feminisme ini begitu serius. Dan sekarang kalau kita melihat bahwa di dalam gereja, paham ini sudah mulai masuk ke dalam gereja. Bukankah kita sudah melihat realita bahwa kepala kerohanian dijabat oleh wanita ? Bukankah kita melihat bahwa ada yang berfungsi sebagai kepala keluarga adalah wanita ?
Mungkin ada terdengar pemahaman yang biasa di jaman sekarang bahwa laki-laki itu lebih tidak berdaya dan juga lebih tidak rohani. Ini biasa dikumandangkan oleh wanita yang menganut feminisme. Dari mana pandangan ini berasal ?
Kalau kita selidiki bahwa sebelum jaman revolusi industri, laki-laki dan wanita itu sama-sama bekerja sama di dalam satu usaha untuk keluarga. Suami dan istri bersama-sama bekerja misalnya sebagai tukang roti, dll. Dan anak dibesarkan oleh ayah dan ibu. Pendidikan anak diajakan oleh ayah dan ibu. Karena itu unit pendidikan keluarga sangat lengkap dan menyeluruh. Anak mendapat figur ayah dan kasih sayang ibu.
Kemudian terjadilah revolusi industri dimana laki-laki pergi ke pabrik dan wanita menjadi ibu rumah tangga. Laki-laki pergi bekerja keluar rumah dan ibu bekerja di dalam rumah. Karena itu ibu menjadi “kepala” bagi anak-anaknya selama suami bekerja. Dan ini mengakibatkan pandangan bahwa laki-laki itu kebanyakan suka keluar rumah dan tidak setia sebaliknya wanita itu menjaga keharmonisan rumah tangga sebagai istri setia yang menunggu suami pulang. Ini adalah latar belakang budaya.
Tetapi sesungguhnya konsep bahwa wanita lebih rohani daripada laki-laki ini bukan konsep Biblical. Sejak semula Alkitab sudah menjelaskan bahwa figur Allah adalah maskulin. Bahkan Allah disebut Bapa bukan Ibu. Yesus sendiri adalah laki-laki dan Yesus bersifat maskulin. Bahkan kepala rohani di Alkitab adalah laki-laki semua. 99% adalah laki-laki semua kecuali Debora yang adalah hakim wanita. Tetapi Debora sendiri adalah satu jaman dimana kekacauan spiritual terjadi. Debora menjadi maskulin dan Barak menjadi feminine. Karena Alkitab mengajarkan bahwa kepala adalah laki-laki maka laki-laki tidak lebih kurang rohani dibandingkan dengan wanita. Karena itu dijaman sekarang yang penuh dengan hawa feminisme, spiritualitas maskulin harus dibangun dan ditegakkan.
Untuk membangun spiritualitas ini maka ada beberapa konsep yang harus kita pegang :
1. Laki-laki adalah kepala wanita
2. Kerohanian dikepalai oleh laki-laki
3. Keputusan di tangan laki-laki
4. Wanita harus mendukung laki-laki menjalan perannya
5. Laki-laki harus mengasihi wanita
6. Feminisme harus ditentang habis karena berbahaya.
Karena itu hai laki-laki jadilah laki-laki sejati
Dan hai wanita jadilah wanita sejati.

Jeffrey Lim,
Jakarta 27 September 2007
Setelah merenungkan kuliah mengenai kekepalaan laki-laki





Read More ....

Butuh telinga rohani di jaman sekarang

Butuh Telinga Rohani di jaman sekarang
Jeffrey Lim

”Hai anakku, jikalau engkau menerima perkataanku dan menyimpan perintahku di dalam hatimu, sehingga telingamu memperhatikan hikmat, dan engkau mencenderungkan hatimu kepada kepandaian, ya, jikalau engkau berseru kepada pengertian, dan menujukan suaramu kepada kepandaian, jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam, maka engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan TUHAN dan mendapat pengenalan akan Allah. Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian. “ (Amsal 2:1-6)

Pendahuluan :
Jaman sekarang adalah banyak budaya gambar. Tetapi lebih sedikit budaya kata-kata. Bahkan sekarang adalah dunia multimedia gabungan gambar dan kata. Namun gambar menjadi lebih dominan. TV, Internet, dunia hiburan menawarkan gambar. Semua itu ada efeknya terhadap hidup kita.
Apa pentingnya kata-kata bagi hidup kita dan mengapa kita harus mempertahankan tradisi kata-kata ? Untuk itu marilah kita renungkan Firman Tuhan. Sebelumnya
Mari kita parsing ayat di atas !

“Hai anakku, jikalau engkau menerima perkataanku ( Word ) dan menyimpan perintahku ( Word ) di dalam hatim ( Heart ) , sehingga telingamu ( Ear ) memperhatikan hikmat ( Wisdom ) , dan engkau mencenderungkan hatimu ( Heart ) kepada kepandaian ( Understanding ), ya, jikalau engkau berseru ( Speak ) kepada pengertian ( Understanding ) , dan menujukan suaramu ( Speak ) kepada kepandaian ( Understanding ) , jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam ( Heart ) , maka engkau akan memperoleh pengertian ( Understanding ) tentang takut akan TUHAN ( Fear the LORD ) dan mendapat pengenalan akan Allah ( Understanding ). Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat ( Wisdom ), dari mulut-Nya ( Word ) datang pengetahuan dan kepandaian ( Understanding ).” (Amsal 2:1-6)

Alkitab mengajarkan bahwa orang benar hidup oleh iman. Iman adalah sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan Kristen. Iman adalah dasar hidup orang percaya. Dengan iman kita dibenarkan dengan iman kita disucikan. Dengan iman kita menerima anugerah Allah.
Yang mana lebih dahulu. Mengetahui lebih dulu baru beriman ? Atau beriman dulu baru mengetahui ?
Bagaimana kita bisa beriman kalau kita tidak mengetahui sesuatu ? Bukankah kalau kita beriman kita memerlukan adanya pengertian untuk menjadi dasar ?
Ini perdebatan yang tidak mudah.
Alkitab mengajarkan bahwa iman kita timbul dari pendengaran. Pendengaran akan Firman Kristus. Iman kita adalah berasal dari Firman Tuhan. Sebab Firman Tuhanlah yang memberikan kita bibit iman dan mempertumbuhkan iman kita. Jadi ada kaitan antara Faith and Word. Ada hubungan antara Faith and Logos. Tetapi ada juga hubungan antara Logos dan Hikmat. Dan ada juga hubungan antara Hikmat dan hati. Dan ada hubungan antara iman dan hikmat. Dan ada hubungan antara hati dan iman. Pengertian Firman Tuhan menghasilkan iman. Iman ini datangnya dari pendengaran Firman.
Relasi-relasi :
Faith and Logos
Logos and Wisdom
Wisdom and Heart
Heart and Understanding
Faith and Wisdom
Faith and Hearing
Wisdom and Hearing
Ini adalah relasi organik semua.
Iman timbul dari pendengaran akan Firman. Iman timbul dari Firman Tuhan.
Hikmat datangnya dari mulut Allah. Berarti hikmat datangnya dari Firman Tuhan. Hati yang mencari pengertian akan mendatangkan pengertian.
Hikmat juga datang dari takut akan Allah. Jadi sikap hati seseorang menerima Firman dan takut kepadaNya sangat penting untuk mendapatkan hikmat.
Untuk mendapatkan hikmat seseorang harus mendengar. Karena itu hikmat datang dari Firman Tuhan yang didengarkan. Hikmat juga berkaitan dengan iman dan kita mendapatkan hikmat dengan iman dan Firman.
Semua relasi ini ada kaitannya dengan iman datang dari pedengaran, pendengaran akan Firman Tuhan
Timbul satu pertanyaan ? Mengapa iman timbul dari pendengaran dan bukan dari penglihatan ? Mengapa iman timbul dari mendengar Firman dan bukan dari melihat ? Mengapa metaforanya adalah mendengar ?
Kalau kita pelajari bahwa budaya Ibrani adalah budaya yang mendengar. Sedangkan budaya Yunani adalah budaya melihat. Budaya Ibrani adalah Shema Israel. Dengarlah Israel. Tuhan itu Esa. Kasihlah Tuhan Allahmu dsb. Sedangkan budaya Yunani adalah budaya yang menyelidiki alam semesta dan melakukan penyelidikan empiris.
Dunia Barat dan kemajuannya sekarang diwarisi oleh budaya Ibrani dan budaya Yunani. Dari budaya Ibrani, orang mengenal iman dan dari budaya Yunani, orang mengenal pengetahuan. Ibrani menekankan iman dan Yunani menekankan rasio.
Kembali kepada pertanyaan sebelumnya. Mengapa iman timbul dari pendengaran dan bukan dari penglihatan. Mengapa pakai metafora telinga untuk menjelaskan semua ini ?
Perenungan hari ini akan berpusat pada satu hal yang dinamakan telinga rohani. Telinga rohani ini sangat penting bagi kehidupan orang percaya. Telinga rohani ini bisa menjadikan kita rohani dengan mendengarkan melaluinya. Telinga ini sangat penting bagi kita. Telinga rohani ini begitu penting supaya kita bisa bertumbuh.
Dari mana datangnya iman ? Dari pendengaran Firman dan telinga rohani harus mendengarnya.
Dari mana datangnya hikmat ? Dari pendengaran Firman dan telinga rohani harus mendengar suara hikmat yang berseru-seru.
Dari mana datangnya didikan ? Dari pendengaran Firman dan telinga rohani harus siap menerima teguran dan didikannya.
Dari mana kita mengenal Tuhan ? Dari Firman Tuhan dan telinga rohani harus mendengar suara Tuhan melalui FirmanNya.
Telinga rohani itu sangat penting bagi kehidupan rohani kita. Mengapa metaforanya memakai telinga ? Ada pepatah bahwa mata adalah jendela jiwa. Tetapi saya juga berpendapat bahwa telinga adalah jendela jiwa juga.
Metafora telinga itu mempunyai arti bagi kehidupan kita yang hendak kita renungkan.
Kita mempunyai 5 inderawi yaitu : mata, telinga, raba, kecap dan cium. Menurut salah satu buku mengenai keindahan ( aesthetic ), 2 inderawi yang paling penting adalah mata dan telinga. Mengapa ? Sebab dua indera ini menghasilkan perenungan yang melebihi sekedar mengerti secara inderawi. Bahkan Alkitab juga menggambarkan kedua hal ini yaitu :
Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka. (Mat 13:14-15)
Nah tetapi diantara mata dan telinga, mengapa Alkitab menggunakan metafora telinga untuk menggambarkan bahwa iman datangnya dari pendengaran Firman ?
Satu hal yaitu bahwa beda mata dan telinga itu adalah mata bersifat aktif dan telinga bersifat pasif. Mata harus aktif untuk dapat melihat tetapi telinga selalu siap sedia dan secara pasif menerima setiap bunyi yang ada.
Ambil contoh bila kita sedang istirahat maka semua inderawi kita yang bersifat aktif akan melemah. Tetapi telinga kita yang bersifat pasif tetap siap untuk mendengar. Ini keunikan telinga. Telinga selalu bersikap pasif dan selalu siap here I am. Maka itu sebagai seorang murid kebenaran, kita harus selalu siap seperti telinga untuk mendengar suara Tuhan.
Satu pengertian juga yaitu bahwa telinga itu berkaitan dengan pendengaran dan iman berkaitan dengan Firman dan iman itu selalu harus diproses dengan lama. Proses telinga untuk beriman itu tidak cepat. Telinga itu membutuhkan proses untuk mengerti. Berbeda dengan mata yang dapat dengan sekilas menangkap semua dengan cepat, telinga berproses dengan lambat. Misalnya kita hendak mengerti konsep Allah Tritunggal maka mendengarkan kotbah harus lama dan tidak bisa cepat. Telinga itu harus melewati proses dan tidak mudah.
Demikian juga hidup kita diproses Tuhan itu bukan dengan instan dan cepat. Tetapi harus melewati proses waktu yang panjang. Proses waktu dan ujian itu akan menghasilkan karakter. Ini tidak mudah. Tetapi melewati pergumulan. Demikianlah supaya kita dapat menerima Firman Tuhan, mengerti kehendak Allah, mengenal kebenaran harus memerlukan kesabaran dan didikan seperti telinga harus diproses untuk mengerti satu pengertian.
Jaman sekarang ini adalah budaya gambar lebih dominan daripada budaya kata-kata. Jaman duulu budaya adalah budaya oral. Kemudian tulisan. Dan kemudian gambar atau pada akhirnya adalah multimedia. Oral, berkata-kata, kemudian tulisan dan percetakan, radio, dll. Kemudian TV, Internet, dll.
Tetapi seringkali gambar itu berbeda dengan kata. Ada pepatah bahwa 1 gambar berarti 1000 kata-kata. Sebaliknya 1 kata juga dapat mengandung 1000 gambar. Gambar itu menggunakan mata dan kata menggunakan telinga.
Salah satu keistimewaan gambar adalah cepat untuk ditangkap tetapi kadang maknanya menjadi tidak dalam. Sebab untuk masuk ke dalam perenungan yang lebih dalam diperlukan telinga rohani.
Salah satu kelemahan gambar adalah dia dapat mengaburkan makna. Gambar dapat mereduksi makna. Sebaliknya kata-kata itu lebih mengandung banyak makna. Karena itu di dalam budaya jaman sekarang yang banyak menggunakan gambar daripada kata-kata akan menghasilkan pemikiran yang tidak mendalam. Apalagi jaman sekarang yang semakin berdosa ini banyak menampilkan gambar-gambar simulasi yang akhirnya bisa merusak banyak hal.
Simulasi di realitas maya itu ada beberapa efek negatif :
Membuat orang bosan dengan dunia realitas
Membuat orang tidak berpikir dalam
Bersifat menggugah emosi dan pikiran tetapi bukan dengan kebenaran. Akhirnya akan membawa kepada kekosongan
Bersifat menghibur tetapi pada akhirnya membosankan
Secara tidak langsung banyak mendoktrinasi dan membentuk hidup manusia

Kembali kepada telinga rohani.
Sebagai orang percaya, kita perlu telinga rohani dijaman sekarang. Telinga rohani ini bersedia untuk mendengar dan dikoreksi. Telinga rohani ini bersedia untuk siap sedia mendengar suara Tuhan. Ini yang Tuhan kehendaki. Marilah belajar seperti Samuel yang siap mendengar suara Tuhan. Marilah dengar Tuhan Allah dan mengasihiNya.
Bagaimana supaya kita mempunyai hikmat ?
Bagaimana kita mempunyai iman ?
Bagaimana supaya kita dibentuk dan mempunyai karakter ?
Bagaimana supaya kita memperoleh pengertian dan kepandaian ?
Dengar-dengar dan dengar Firman !

Bagaimana mendengar Firman ? Bukannya seringkali kita membaca Firman dengan mata ?
Ketika kita membaca Firman Tuhan maka ada kita harus membaca dengan keseluruhan inderawi dan keberadaan kita. Hal ini demikian penting karena dijaman sekarang di jaman pasca modern ini banyak sekali godaan yang menawarkan kenikmatan bagi indera-indera kita dan bagi seluruh keberadaan kita. Karena itu, Di jaman sekarang ini kita harus belajar membaca Firman dengan seluruh keberadaan kita. Kenikmatan sejati hanya ada didalam Allah dan FirmanNya yaitu ketika manusia memuliakan Tuhan dan menikmatiNya. Ketika kita membaca Firman kita harus :
Hati kita terpaut kepada Firman dan mencari pengertian
Rasio kita merenungkan Firman Tuhan
Intuisi kita berkontemplatif
Mata kita membaca Firman
Emosi kita digerakkan untuk mengasihi Firman
Kehendak kita mau untuk belajar dan mengenal Tuhan
Telinga kita mendengar suara Tuhan
Lutut kita bersujud.
Tangan kita melipat.. .Untuk lebih jauh coba renungkan Mazmur 119
Ketika sedang membaca Firman maka Jangan hanya menggunakan mata saja. Tetapi gunakan telinga rohani. Renungkan di dalam pikiran kita dengan membaca Firman dan Firman itu berkata-kata buat jiwa kita. Bukan saja kita membaca Firman tetapi biarlah Firman itu membaca hidup kita.
Biarkan Firman itu berkata-kata dan menjadi cermin dan membaca hidup kita. Maka kita akan dibentuk terus oleh Firman Tuhan.
Kiranya renungan ini boleh menjadi berkat bagi kemuliaan nama Tuhan

Jeffrey Lim
BandungRabu, 12 September 2007


Read More ....
Powered By Blogger

LIMPINGEN BLOG