Monday, February 18, 2008

A friend loves at all times

A Friend love at all times
Jeffrey Lim

Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran. (Amsal 17:17)

Baca Amsal 17:17
Dikatakan bahwa seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu. Di dalam bahasa Inggris dikatakan bahwa A friend love at all times.
Kalau kita membaca mengenai Amsal, Amsal ini banyak menuliskan mengenai hikmat orang Israel. Hikmat orang Yahudi berbeda dengan hikmat orang Yunani. Hikmat orang Yunani adalah akademis abstrak tetapi hikmat orang Yahudi adalah konkrit praktis. Hikmat orang Yahudi adalah bagaimana mempunyai skill untuk hidup yaitu hidup yang berbijaksana. Bijaksana ini supaya di dalam hidup kita mempunyai pengertian dan bisa menyelesaikan pergumulan dan kehidupan dengan baik. Orang dunia pun bisa mempunyai bijaksana tetapi bijaksana di dalam Ibrani adalah dikaitkan dengan Tuhan Allah. Takut akan Tuhan adalah permulaan hikmat.

Amsal 17:17 membicarakan mengenai sahabat atau teman. Teman adalah satu anugerah yang Tuhan berikan kepada kita. Kalau kita merenungkan lebih dalam : Mengapa manusia bersahabat dan berteman ? Mengapa manusia berelasi ? Mengapa manusia berkawan ?
Karena manusia diciptakan serupa dan segambar dengan Allah dengan pola Allah Tritunggal. Allah Tritunggal tidak sendiri dan Allah Tritunggal adalah Allah yang berkomunitas. Pola Allah Tritunggal ini adalah yang menjadikan dasar kasih di dalam dunia, menjadi dasar persekutuan di dalam kehidupan manusia, menjadi dasar relasi dan persahabatan. Allah sendiri adalah Allah yang bersahabat dan berteman. Dia adalah Allah yang berpribadi. Allah adalah Allah yang bahagia karena Dia bersekutu satu sama lain. Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus.
Kemudian kalau kita merenungkan lebih dalam. Maka Allah juga menciptakan manusia untuk berelasi dengan Dia. Allah menciptakan manusia untuk menjadi wakilNya di dalam dunia, untuk menjadi hambaNya dan juga untuk menjadi temanNya. Yesus juga memanggil kita sahabatNya. Ini sungguh merupakan satu privilege menjadi manusia yang adalah sahabat Allah.
Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah yaitu menurut pola Tritunggal. Karena Allah bersekutu maka manusia juga bersekutu. Maka Allah mengatakan tidak baik manusia seorang diri. Ini bukan saja membicarakan relasi laki-laki dan wanita di dalam suami istri tetapi juga relasi sosial antar manusia. Manusia siapapun tidak baik seorang diri sebab manusia butuh teman atau sahabat. Selain manusia butuh berelasi dengan Tuhan Allah, manusia butuh berelasi dengan sesama.
Relasi manusia dengan Allah dinyatakan di dalam perjanjian ( Covenant ) dan relasi antar umat manusia juga ada di dalam Covenant. Covenant atau perjanjian inilah yang mengikat kehidupan umat manusia. Kalau kita biasa sudah mendengar bahwa manusia berelasi dengan Tuhan Allah, berelasi dengan sesama dan berelasi dengan diri, Kalau kata relasi ini kita ganti dengan kata perjanjian maka ini artinya lebih dalam dan lebih sakral. Manusia ada di dalam perjanjian dengan Allah, dengan sesama, dengan diri dan dengan alam. Semua relasi kehidupan manusia di dalam dunia ada di dalam konteks perjanjian terutama perjanjian dengan Tuhan Allah yang menyatukan semua relasi. Tuhan Allah adalah yang mempersatukan.
Seringkali di dalam dunia ini arti persahabatan dan teman itu sudah menjadi begitu rendah. Ada orang yang berteman karena untung rugi. Paradigmanya adalah untung rugi. Ada orang yang berteman karena hendak memanfaatkan. Paradigmanya adalah politik. Kedua paradigma ini seperti perang di Sam Kok. Ada orang yang berteman karena kesepian. Paradigmanya adalah mengisi kekosongan diri. Bila dasar persahabatan itu adalah tidak benar maka arti persahabatan itu tidak dalam dan rendah.
Di dalam dunia ini banyak orang yang berteman ketika butuh kemudian melupakan ketika sudah tidak dibutuhkan. Inilah dunia berdosa. Relasi begitu mudah dilupakan. Padahal memory kebersamaan dan memory persahabatan itu adalah salah satu anugerah, kenangan, dan arti yang bermakna bagi kehidupan manusia. Persekutuan adalah hal yang indah.
Seringkali di dalam dunia globalisasi dan di mana orang sering berpindah-pindah dan hanya diam di satu tempat untuk waktu yang singkat maka perkenalan seseorang pun tidak dalam. Tetapi yang lebih kurang baik adalah orang yang sering berpindah-pindah tempat. Relasi sosial dengan teman-teman dia terus berubah dan tidak dalam. Tetapi yang lebih lebih kurang baik adalah orang yang diam di satu tempat kemudian ketika bentur dengan masalah sosial dengan satu tempat itu dia pindah dan terus kemudian setelah pindah ke tempat yang lain bentur dengan masalah relasi dan pindah lagi. Orang seperti ini tidak pernah membereskan masalah dengan orang lain dan dia tidak mengerti artinya relasi bersama ada suka duka bahkan adanya pengampunan.
Tetapi persahabatan yang sejati adalah sesuatu yang indah adanya. Persahabatan ini bisa ada di dalam orang dunia tetapi yang lebih indah dan dalam maknanya adalah persahabatan di dalam Tuhan.
Kembali kepada manusia sebagai mahluk yang berelasi dan berkomunitas maka komunitas yang sejati di dalam manusia ada di dalam gereja Tuhan. Apakah itu sama kita bersahabat dengan orang dunia dengan bersahabat dengan anak-anak Tuhan ? Ini hal yang berbeda. Sebab komunitas manusia yang paling indah adalah di dalam gereja. Gereja adalah komunitas dimana orang percaya berkumpul. Gereja adalah kumpulan orang percaya yang dipisahkan dan dipanggil keluar.
Inti dari alam semesta adalah bumi dan inti dari bumi adalah manusia dan inti dari kehidupan manusia bukan Negara, bukan organisasi, bukan Club tetapi gereja. Negara akan ada dan hilang. Organisasi akan ada dan hilang. Club akan ada dan hilang. Tetapi gereja akan tetap sampai selamanya. Gereja adalah isi hati Tuhan Allah sendiri. Ini sungguh sakral. Di dalam gereja, di dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada kasih mesra, ada pengampunan, ada kesatuan.
Persahabatan sejati adalah ada di dalam gereja dan di dalam Tuhan. Gereja ini bukan denominasi tetapi kerajaan Allah di dalam tubuh Kristus. Di dalam gereja umat percaya diikat oleh perjanjian dengan Tuhan dan di dalam gereja ini kita dipersatukan di dalam Kristus.
Apa sih yang menjadi dasar persatuan di dalam persahabatan dan berteman itu ?
Dikatakan sahabat menaruh kasih setiap waktu.
Kasih adalah yang mempersatukan.
Kalau kita membaca dari septuaginta bahasa Yunaninya PL ( bahasa PL adalah Ibrani ) maka kasih disini diterjemahkan yaitu kasih filea. Mungkin diantara kita pernah ada yang mendengar bahwa kasih dibagi menjadi empat di dalam bahasa Yunani yaitu kasih agape, storge, filea dan eros. Kita biasa melihat bahwa keempat jenis kasih ini berbeda. Misalnya filea itu berbeda dengan agape. Setuju ? Sebetulnya tidak benar
Ada tafsiran mengenai kitab Yohanes mengenai Petrus. Permulaan Yesus menanyakan kepada Petrus apakah engkau mengasihi aku ( agape ). Kemudian Petrus menjawab engkau tahu bahwa aku mengasihi engkau ( filea ). Kemudian Yesus menanyakan apakah engkau mengasihi aku ( agape ). Kemudian Petrus mengatakan lagi bahwa dia mengasihi Yesus ( filea ). Kemudian akhirnya Yesus menanyakan ketiga kali apakah Engkau mengasihi aku ( filea ). Kali ini Yesus mengggunakan filea dan seakan-akan sepertinya menurunkan derajat kasihnya. Tetapi ketika saya belajar lebih dalam saya mengetahui bahwa tafsiran ini kurang tepat. Sebetulnya di dalam konteks Yohanes kasih filea dan agape itu digunakan secara bergantian. Bahkan ketika ada dikatakan bahwa Allah Bapa mengasihi Yesus dengan kasih filea. Sebetulnya baik filea maupun agape maka kasih adalah asalnya dari Allah. Jadi dalam kasih Filea mengandung kasih Allah juga. Nah kembali kepada bahasa Ibraninya yaitu Ahav maka kasih ini bisa digunakan kepada Allah juga.
Seorang sahabat menaruh kasih pada setiap waktu itu dapat kita artinya bahwa seorang sahabat di dalam Tuhan menaruh kasih Allah kepada sahabatnya. Sebab kasih adalah Allah sumbernya.
Kembali kepada pertanyaan : Apa yang menjadi dasar persatuan di dalam persahabatan dan relasi ? Yaitu kasih. Kasih itu adalah yang mempersatukan. Apa yang mempersatukan tubuh Tuhan ? Yaitu kasih ! Apa yang mempersatukan manusia ? Bukan bahasa roh ! Tetapi bahasa kasih. Ketika manusia dulu mau bersatu di dalam menara Babel maka Tuhan memecahkan mereka karena motivasi mereka bersatu melawan Tuhan. Kemudian Tuhan mempersatukan bahasa kembali di dalam pentakosta sehingga semua bangsa bisa dipersatukan bahasanya. Tetapi realita yang lebih dalam yang mempersatukan manusia bukan bahasa tetapi kasih.
Tetapi sekedar kasih tidak cukup menjadi dasar persatuan di dalam persahabatan dan relasi. Kita memerlukan kebenaran. Yang mensuply relasi di dalam gereja adalah kasih dan kebenaran. Kasih tanpa kebenaran adalah liar. Kebenaran tanpa kasih adalah dingin dan hambar. Sifat Tuhan juga selain kasih adalah benar.
Segala jalan TUHAN adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan peringatan-peringatan-Nya. (Psa 25:10)
(57-11) sebab kasih setia-Mu besar sampai ke langit, dan kebenaran-Mu sampai ke awan-awan. (Psa 57:10)
Siapa mengejar kebenaran dan kasih akan memperoleh kehidupan, kebenaran dan kehormatan. (Pro 21:21)
Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. (Joh 1:14)
sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus. (Joh 1:17)
Selain itu Alkitab menuliskan bahwa yang mempersatukan dan mempertumbuhkan gereja adalah kasih dan kebenaran.
tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala. (Eph 4:15)
Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu. (1Pe 1:22)
Di dalam persahabatan selain kasih maka kebenaranpun penting. Bagaimana mungkin kita bisa bersahabat di dalam Tuhan dengan lebih dalam kalau tidak sehati, sepikir dan sekonsep ?
Bagaimana mungkin suami dan istri bisa sehati kalau tidak sevisi ?
Bagaimana mungkin gereja bisa bersatu kalau tidak sevisi dan tidak berdoktrin yang sama ? Apakah doktrin tidak penting ? Penting sekali ! Kalau doktrin tidak penting maka kita bisa bersekutu dengan Islam dengan agama lain. Tetapi tidak demikian sebab kita berbeda doktrin dengan mereka sehingga tidak bisa bersekutu.
Kembali kepada ayat Amsal 17:17 yaitu seorang sahabat menaruh kasih di dalam setiap waktu. Persahabatan yang sejati adalah di dalam Tuhan dan adalah baik kita bersekutu dengan orang yang takut akan Tuhan. Adalah baik kita bersekutu dengan orang-orang yang mengasihi Tuhan. Dan jauhilah orang fasik. Ini sesuai dengan Mazmur 1 dan prinsip aku bergaul karib dengan orang-orang yang takut akan Tuhan.
Persahabatan yang sehat adalah di dalam terang. Alkitab mengatakan bahwa jika kita hidup dalam terang maka kita memperoleh persekutuan satu sama lain dan darah Yesus menyucikan kita dari dosa dan kejahatan. Persahabatan yang baik adalah di dalam kasih dan kebenaran.
Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu. Kasih ini adalah kasih yang berasal dari Tuhan. Bukan Cuma kasih persahabatan filea belaka tetapi kasih Tuhan. Dan kasih itu ada di dalam 1 Kor 13. Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. (1Co 13:4-7)
Seorang sahabat menaruh kasih di dalam setiap waktu. Setiap waktu itu adalah setiap kairos. Di dalam septuaginta mengenai ayat ini maka waktu menggunakan kairos. Menaruh kasih di dalam setiap waktu ( kairos ). Apa beda kairos dengan kronos ? Di dalam buku waktu dan hikmat Pdt Tong sudah memberikan arti bahwa kronos itu waktu yang biasa dan kairos itu waktu yang berkaitan dengan kekekalan. Kita bisa mengambil pengertian bahwa persahabatan di dalam Tuhan di dalam kasih dan kebenaran ada nilai kekalnya. Ini adalah persekutuan di dalam Tuhan yang tidak terlepas dengan Firman dan doa. Persahabatan yang sejati adalah di dalam Tuhan. Tidak terlepas dari kasih dan kebenaran. Dan juga ada nilai kekalnya.

Jeffrey Lim
Institut Reformed
Renungan buat Reuni Guang Zhou

Read More ....

What is Theology ? And why study it so important ?

What is Theology ? And why study it so important ?
Jeffrey Lim

I. Introduksi dan Thesis
II. Isi

Alasan mengapa penting mengetahui natur teologi
Definisi Teologi
Secara etimologi
Pandangan para teolog
Natur Teologi dan relasinya
Teologi dan kerohanian
Teologi dan ilmu pengetahuan
Teologi dan filsafat
Teologi dan pengetahuan
Teologi sebagai bijaksana
Teologi sebagai seni
Relasi antara teologi, filsafat, apologetika dan penginjilan.
Multidimensi dari teologi
III. Refleksi dan Kesimpulan
IV. Daftar Pustaka



I. Introduksi dan Thesis

Paper ini dibuat sebagai memenuhi persyaratan dari kelas “Natur Doktrin” dan tujuan paper ini adalah untuk membahas apa itu natur dari teologi. Paper ini berusaha mendeskripsikan pandangan dan banyak definisi mengenai apa itu teologi dan relasinya dengan disiplin lain, hidup serta ilmu pengetahuan.
Thesis dari paper ini adalah bahwa teologi mempunyai multiaspek dan multidimensi. Pengertian teologi itu begitu limpah. Karena itu lebih baik mengerti apa natur teologi sebelum belajar teologi sehingga dapat menikmati esensinya dengan kaya.
Kiranya paper ini boleh menjadi berkat bagi kemuliaan nama Tuhan

II. Isi

A. Alasan mengapa penting mengetahui natur teologi
Saya berargumentasi bahwa seharusnya pengajaran mengenai natur teologi menjadi prolegomena terhadap teologi sistematika[1]. Akan lebih baik bagi seseorang untuk mengetahui natur sesuatu sebelum mengetahui sesuatu dengan spesifik. Misalnya sebelum mempelajari Doktrin Allah, Doktrin Manusia, Doktrin Kristus, Doktrin Keselamatan, Doktrin Gereja dan Doktrin Akhir jaman, adalah baik seseorang mengetahui apa itu teologi, apa itu sistematik teologi, apa itu doktrin, buat apa kita belajar doktrin, apa kaitannya terhadap hidup kita, dll. Saya berargumentasi bahwa mengetahui natur teologi adalah sangat penting sekali bagi hidup kita sebagai orang percaya. Alasannya adalah mengetahui natur teologi akan memperkaya ketika kita mempelajari isi teologi dan doktrin secara spesifik. Pembelajaran teologi menjadi lebih terarah sebab kita sudah mengetahui apa itu teologi dan naturnya teologi sebelum membahas isi teologi.
Memang metode sebaliknya bisa diterapkan yaitu belajar doktrin-doktrin dahulu secara spesifik kemudian baru mendefinisikan berdasarkan pembelajaran yang ada mengenai apa itu teologi. Alasan melakukan metode ini karena mahasiswa teologi tingkat pertama akan terlalu sulit memahami natur teologi dengan lebih dalam karena itu lebih baik mencemplungkan diri dalam pemahaman teologi secara spesifik dan akhirnya mengabtraksikan apa itu teologi dari pelajaran yang sudah diberikan. Tetapi saya berpandangan bahwa lebih baik penting mengetahui natur teologi sebelum memahami sistematik teologi. Sebab arah dari pembelajaran akan lebih terpadu.

B. Definisi teologi
a. Secara etimologi
Etimologi mengenai Teologi
Istilah ini bukan saja sebuah istilah Alkitab tetapi juga dipakai dalam istilah orang kafir. Tetapi apa yang Kristen katakan mengenai teologi berbeda dengan penggunaan orang kafir kuno yaitu :
“Teologi adalah ilmu pengetahuan mengenai hal-hal ilahi… mengenai Allah, bukan menurut rasio manusia tetapi wahyu ilahi, yang menunjukkan bukan hanya Siapakah Allah di dalam diriNya tetapi juga apa yang Dia berelasi dengan kita. Bukan hanya mendiskusikan naturNya tetapi juga kehendakNya, pengajaran yang Allah harapkan dari kita dan apa yang seharusnya kita harapkan dari Allah, apa yang seharusnya kita takuti.”[2]
Reformed Ortodox bergerak kepada diskusi etimologi yang lebih teliti :
“Theology dari istilah theo logos, pada dasar kata dan penggunaan dari Yunani adalah bukan Firman Allah yang adalah theou logos tetapi Firman mengenai Allah : Peri theou logon.”[3]. Jadi Teologi adalah Firman mengenai Allah yang didasarkan pada wahyu Allah.
Kesimpulan : Teologi adalah pengajaran mengenai Allah dan hal-hal ilahi yang dinyatakan Allah di dalam FirmanNya.
b. Definisi diluar etimologi
Selain definisi berdasarkan etimologi maka ada banyak definisi mengenai teologi oleh para teologi diluar etimologi kata.
Ramus mendefinisikan teologi sebagai pengajaran untuk hidup baik dimana Allah adalah sumber dari segala-galanya dan memberikan hidup yang baik dan diberkati[4]. Peraturan dari agama dan dari kesalehan yang ditawarkan baik di PL dan PB yang adalah penghapusan dosa melalui Kristus.
John Frame mendefinisikan teologi sebagai aplikasi Firman Allah oleh pribadi-pribadi kepada semua wilayah hidup[5]. Dooyeweerd mendefinisikan teologi sebagai pembelajaran aspek iman dari keberadaan manusia[6]. Schleiermacher mengatakan bahwa doktrin Kristen adalah catatan dari afeksi keagamaan Kristen yang dinyatakan di dalam perkataan. Dia hendak menggantikan Alkitab dengan perasaan manusia sebagai otoritas final bagi teologi[7]. Hodge seorang teolog Reformed dari Princeton Theological Seminary dari abad 19 berargumentasi bahwa teologi adalah penunjukkan fakta-fakta Alkitab di dalam urutan dan relasi yang benar, dengan prinsip-prinsip atau kebenaran-kebenaran umum yang terlibat di dalam fakta-fakta itu sendiri dan yang menyebarkan dan mengharmonisasikan keseluruhan[8]. Hodge lebih objectivist dan Schleiermacher lebih subjectivist. Hodge terlalu banyak menyamakan antara teologi dan ilmu pengetahuan alam. Hodge melihat teologi secara utama sebagai sebuah aktivitas di dalam kontruksi teori di dalam penjelasan fakta-fakta dan di dalam pernyataan prinsip yang tepat. Jadi teologi adalah akademik. Namun kita mengetahui bahwa Alkitab bukan saja sebuah pernyataan fakta tetapi penuh dengan banyak bahasa seperti perintah, janji, puisi, amsal, bahasa emosi, dll.
Bardley C. Hanson mendefinisikan teologi sebagai refleksi pribadi dalam sebuah iman agama[9]. Menurut William Perkins, Teologi adalah ilmu pengetahuan dari hidup yang diberkati selama-lamanya. Menurut Maccovius, Teologi adalah sebuah disiplin, sebagian teori, sebagian praktis, pengajaran cara hidup baik dan diberkati di dalam kekekalan. Menurut Mastrichts “ Teologi Kristen yang teori-praktis ini adalah tidak lain daripada pengajaran kepada Allah melalui Kristus atau pengajaran yang mengikuti jalan kesalehan. Leigh mendefiniskan teologi sebagai sapientia daripada scientia karena Alkitab mengatakan bahwa pengetahuan Allah sebagai bijaksana dan bijaksana itu sebuah istilah untuk pengetahuan tertentu. Amesian mendefinisikan teologi sebagai hidup kepada Allah. Karl Barth mengatakan bahwa teologi seperti fungsi lain dari gereja adalah secara unik didasarkan pada fakta Allah berbicara kepada manusia dan manusia mendengar FirmanNya melalui anugerah. Teologi adalah sebuah tindakan pertobatan yang rendah hati yang dihadirkan kepada manusia[10].
Stanley Grenz mendefinisikan teologi sebagai “belajar mengenai Allah, sifat-sifatNya dan relasiNya dengan manusia dan alam semesta[11]. Teologi Kristen adaah merefleksi dan mengartikulasi kepercayaan mengenai Allah dan dunia dimana orang Kristen berbagian sebagai pengikut Yesus Kristus.

Kesimpulan mengenai definisi teologi diluar etimologi
Belajar teologi bukan hanya tertarik hanya pada Allah tetapi belajar teologi asdalah pencarian kebenaran ultimat mengenai Allah, diri kita dan dunia dimana kita hidup[12].
Dari definisi-definisi di atas, kita mendapatkan bahwa unsur-unsur dan relasi-relasi di dalam teologi adalah : ilmu pengetahuan ( science ), Allah, Firman Allah, kesalehan, bijaksana, afeksi, pengajaran, doktrin, fakta Alkitab, refleksi pribadi, teori-praktis, iman, disiplin, aplikasi Firman, orang Kristen, kebenaran mengenai Allah, kebenaran mengenai manusia, kebenaran mengenai alam semesta, dll. Dengan cara membaca secara redemptive maka kita dapat memandang bahwa semua definisi ini tidak ada yang benar sepenuhnya ataupun salah. Definisi teologi terlalu banyak namun kita bisa belajar bahwa ada banyak unsur dan relasi di dalam teologi. Pengertian teologi sangat limpah dan diharapkan dapat dibuat pengertian yang mengintegrasikan semuanya. John Stott mengatakan bahwa teologi adalah disiplin multidimensi yang kaya dan menuntut pertanggungjawaban[13].
C. Natur Teologi dan Relasinya
Untuk mengerti natur teologi yaitu “apa itu teologi? “maka kita bisa melihat itu dari definisi para teolog Kristen mengenai teologi dan juga kita bisa melihat natur teologi dari relasinya dengan banyak disiplin lain, kerohanian, dan kehidupan manusia. Dengan mengenal relasi teologi maka kita mengenal arti teologi lebih dalam.
a. Teologi dan kerohanian
Apa relasi antara teologi dan kerohanian ?
Wayne Grudem di dalam bukunya Bible Doctrine mengatakan bahwa belajar teologi menolong kita mengalahkan ide kita yang salah. Karena ada dosa di dalam hati kita dan karena kita tidak sempurna di dalam pengetahuan Alkitab maka semua dari kita dari waktu ke waktu menolak untuk menerima beberapa pengajaran Alkitab. Kemudian belajar teologi menolong kita untuk bertumbuh sebagai orang Kristen. Semakin kita mengetahui Allah, mengenai FirmanNya, mengenai relasiNya dengan dunia dan manusia, maka semakin kita akan mempercayai Dia dan semakin kita memuji Dia dan semakin kita menaati Dia. Belajar teologi akan membuat kita menjadi orang Kristen yang lebih dewasa. Jika ini tidak terjadi maka kita tidak belajar di dalam jalan yang Allah inginkan[14]. Grudem juga mengatakan bahwa teologi yaitu apa yang seluruh Alkitab ajarkan mengimplikasikan aplikasi kepada hidup. Intinya adalah bahwa semua doktrin mempunyai nilai praktis terhadap hidup Kristen[15].
Calvin di dalam buku Institute of Christian Religion mengatakan bahwa pengetahuan tentang Allah berkaitan dengan pengetahuan tentang diri. Mengetahui Allah yang baik membuat kita menyadari diri yang buruk dan membawa kepada kerendahan hati. Calvin menuliskan “For this sense of the divine perfections is the proper master to teach us piety, out of which religion springs. By piety I mean that union of reverence and love to God which the knowledge of his benefits inspires”[16]. “The effect of our knowledge rather ought to be, first to teach us reverence and fear; and secondly to induce us, under its guidance and teaching, to ask every good thing from him, and when it is received, ascribe it to him”[17]
Kesimpulan bahwa teologi itu berkaitan dengan kesalehan. Teologi seharusnya membuat kita rendah hati, mengasihi Tuhan, menaatiNya, takut kepada Dia, membuat kerohanian bertumbuh, membuat dewasa.
b. Teologi dan Ilmu Pengetahuan
Apakah teologi itu sebuah ilmu pengetahuan ?
Charles Hodge berpandangan terlalu banyak mengenai paralel antara teologi dan ilmu pengetahuan alam[18]. Seperti ilmuwan mengumpulkan fakta-fakta di dalam alam semesta maka teolog mengumpulkan fakta-fakta di dalam Alkitab.
Thomas Aquinas di dalam Summa Theologia mengatakan bahwa “Sacred doctrine is a science”[19]. Doktrin sakral ini ilmu pengetahuan karena berasal dari prinsip yang dibangun dalam terang ilmu pengetahuan yang lebih tinggi yaitu ilmu pengetahuan Allah dan yang diberkati. Ilmu pengetahuan sakral ini dinyatakan oleh Allah. Aquinas mengatakan Doktrin Sakral ini adalah satu ilmu pengetahuan dan doktrin sakral adalah sebagian ilmu pengetahuan praktis[20] dan sebagian sebuah ilmu pengetahuan spekulatif. Ilmu pengetahuan ini lebih spekulatif daripada praktikal karena lebih peduli dengan hal-hal ilahi daripada tindakan-tindakan manusia. Aquinas berargumentasi bahwa ilmu pengetahuan ini lebih mulia daripada ilmu pengetahuan lain.
Di jaman abad pertengahan, teologi disebut queen of science. Walaupun kita tidak menerima pengertian itu tetapi motivasi menempatkan teologi sebagai queen of science adalah menganggap teologi itu naturnya begitu penting dimana semua ilmu pengetahuan berpusat pada teologi.
Teologi memang ada sisi ilmu pengetahuanya. Namun di dalam Alkitab juga banyak bahasa seperti perintah, janji, puisi, amsal, bahasa emosi. Ini menyatakan bahwa teologi bisa dikategorikan sebagai science tetapi bukan saja hanya science.
Teologi tidak bisa dikatakan sebagai science secara kaku. Karena pengetahuan yang dinyatakan yang diterima dengan iman tidak termasuk kategori self-evident necessary reason. Teologi tidak berdasarkan terang natural dan karena itu tidak ada bukti mengenai objeknya dibandingkan dengan bukti ilmu pengetahuan ( science ) mengenai hal-hal teratur yang kontingen. Karena itu teologi tidak bisa secara kaku dikatakan sebuah ilmu pengetahuan.
c. Teologi dan Filsafat[21]
Apa relasi teologi dan filsafat ?
Frame mengatakan bahwa sulit memberi garis perbedaan tajam antara teologi Kristen dan filsafat Kristen. Filsafat secara umum dimengerti sebagai usaha untuk mengerti dunia di dalam keluasannya. Ini termasuk metafisika, epistemologi, teori nilai ( estetika dan etika ). Jika seseorang berusaha mengembangkan filsafat Kristen yang sungguh-sungguh maka dia akan melakukannya dibawah otoritas Alkitab dan akan mengaplikasikan Alkitab kepada pertanyaan filsafat. Karena itu dia sedang melakukan teologi. Filsafat Kristen lalu adalah sebuah subdivisi dari teologi.
Frame mengatakan bahwa ada perbedaan antara teolog Kristen dan filsuf Kristen. Filsuf Kristen menghabiskan banyak waktu mempelajari wahyu natural ( natural revelation ) daripada teolog dan teolog mempelajari lebih banyak mengenai Alkitab. Teolog Kristen mencari sebuah formulasi yaitu aplikasi Alkitab dan karena itu sepenuhnya otoritatif. Sedangkan filsuf Kristen dapat mempunyai tujuan rendah hati yaitu sebuah penilaian manusia bijaksana yang sesuai dengan apa yang Alkitab ajarkan walaupun tidak terdapat di dalam Alkitab.
d. Teologi dan pengetahuan
Apa relasi teologi dan pengetahuan ?
Biasanya pengetahuan dibagi menjadi 3 yaitu Pengetahuan tentang Allah, Pengetahuan tentang manusia dan pengetahuan tentang alam semesta. Teologi sebenarnya meliputi pengetahuan yang manakah ?
Calvin di dalam pembukaan buku I Institute of Christian Religion mengatakan bahwa pengetahuan tentang Allah dan pengetahuan tentang diri adalah berkaitan. Ketika mengetahui tentang Allah maka mengetahui tentang diri dan ketika mengetahui tentang diri maka mengetahui tentang Allah[22]. Karena itu maka teologi yang adalah pengetahuan tentang Allah juga meliputi pengetahuan tentang diri. Teologi juga adalah anthropologi. Kemudian selanjutnya John Frame mengatakan bahwa pengetahuan tentang diri dan pengetahuan tentang alam itu berkorelasi[23]. Diri tidak pernah dimengerti terlepas dari konteks dunia. Diri dan dunia dialami bersama. Diri diketahui melalui fakta-fakta dan dunia diketahui di dalam dan melalui pengalaman dan pikiran diri. Walaupun diri dan dunia adalah berbeda, namun pengetahuan tentnag diri dan pengetahuan tentang dunia adalah identik[24].
Kesimpulannya adalah : Teologi mencakup pengetahuan tentang Allah, diri dan juga dunia.
e. Teologi sebagai bijaksana
Apakah teologi sebuah bijaksana ?
Scharpius mendefinisikan teologi sebagai sapientia rerum Divinarum, yaitu bijaksana mengenai hal-hal ilahi yang diberikan sesuai dengan kebenaran Allah. Alsted mengkonklusikan teologi sebagai sebuah bijaksana mengenai hal-hal mengenai Allah yang dikomunikasikan oleh Allah kepada mahluk yang rasional[25]. Teologi secara tepat dikatakan sebagai bijaksana karena objeknya yang paling mulia.
Bijaksana merujuk kepada bentuk tertinggi dari pengetahuan. Du Moulin menegaskan kembali bahwa rasul Paulus mengatakan Injil sebagai “wisdom among them that are perfect” ( 2 Kor 2:6 ) dan mendeklarasikan “to one is given the word of Wisdom, to another, the word of knowledge, by the same Spirit” ( 1 Kor 12:8 ). Pengetahuan dari yang tertinggi dan hal-hal ilahi secara tepat dikatakan sebagai bijaksana. Ketika prinsip dari ilmu pengetahuan diketahui dari alam maka prinsip ilahi diketahui melalui wahyu.
Bagi Calvin pengetahuan atau science ketika diaplikasikan kepada wilayah agama adalah sebuah pengenalan mengenai hal-hal sakral dimana bijaksana adalah kesempurnaan pengetahuan itu. Dia mengatakan bahwa kita harus mengerti pengetahuan ( scientia ) sebagai arti dari informasi biasa dan bijaksana yang sebagaimana diungkapkan di dalam penyataan ( wahyu ) yaitu aturan yang lebih menginspirasi dan rahasia. Seseorang mungkin tergoda untuk mengatakan bahwa Calvin lebih mengindentifikasikan teologi sebagai bijaksana[26].Turretin juga berargumentasi bawha bijaksana adalah paling anologis dengan teologis. Turretin menambahkan bahwa bijaksana adalah sebuah penamaan yang tepat untuk pengetahuan dari yang hal-hal yang paling penting – dimana diantaranya adalah pengetahuan mengenai Allah, pekerjaanNya dan diberkati kekal. Menggemakan Aquinas, Turretin mengindikasikan bahwa bijaksana adalah disiplin architectonic yang mengarahkan dan menghakimi bentuk lain dari mengetahui. Teologi adalah sebuah aturan untuk menghakimi kebenaran lain. Karena itu teologi dikategorikan sebagai bijaksana[27].
f. Teologi sebagai seni
Apakah teologi itu sebuah seni ?
Ames, Yate dan Stoughton mengidentifikasikan teologi sebagai seni. Ames mengidentifikasikan teologi terutama sebagai doktrin atau pengajaran tetapi mengingatkan bahwa penamaan ini tidak bermaksud untuk memisahkan teologi dari penamaan disiplin lain yaitu kepandaian, ilmu pengetahuan, kebijkasanaan atau seni. Dia kemudian lebih jauh berkata mengenai perbedaan antara prinsip dari teologi dan prinsip dari seni lain dan mengindikasikan bahwa setiap seni mempunyai aturan yang sesuai dengan orang yang mempraktikannya. Teologi diperhitungkan sebagai karya seni.
Di dalam pandangan Yate, penamaan teologi beragam sesuai dengan persepsi dari setiap pribadi : “Our rule of life may be called Scripture as it is written, doctrine as it is taught, disicipline as it is learned, Art, as it is framed in us againe, science as it is known of us”[28]. Stoughton berargumentas di bahwa definisi dasar dari teologi seharusnya sesuai aturan atau metode dari seni[29]. Di dalam arumen dari Yate, teologi dan agama diidentifikasikan sebagai seni yaitu seni untuk hidup baik ( Art to live well ) karena seni adalah tertanam di dalam struktur ciptaan – seni adalah di dalam kerangka ciptaan dan dapat dipelajari dengan observasi.
Seni adalah definisi yang baik karena teologi yaitu projek untuk hidup diberkati atau hidup kepada Allah adalah membingkai kembali umat manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa mengenai teknik dasar atau praktis untuk hidup kepada Allah sebagai gambar dan rupa Allah[30].

g. Relasi antara teologi, filsafat, apologetika dan penginjilan
Bagian ini akan menunjukkan relasi multiaspek antara teologi dengan disiplin lain. Ada relasi antara teologi dan penginjilan. Di dalam buku Teologi Penginjilan dari Pdt. Dr Stephen Tong membahas relasi ini. Sebelum menginjili seseorang yang belum mengenal Tuhan, pertama-tama kita harus terlebih dulu percaya, mengenal Injil dan juga harus mengetahui dengan jelas dan teguh mengenai apa yang kita percayai. Kita tidak dapat menginjili dengan benar kalau kita tidak tahu apa yang kita percayai. Pengajaran teologi dan Alkitab yang komprehensif diperlukan dan menolong untuk penginjilan. Namun sekarang ini banyak penginjil yang melalaikan teologi dan sebaliknya banyak teolog yang tidak mengabarkan injil[31]. Setelah mengerti teologi dengan benar orang percaya punya tanggung jawab untuk memberitakan kabar sukacita kepada orang lain. Bila seseorang ada kerinduan untuk menginjili orang yang belum mengenal Tuhan, maka dia harus terlebih dahulu belajar teologi dengan baik dengan sedikitnya kita tahu pengajaran dasar kekristenan.
Teologi adalah pengenalan akan firman Allah secara sistematis dan aplikasinya dalam hidup kita[32]. Teologi yang benar seharusnya menghasilkan aplikasi yang benar. Kita melihat contoh dari Paulus. Dia mengajar teologi dengan ketat dan sistematis dalam surat-suratnya. Dia juga mengabarkan injil dengan giat ? Bukankah dia mengajarkan tentang pemilihan Allah terhadap manusia (predestinasi ) tetapi dia juga giat menginjili ? Bukankah dengan adanya predestinasi berarti ada orang pilihan dan dengan demikian itu jaminan adanya orang yang akan percaya dan terlebih lagi kita harus menginjili karena itu juga perintah Tuhan. Jadi kesimpulan pertama orang yang mengerti teologi berkewajiban untuk menginjili dan orang yang menginjili harus punya dasar teologi . Penginjilan harus didasarkan pada teologi dan teologi harus didasarkan pada wahyu Allah dalam Alkitab. Ini relasi antara teologi dan penginjilan
Ketika menginjili orang lain , kita seringkali akan berhadapan dengan kubu-kubu buatan manusia dan ideologi filsafat. Kita akan berhadapan pikiran yang bertentangan dengan firman Tuhan. Sebenarnya pengertian filsafat ( philosophy ) sendiri adalah cinta bijaksana (philea = cinta , sofie = bijaksana ). Filsafat berusaha mengerti natur dan realitas dari dunia ini. Filsafat berusaha mengerti mengenai realita, pengetahuan, etika, kebenaran, arti hidup dan segalanya. Tetapi Tanpa wahyu Tuhan, manusia tidak bisa mengerti dengan realita sesungguhnya, kebenaran dan arti hidup. Tanpa wahyu Tuhan, filsafat tidak menemukan terang iluminasi namun hanya meraba-raba di dalam kegelapan.
Lalu apa tujuan belajar filsafat bagi orang Kristen ? Selain untuk menambah wawasan mengenai manusia, dengan belajar filsafat orang percaya dapat mengerti pikiran dan pergumulan manusia berdosa dari orang yang ingin kita injili. Kita mengerti mengerti pergumulan mereka, kesalahan pikirannya dan dengan pengertian teologi yang benar kita dapat menunjukkan pikirannya yang salah dan tidak konsisten. Dan kemudian memberitakan Kristus yang adalah Jalan Kebenaran dan Hidup (John 14:6). Ini relasi antara teologi, filsafat dan penjililan.
Orang yang akan injili seringkali juga mempunyai pikiran yang melawan dan menyerang kebenaran kekristenan. Tugas dari apologetika (apologia = membela) adalah membela iman Kristen. Dalam menginjili, kita perlu mempertahankan kebenaran iman Kristen dan kita tidak dapat mempertahankan iman Kristen bila kita tidak mengerti teologi dengan baik. Jadi sebelum kita mempertahankan kebenaran iman Kristen kita terlebih dahulu harus mengerti dahulu mengenai teologi. Kesimpulannya Apologetika bergantung kepada teologi yang benar bahkan apologetika adalah subdivisi dari teologi.
Apologetik dibedakan menjadi tiga[33] : sebagai pembuktian, sebagai pembelaan dan sebagai penyerangan. Dalam mempertahankan kebenaran, kita tidak diam sampai mempertahankan kebenaran saja tapi kita akan menyerang dari pikiran lawan kita dengan kebenaran. Jadi apologetika bukan hanya defensif tapi terutama juga ofensif. Tujuannya untuk mempertahankan kebenaran, membuka ketidak benaran dan juga memberitakan kebenaran.
Dalam tugasnya berapologetika tidak bila terlepas dari teologi, filsafat dan tujuan apologetik juga bukan untuk kita menang tetapi untuk memenangkan jiwa. Ini adalah relasi dari teologi, filsafat, apologetika dan penginjilan. Keempatnya saling berkaitan dan teologi yang merupakan pengenalan firman Tuhan adalah porosnya.

D. Multidimensi dari teologi
Di dalam buku “Doing theology for the people of God”, John Stott mengatakan bahwa teologi adalah berdimensi multidimensi. Dia memilih enam pengertian multidimensi dari teologi[34] yaitu :
a. Teologi Kristen adalah Teologi Biblika
b. Teologi Kristen adalah Teologi Historika
c. Teologi Kristen adalah Teologi Sistematika
d. Teologi Kristen adalah Teologi Moral
e. Teologi Kristen adalah Teologi yang kontekstual
f. Teologi Kristen adalah Teologi yang doksologikal
John Frame memberikan list mengenai bentuk tradisi dari teologi yaitu ada teologi eksegesis, teologi biblika, teologi sistematik dan teologi praktika[35]. Tetapi bagi Frame ini bukan divisi atau departemen dari teologi. Sebab dengan demikian akan membagi dan mengisolasi disiplin ini dengan yang lain. Frame melihat semua ini secara perpektif dimana setiap teologi mencakup keseluruhan teologi dan karena itu mencakup teolog yang lain. Frame mengatakan bahwa dia lebih baik menjelaskan mereka sebagai “metode”, “strategi”, “program” atau “agenda” yaitu banyak cara melakukan hal yang sama tetapi bukan ilmu pengetahuan dengan subjek yang berbeda. Bagi Frame semua eksegesis adalah teologi dan semua teologi adalah eksegesis. Ketiga bentuk dari teologi yaitu eksegesis, biblika dan sistematik adalah saling terlibat satu sama lain. Mereka adalah perpektif di dlaam tugas teologi dan bukan disiplin yang mandiri. Kemudian setiap teologi adalah praktikal.
Dalam kaitan dengan multidimensi di dalam teologi, John Frame menjelaskan bahwa pengertian teologi yang multidimensi ini sebenarnya hanyalah perpektif cara melihat.

III. Refleksi dan kesimpulan
Pengertian teologi itu begitu limpah. Teologi mempunyai multiaspek dan multidimensi. Tugas dari teologi harus menolong orang mengerti Alkitab lebih baik dan mengajarkan orang kebenaran tentang Allah dan menolong orang menggunakan kebenaran itu. Teologi juga harus memenuhi kebutuhan manusia. Dengan memahami natur teologi yang begitu banyak dan limpah maka kita dapat menyimpulkan bahwa belajar teologi dengan benar adalah sesuatu yang begitu penting dan begitu mendatangkan berkat. Secara pengetahuan, belajar teologi membantu memahami natur dari realitas. Secara praktikal, belajar teologi membantu kerohanian, membuat bijaksana dan membuat hidup lebih baik.
Penulis sendiri sungguh bersyukur boleh mempelajari teologi dan menyadari bahwa mempelajari ilmu ini adalah sesuatu berkat besar di dalam hidup. Betapa bahagianya dapat mengenal kebenaran dan belajar menghidupinya. Sebab kebenaran itu membebaskan, memuaskan, mencerahkan, mengarahkan, menerangi, mengiluminasi dan memberikan makna bagi hidup.
Penulis berkesimpulan dari refleksi semua ini bahwa teologi adalah sesuatu yang begitu penting bagi hidup dan sungguh sangat berharga untuk dipelajari. Anak kecil sampai orang dewasa akan sangat berbahagia bila memahami teologi dan menghidupinya dengan baik. Pengajaran ini seharusnya terus diajarkan dari sekolah minggu sampai orang tua dan juga di dalam sekolah Kristen dan sekolah teologi tentunya.
Akhir kata : Iman tanpa perbuatan adalah sia-sia. Teori tanpa praktik adalah omong kosong. Karena itu di dalam belajar teologi maka haruslah belajar mempraktikkannya di dalam hidup.






IV. Daftar Pustaka

John Frame, The Doctrine of Knowledge of God, New Jersey : Presbyterian and Reformed Publishing Company, 1987
Richard Muller, Post-Reformartion Reformed Dogmatics Vol One : Prologomena to Theology, (Grand Rapids, MI : Baker, 2003 )
Bradley C Hanson, Introduction to Christian Theology, ( Minneapolis : Fortress Press, 1997 ) ,pg 4
Alister E. Mc Grath, The Christian Theology Reader, ( Massachusetts : Blackwell Publisher, 1995 ), pg 21-22
Stanley J Grenz, Who need Theology ?, England :IVP, 1996
Shirley C. Guthrie, Christian Doctrine, Kentucky : Westminster John Knox Press, 1994
John R.W Stott, Theology : A Multidimensional Disicpline from Doing Theology for the People of God, Regent College, 1996
Wayne Grudem, Bible Doctrine, ( Michigan : IVP, 1999 )
Calvin, Institute of Christian Religion
Thomas Aquinas, Summa Theologia
Stephen Tong, Teologi Penginjilan, Surabaya: Momentum , 2004

[1] Ide berasal dari : John Frame, The Doctrine of Knowledge of God ( New Jersey : Presbyterian and Reformed Publishing Company, 1987 ), pg 4
[2] Richard Muller, Post-Reformartion Reformed Dogmatics Vol One : Prologomena to Theology, (Grand Rapids, MI : Baker, 2003 ), pg 153
[3] Ibid, pg 154
[4] Richard Muller, Post-Reformartion Reformed Dogmatics Vol One : Prologomena to Theology, (Grand Rapids, MI : Baker, 2003 ), pg 150
[5] John Frame, The Doctrine of Knowledge of God ( New Jersey : Presbyterian and Reformed Publishing Company, 1987 ), pg 76
[6] Ibid, 76
[7] Ibid, 77
[8] Ibid, 77
[9] Bradley C Hanson, Introduction to Christian Theology, ( Minneapolis : Fortress Press, 1997 ) ,pg 4
[10] Alister E. Mc Grath, The Christian Theology Reader, ( Massachusetts : Blackwell Publisher, 1995 ), pg 21-22
[11] Stanley J Grenz, Who need Theology ?, ( England :IVP, 1996) , 37
[12] Shirley C. Guthrie, Christian Doctrine, (Kentucky : Westminster John Knox Press, 1994 ), pg 1
[13] John R.W Stott, Theology : A Multidimensional Disicpline from Doing Theology for the People of God ( Regent College, 1996 ), pg 4
[14] Wayne Grudem, Bible Doctrine, ( Michigan : IVP, 1999 ), pg 23
[15] Ibid, 19
[16] Calvin, Institute of Christian Religion, , Book 1, Chapter 2, pg 41
[17] Ibid, pg 41
[18] John Frame, The Doctrine of Knowledge of God ( New Jersey : Presbyterian and Reformed Publishing Company, 1987 ), pg 78
[19] Thomas Aquinas, Summa Theologia, , pg 4
[20] Practical Science is that which ends in action.
[21] Ide diambil dari John Frame, The Doctrine of Knowledge of God ( New Jersey : Presbyterian and Reformed Publishing Company, 1987 ), pg 85
[22] Calvin, Institute of Christian Religion, , Book 1, Chapter 1, pg 37-39
[23] John Frame, The Doctrine of Knowledge of God ( New Jersey : Presbyterian and Reformed Publishing Company, 1987 ), pg 69
[24] Ibid, pg 71
[25] Richard Muller, Post-Reformartion Reformed Dogmatics Vol One : Prologomena to Theology, (Grand Rapids, MI : Baker, 2003 ), pg 335
[26] Richard Muller, Post-Reformartion Reformed Dogmatics Vol One : Prologomena to Theology, (Grand Rapids, MI : Baker, 2003 ), pg 337
[27] Ibid, pg 338
[28] Ibid, pg 332
[29] Ibid
[30] Ibid
[31] Stephen Tong, Teologi Penginjilan ( Surabaya: Momentum , 2004 ), hal 7
[32] John Frame, Doctrine Knowledge of God ( USA : Presbyterian and Reformed Publishing Company , 1987 ), hal 81
[33] John Frame, Apologetic to the Glory of God ( USA:Presbyterian and Reformed Publishing Company, 1994)
[34] John R.W Stott, Theology : A Multidimensional Disicpline from Doing Theology for the People of God ( Regent College, 1996 ), pg 4-15
[35] John Frame, The Doctrine of Knowledge of God ( New Jersey : Presbyterian and Reformed Publishing Company, 1987 ), pg 206-214

Read More ....

Aesthetic Aspect and Shalom Theory

Aesthetic Aspect and Shalom Theory
A Theory developed from Dooyeweerd Cosmonomic Philosophy

==============================================

A. Metodologi
B. Introduksi kepada Filsafat Kristen
C. Isi ( Dalam format Kiasmus )

I. God of Beauty and Shalom as Creator

II. Aspects of Creation

III. Aesthetic Aspect and Harmony

IV. Harmony and Theory of Shalom

V. Relations of Aspects with Shalom Theory

VI. Application for Men and Doxology for God of
Beauty and Shalom

D. Penutup / Refleksi Spiritualitas
E. Bibliography



Aesthetic Aspect and Shalom Theory
A Theory developed from Dooyeweerd Cosmonomic Philosophy

A. Metodologi pembuatan
Paper analitis dan integratif yang berjudul Shalom Theory ini dibuat dengan cara mengkonstruksi sebuah teori mengenai ide damai sejahtera dengan merelasikan dengan filsafat keindahan dari Herman Dooyeweerd. Inti utama dari filsafat Herman Dooyeweerd adalah filsafat mengenai aspek-aspek di dalam realitas. Dan di dalam paper ini akan dibahas mengenai aspek-aspek realitas yang difokuskan pada satu bagian aspek di dalam realita yaitu aspek keindahan ( estetik ). Kemudian dibangun teori Shalom dengan refleksi imaginasi dan analisa pribadi dari aspek keindahan. Cara membangun teori ini adalah dengan merenungkan ide mengenai damai sejahtera dan kemudian mengkait-kaitkan aspek-aspek di realitas serta memikirkannya bagaimana supaya terjadi keindahan dan keharmonisan di dalam setiap aspek-aspek realitas. Teori Shalom di dalam paper ini mengkaitkan teori keindahan dengan banyak aspek dan terutama kerohanian.

B. Introduksi kepada Filsafat Kristen
Filsafat Kristen berbeda dengan sistematik teologi. Kalau Sistematik Teologi berusaha mengajarkan wahyu khusus dengan bahasa wahyu umum, sebaliknya Filsafat Kristen berusaha mengajarkan wahyu umum dengan pengertian dan kategori dari wahyu khusus. Baik filsafat Kristen dan sistematik teologi saling mempengaruhi. Di dalam paper ini akan dibahas mengenai Teori Shalom yang merupakan pengembangan dari filsafat Kristen yang pengertiannya dipengaruhi oleh kategori dari Alkitab


I. God of Beauty and Shalom as Creator
Bila kita ingin memulai teori Shalom dalam kaitan dengan filsafat keindahan dari perpektif Kristen, fondasinya adalah Tuhan Allah sendiri. Tuhan Allah Yahweh adalah Tuhan yang kudus. Karena itu Dia adalah indah. Dan dari kekudusanNya memancar kemuliaanNya yang berarti keindahanNya dimanifestasikan keluar dari dalam naturNya.
Tuhan Allah juga menciptakan alam semesta dari tidak ada menjadi ada. Alkitab mengajarkan bahwa ketika Allah menciptakan terang maka Allah melihat terang itu baik ( atau indah )
Di dalam penciptaan ini, Tuhan Allah mengubah sesuatu yang formless dan disorder menjadi order, harmony dan shalom, sesuatu yang empty menjadi filled and sesuatu yang darkness menjadi light. Ini kuasa Allah yang kreatif. Ini adalah teologi penciptaan. Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.
Di dalam Mazmur 19 dikatakan bahwa alam semesta menyatakan kemuliaan Allah. Dari mana alam semesta ini menyatakan kemuliaan Allah ? Apakah dari emanasi Tuhan Allah ? Bukan ! Tetapi dari Allah sendiri yang memberi makna kepada ciptaan bahwa Ciptaan itu indah. Dalam hal ini ciptaan indah bukan karena ciptaan indah pada dirinya sendiri ( Aristoteles ) ataupun ciptaan itu indah karena ciptaan itu emanasi dari Allah ( NeoPlatonis ), melainkan karena Allah yang memberikan meaning kepada ciptaan itu. Tuhan memberi meaning bahwa terang itu baik. Realita ciptaan itu indah korespondensi dengan Firman Allah.
Ketika Allah menciptakan manusia Allah melihat bahwa hal itu sungguh amat baik. Karena itu manusia berbeda dengan semua ciptaan lain karena manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah. Manusia indah karena merefleksikan keindahan dari penciptaNya sebagai sesuatu yang aslinya.
Sampai sini kita simpulkan bahwa Allah yang indah menciptakan ciptaan yang indah dan yang paling indah di dalam ciptaan adalah manusia sendiri karena segambar denganNya. Kemudian kita akan melihat Tuhan ketika menciptakan ciptaan mengandung entitas dan aspek-aspek yang indah dan multidimensi

II. Aspects of Creation.
Dooyeweerd membagi aspek dari ciptaan menjadi 15 aspek yaitu : Angka, Ruang, Gerak, Fisik, Kehidupan, Jiwa, Analitik, Formatif, Bahasa, Sosial, Ekonomi, Keindahan, Hukum, Etika dan Iman[1].
Kalau disusun secara hirarki bertingkat adalah
15. Iman
14. Etika
13. Hukum
12. Keindahan
11. Ekonomi
10. Sosial
9. Bahasa
8. Formatif
7. Analitik
6. Jiwa
5. Kehidupan
4. Fisik
3. Gerak
2. Ruang
1. Angka
Manusia, hewan, tumbuhan dan benda-benda mempunyai fungsi aspek-aspek ini tetapi manusia lebih limpah kemudian baru hewan lalu tumbuhan dan terakhir benda-benda. Benda-benda sebagai subjek[2] mempunyai fungsi di dalam aspek realitas dari no. 1-4. Tumbuhan sebagai subjek mempunyai fungsi di dalam aspek realitas dari no. 1-5. Hewan dari no. 1-6. Sedangkan manusia berfungsi sebagai subjek mempunyai aspek realitas dari no. 1-15. Semua inilah struktur alam ciptaan Tuhan. Kalau secara fungsi objek[3] maka semua entitas di dalam ciptaan mempunyai fungsi di dalam keseluruhan aspek.
Mengenai aspek keindahan maka aspek keindahan ini berada di dalam aspek ke 12 dimana secara subjek hanya manusia saja secara subjek yang bisa memiliki aspek ini. Secara fungsi objek, materi, tumbuhan dan hewan mempunyai fungsi estetik Namun bukan secara fungsi subjek. Aspek keindahan ( estetis ) adalah satu bentuk dari kesadaran kita[4].
Mengapa hanya manusia yang berfungsi sebagai subjek? Karena manusia mempunyai aspek psikis dan analitik. Tetapi Bukankah binatang mempunyai indera dan mempunyai aspek psikis ? Memang bahwa binatang memiliki aspek jiwa ( dalam pengertian dooyeweerd ) yaitu sensory motor, tetapi binatang tidak bisa beranalisa dan mereflektifkan keindahan yang memerlukan aspek diatasnya yaitu analitik.
Setiap aspek di dalam realitas mempunyai inti atau core aspek. Ketika kita mengerti inti dari aspek maka kita akan semakin mengerti apa maksudnya. Inti Aspek-aspek atau core atau kernelnya yaitu
15. Iman : Visi, iman, komitmen
14. Etika : Kasih
13. Hukum : Keadilan
12. Keindahan : Harmoni
11. Ekonomi : Ekonomis
10. Sosial : Interaksi sosial
9. Bahasa : Representasi simbolik
8. Formatif : Kekuatan formatif
7. Analitik : Pembedaan
6. Jiwa : Indera dan Perasaan
5. Kehidupan : Kehidupan dan Vitalitas
4. Fisik : Energi dan Materi
3. Gerak : Gerakan
2. Ruang : Ekstensi yang berlanjut
1. Angka : Kuantitas yang tepat

III.Aesthetic Aspect and Harmony
Ide filsafat Dooyeweerd adalah setiap aspek saling berelasi[5].
Di dalam filsafat Cosmonomic dari Herman Dooyeweerd, yang paling penting adalah filsafat mengenai aspek. Setiap aspek mempunyai kernel dari aspek yang merupakan inti dan core dari aspek itu. Di dalam aspek Aesthetic, kernel aspek ini adalah harmoni.
“The nuclear moment of the aesthetic aspect is harmony in its original sense, a mobal meaning-moment found in all other law-spheres only in an unoriginal, retripatory or anticipatory function.”[6]
Harmoni ini memerlukan sebuah kesatuan diantara keragamaan yang indah[7].
Harmoni adalah sesuatu yang termasuk atau memimpin kepada :
a. Koherensi ( bertentangan dengan fragmentasi )
b.Kontras ( Mengejutkan bahwa harmoni yang sesungguhnya bukan hanya keseragaman belaka tetapi harus ada beberapa “ketidakharmonisan” namun dilihat dari pola besar semuanya indah )
c. Humor
d.Kenikmatan
e. Menyenangkan dan adanya rest
f. Menarik
g. Nuansa
Harmoni ini bisa terdapat di dalam musik yaitu : Melodi, harmoni, ritme, nada dan gerakan keseluruhan kepingan..
Harmoni di dalam hidup adalah integritas hidup yang berlawanan dengan kemunafikan, keseimbangan dan integrasi, beristirahat dan bermain, bermain dan fun, kenikmatan di dalam menciptakan atau mencapai sesuatu.
Hal-hal berikut adalah berkaitan dengan aspek keindahan namun juga berkaitan dengan aspek lain yaitu : Kreatifitas, Keindahan, Seni.
Ketika kita bicara mengenai aspek-aspek di dalam realitas, mereka adalah saling berkaitan. Demikian juga aspek keindahan berkaitan dengan aspek-aspek lain. Kita bisa mengambil contoh relasi antara aspek keindahan dengan aspek lain di dalam seni yaitu[8] :
15. Keindahan & Iman -> Cara seni pengakuan dari ibadah
14. Keindahan & Etika -> Cara seni etika dari relasi etika
13. Keindahan & Hukum -> Cara hukum melakukan keadilan
12. Keindahan
11. Keindahan & Ekonomi -> Cara seni berekonomi menghadapi kekurangan
10. Keindahan & Sosial -> Cara seni berelasi di dalam relasi sosial
9. Keindahan & Bahasa -> Cara bahasa menyimboliskan
8. Keindahan & Formatif -> Cara pembentukan (form) yang bernuansa
7. Keindahan & Analitik -> Ide yang kaya dan berbuah, ide yang bernuansa
6. Keindahan & Jiwa -> Relasi afektif yang bernuansa
5. Keindahan & Kehidupan -> Vitalitas kehidupan yang bernuansa
4. Keindahan & Fisik -> Energi fisik yang mengagumkan
3. Keindahan & Gerak -> Gerakan yang bernuansa
2. Keindahan & Ruang -> Pola tempat yang bernuansa
1. Keindahan & Angka -> Harmoni, kesatuan dan perbedaan angka yang bernuansa

Kita bisa mengambil contoh seni dari gabungan aspek keindahan dengan 15 aspek yaitu :
Keindahan & Iman -> Kesucian
Keindahan & Etika -> Sopan santun
Keindahan & Bahasa -> Puisi, Pantun, Kata-kata humor
Keindahan & Formatif -> Budaya Kristen
Keindahan & Fisik -> Seni pahat, Seni gambar, Guci, makanan enak, Suara air terjun, Penglihatan yang indah
- Keindahan gambar dapat dilukiskan dalam sebuah lukisan atau pahatan.
Keindahan & Gerak -> Balet, Tari, Seni bela diri
Keindahan & Ruang -> Seni pahat, Seni gambar, Arsitektur
Keindahan & Angka & Waktu -> Musik

IV. Harmony and Theory of Shalom
Di bagian ini mulai merupakan analisa mengenai shalom dalam kaitan dengan filsafat aspek dari Dooyeweerd terutama aspek estetik. Mengapa mengkaitkan Shalom dengan Aspek Estetik ? Karena kernel dari Aspek Estetik adalah harmoni dan shalom berkaitan dengan harmoni di dalam alam semesta ini. Shalom bukan sekedar harmoni tetapi ada unsur harmoni. Karena itu antara keindahan dan Shalom ada kaitannya.
Shalom berasal dari bahasa Ibrani yang berarti damai sejahtera. Shalom ini berarti segala sesuatu berjalan sesuai dengan fungsinya. Segala sesuatu relasi berjalan dengan baik. Shalom yang terutama adalah dimana manusia berdamai dengan Allah, tetapi juga bukan hanya aspek itu saja, melainkan berdamai dengan alam semesta dengan diri dan dengan sesama. Shalom itu sangat luas pengertiannya. Berkaitan dengan berkat Tuhan juga.

Hukum lingkungan kedaulatan ( Law of Sphere Sovereignty )
Sebelum memasuki lebih jauh mengenai shalom di dalam realitas maka kita harus mempelajari mengenai Hukum lingkungan kedaulatan[9] ( Law of Sphere Sovereignty ).
Law of Sphere Sovereignty adalah bahwa di dalam setiap aspek ada hukum-hukum yang mengatur aspek itu supaya berjalan dengan baik. Hukum ini seperti hukum Gravitasi di dalam aspek fisika. Hukum emas ( golden rule ) di dalam etika.
Hukum ini ada logika dan sebab akibatnya. Hukum-hukum ini bukan mengikat kebebasan pribadi ( pengertian mengikat adalah karena cara pandangan yang ateistik ) tetapi lebih merupakan hukum yang memampukan segala sesuatu bisa berjalan dengan baik. Hukum yang memampukan realitas untuk berfungsi.
Ada relasi sebab akibat bahwa jika hukum-hukum ini ditaati atau berfungsi sebagaimana mestinya maka mengakibatkan shalom sedangkan bila tidak ditaati atau tidak berfungsi sebagai mestinya akan mengakibatkan ketidakharmonisan.



V. Relation of Aspects with Shalom Theory
Shalom itu harmonis dan di dalam harmoni itu ada shalom. Shalom ini bukan hanya di aspek jiwa ( psikis ) tetapi di banyak aspek di realitas. Di dalam analisa mengenai aspek-aspek di dalam realitas dan hukum-hukum lingkungan kedaulatan, ada beberapa hal yang dipikir penulis supaya terjadinya shalom di dalam hidup manusia.
15. Iman -> Visi berkesesuaian, Adanya iman, komitmen dan doktrin yang benar, Motivasi
14. Etika -> Adanya kasih dan kebajikan, adanya cara etika yang baik
13. Hukum -> Menaati hukum dan norma
12. Keindahan -> Harmoni, Simetris
11. Ekonomi -> Penggunaan resource yang bijaksana
10. Sosial -> Relasi yang baik, covenant yang didasari kasih, Pergaulan yang baik
9. Bahasa -> Komunikasi yang baik
8. Formatif -> Kebudayaan yang baik
7. Analitik -> Pikiran yang terstruktur dan order
6. Jiwa -> Damai sejahtera dalam batin, Kesukaan yang positif
5. Kehidupan -> Sehat
4. Fisik -> Struktur fisik yang baik
3. Gerak -> Keseimbangan gerak dan diam
2. Ruang -> Memberikan wadah pada kebenaran
1. Angka -> Ketepatan di dalam angka

Sebaliknya ketidakharmonisan dan kekacauan terjadi kalau semua aspek-aspek tidak sesuai dengan prinsip harmoni.
15. Iman -> Tidak ada visi, kurang iman, komitmen dan doktrin yang salah
14. Etika -> Kebencian, tidak adanya sopan santun
13. Hukum -> Menganggar hukum
12. Keindahan -> Kekacauan, kekotoran, kejelekan
11. Ekonomi -> Penggunaan resource yang sembarangan, kemiskinan
10. Sosial -> Relasi yang konflik, melanggar covenant , Pergaulan yang buruk
9. Bahasa -> Komunikasi yang melukai
8. Formatif -> Kebudayaan yang rusak
7. Analitik -> Pikiran yang kacau
6. Jiwa -> Stress, perasaan kuatir, takut, malu
5. Kehidupan -> Sakit
4. Fisik -> Struktur fisik yang rusak, dll
3. Gerak -> Terlalu banyak gerak atau diam
2. Ruang -> Tidak ada tempat bagi kebenaran, tidak ada ruang bagi kasih
1. Angka -> Ketidaktepatan
Bila dikaitkan dengan Alkitab maka kita akan menemukan bahwa semua ini berkesesuaian :

Bila tidak ada wahyu ( visi, aspek iman ), menjadi liarlah rakyat. Berbahagialah ( aspek jiwa, shalom ) orang yang berpegang pada hukum ( aspek hukum ). (Amsal 29:18)

Hati yang gembira ( aspek jiwa, Shalom ) adalah obat yang manjur , tetapi semangat yang patah ( aspek jiwa ) mengeringkan tulang ( aspek fisik dan biologis ). (Amsal 17:22)

Berbahagialah ( aspek jiwa, Shalom ) orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik ( aspek bahasa, sosial ) , yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh ( aspek sosial, etika ), tetapi yang kesukaannya ( aspek jiwa ) ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam ( aspek analitik ).(Mazmur 1:1-2)

Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan ( aspek ekonomi ). Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku ( aspek fisik, Shalom ) . Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku ( aspek etika ). (Amsal 30:8-9)

Rancangan ( aspek formatif ) orang rajin ( aspek etika ) semata-mata mendatangkan kelimpahan ( aspek fisik, Shalom ), tetapi setiap orang yang tergesa-gesa hanya akan mengalami kekurangan. (Amsal 21:5)

Taurat TUHAN ( aspek hukum, aspek iman ) itu sempurna ( aspek keindahan ), menyegarkan jiwa ( aspek jiwa, Shalom ); peraturan TUHAN ( aspek hukum ) itu teguh ( aspek fisik ), memberikan hikmat ( pengaplikasikan semua aspek dengan benar, Shalom ) kepada orang yang tak berpengalaman. Titah TUHAN ( aspek lingula & aspek Hukum ) itu tepat, menyukakan hati ( aspek jiwa, shalom ) ; perintah TUHAN ( aspek lingual, aspek hukum ) itu murni, membuat mata bercahaya ( aspek kehidupan, shalom ). Takut akan TUHAN ( aspek perasaan ) itu suci ( aspek moral ) , tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum TUHAN ( aspek hukum ) itu benar ( aspek hukum ) , adil semuanya, lebih indah dari pada emas ( aspek keindahan ), bahkan dari pada banyak emas tua; dan lebih manis dari pada madu ( aspek inderawi ), bahkan dari pada madu tetesan dari sarang lebah. (Mazmur 19:8-11)

Ia ( Allah ) membuat segala sesuatu indah ( Shalom ) pada waktunya ( Aspek waktu ) (Peng 3:11)

Tetapi buah Roh ( aspek jiwa, aspek rohani ) ialah: ( Shalom -> ) kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum ( aspek hukum ) yang menentang hal-hal itu. (Gal 5:22-23)

Saudara-saudaraku ( aspek sosial ) , anggaplah sebagai suatu kebahagiaan (aspek jiwa ) , apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan ( aspek tidak harmonis ), sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu ( aspek iman ) itu menghasilkan ketekunan( Shalom ). Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang ( Shalom ), supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun ( Shalom ). (Yak 1:2-4)

Shalom VS Dikotomi Modern
Namun untuk mengerti lebih dalam kita harus membandingkan bahwa teori shalom ini berbeda dengan dikotomi modern. Dikotomi modern membandingkan bahwa menjadi 2 kutub. Yang kutub kiri adalah yang tidak baik dan kutub kanan itu baik.

Tidak baik
Baik
Jelek
Cantik
Miskin
Kaya
Bodoh
Pintar
Sakit
Sehat
Lambat
Cepat

Kita tidak melihat teori Shalom dengan dikotomi seperti ini. Apa yang disebelah kiri adalah yang berkaitan dengan harmoni dan apa yang disebelah kanan adalah yang kurang harmoni. Pengertian ini bukan demikian.

Shalom dengan harmoni yang ada unsur tidak harmonis
Harmoni bukan berarti tidak ada unsur tidak harmonis. Tetapi di dalam seluruh kerangka koheren yang lebih besar maka semuanya sesuai pada tempatnya dan harmoni adanya. Demikian juga Shalom di dunia ini bukan berarti tidak ada unsur tidak harmoninya. Di dalam Alkitab terdapat contoh-contoh yang akhirnya mendatangkan kebaikan walaupun ada unsur tidak harmonis. Misalnya :
- Kisah Ayub yang menderita tetapi dipulihkan beberapa kali lipat
- Kisah Daud and Barsyeba yang merupakan kejahatan tetapi melahirkan keturunan raja yang menjadi nenek moyang Kristus
- Kisah Keributan yang antara istri-istri Yakub yaitu Rahel dan Lea yang menghasilkan 12 bangsa Israel
- Kisah Yusuf. Di dalam Alkitab prinsip ini terdapat pada ayat.
Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku ( tidak harmonis ), tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan ( Shalom ) , dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar. ( Kej 50:20)

Shalom, ideologi-ideologi dan reduksi
Sebenarnya banyak ideologi-ideologi yang berusaha memaparkan konsepnya supaya mencapai Shalom. Tetapi dalam hal ini ideologi-ideologi tersebut berusaha mereduksi satu aspek di dalam realitas dan melihat Shalom dari perpektif aspek itu. Ketika satu aspek direduksi dan dielevasi maka aspek itu menjadi berhala. Aspek itu menjadi pusat yang mengatur aspek lainnya. Untuk lebih konkritnya mari kita lihat beberapa ideologi :
a. Komunisme
Komunisme berusaha mencapai Shalom dunia dengan kesamaan rataan di bidang ekonomi. Aspek yang ditonjolkan adalah aspek sosial dan aspek ekonomi
b.Mistik alam
Ideologi mistik alam berusaha mencapai Shalom dengan menyatu dengan alam. Disini terlihat bahwa aspek fisik dan biologis menjadi berhala.
c. Logical Positivisme
Ideologi ini berusaha mencapai Shalom dengan kemajuan di dalam bidang formatif yaitu melalui teknologi.
d.Eksitensialisme
Ideologi ini berusaha mencapai Shalom dengan menemukan arti di dalam diri. Diri menjadi direduksi.
e. Penyembahan terhadap alam
Ideoogi ini berusaha menjadikan aspek-aspek materi menjadi ilahi untuk mendapatkan Shalom
f. Feminisme
Ideologi ini berusaha mencapai Shalom dengan meninggikan peran wanita terhadap pria di dalam bidang sosial.
g. Humanisme
Ideologi ini berusaha mencapai Shalom dengan mempedulikan kehidupan manusia. Manusia menjadi pusat. Aspek sosial dan jiwa manusia menjadi diutamakan.
h. Sosialisme
Ideologi ini berusaha mencapai Shalom dengan mempusatkan pada aspek sosial.
i. Kedokteran modern
Ideologi ini berusaha mencapai Shalom dengan fokus pada bidang biologis dan fisik
j. Ideologi psikologi modern
Ideologi ini berusaha mencapai Shalom dengan fokus pada bidang jiwa manusia.
k.Rasionalisme
Ideologi ini berusaha mencapai Shalom dengan fokus pada rasio sebagai cara mencapai Shalom.
VI. Application for Men and Doxology for God of Beauty and Shalom
Ada beberapa implikasi dan aplikasi dari teori aspek, teori keindahan dan teori shalom bagi kita manusia sebagai ciptaan Tuhan yaitu :
1. Hidup itu multiaspek
Ketika melihat hidup itu kita tidak bisa melihat hanya dari satu aspek tetapi ada multidimensi aspek di dalam hidup. Ada keindahan di dalam aspek-aspek ciptaan Tuhan yang harus kita gali dan lihat. Kita harus belajar melihat hidup dari banyak aspek. Lensa kita memandang harus diperluas. Hidup tidak sesederhana yang dibayangkan secara pengalaman sehari-hari yang naïve.
2. Hidup itu limpah
Kehidupan manusia diciptakan Tuhan itu limpah adanya. Ini dikarenakan adanya multidimensi di dalam kehidupan. Tetapi satu hal yang penting adalah hati kita harus beres supaya hidup menjadi limpah.
3. Hukum-hukum di dalam kehidupan itu beragam
Adanya banyak hukum yang mengatur kehidupan alam semesta. Karena itu untuk mencapai shalom kita harus melihat bukan hanya dari aspek jiwa ( psikis ) tetapi juga dari aspek seluruh kekayaan realitas.
4. Keindahan, harmoni dan shalom terjadi kalau hukum-hukum di dalam ciptaan berjalan sebagaimana mestinya. Manusia dan mahluk dan alam semesta harus menjalani hukum-hukum ini. Di dalam kaitannya dengan manusia maka supaya mendapatkan shalom bukan dengan kekuatan sendiri dan performance sendiri, melainkan dengan anugerah Tuhan.
5. Ada kaitan antara Estetika dengan kerohanian
Aspek-aspek di dalam realitas itu saling berkaitan. Karena itu ada hubungan antara estetika dengan kerohanian. Bahkan menurut Kuyper, seni tertinggi dilukiskan di dalam agama. Juga ada kaitan antara estetika dengan etika.

Doxology to God of Beauty and Shalom
Karena hidup itu multidimensi dan penuh dengan banyak dimensi semua ini harusnya membawa kita memuji Tuhan pencipta kita yang kaya akan hikmat dan bijaksananya. Dia adalah Allah yang menciptakan dunia ini dengan hikmat. Dan hasil dari ciptaan ini adalah indah dan baik adanya. Maka respon kita adalah memuji kehebatan, keajaiban, keagungan, kedasyatan dari Tuhan Pencipta kita. Ini adalah aspek penciptaan.
Setelah jatuh ke dalam dosa maka alam semesta ini banyak kekacauan tetapi puji Tuhan adanya penebusan yang memungkinkan terjadinya shalom. Bila semua ciptaan kembali kepada fungsi yang Allah tetapkan maka akan terjadi shalom. Dan puji Tuhan bahwa Tuhan sendiri yang berinisiatif mendamaikan dunia ini dengan kematian AnakNya di kayu salib. Karena itu respon kita adalah memuji untuk karya penebusan Kristus dikayu salib yang menghasilkan shalom bagi manusia.

D. Penutup / Refleksi Spiritualitas
Paper ini berisi mengenai filsafat keindahan yang berkaitan dengan konsep harmonis dan Shalom. Di dalam paper ini penulis merefleksikan dan merenungkan ada makna spiritualitas yang bisa dipelajari dan hal ini menolong untuk bertumbuh di dalam spiritualitas.
1. Mengenai pengudusan di dalam segala bidang dan dimensi
Karena aspek-aspek di dalam realitas itu begitu banyak maka pengudusan progresif ( progressif sanctification ) yang dialami oleh setiap orang percaya adalah meliputi segala bidang. Tuhan Allah menguduskan kita di dalam segala hal. Dan kita juga bertanggung jawab untuk bertumbuh di dalam segala hal. Penulis menyadari pepatah Abraham Kuyper bahwa tidak ada seinci di dalam hidupnya yang bukan milik Kristus. Semua hidup kita milik Kristus.
2. Semua aspek-aspek realitas adalah rohani
Semua aspek-aspek di dalam realitas adalah rohani dan tidak ada dikotomi antara yang suci dan sekular. Karena itu kita harus melihat hidup ini secara rohani dan integratif. Filsafat ini membantu melihat hidup secara integratif, holistik. Penulis merasakan filsafat ini membantu untuk bertumbuh dan berharap pembaca dapat bertumbuh
3. Keindahan di dalam berbagai bidang
Dengan menyadari keragaman aspek-aspek di dalam realitas maka kita juga bisa melihat keindahan ciptaan Tuhan di dalam banyak bidang. Ini membuat kita harus kagum, bersyukur dan juga menyadari betapa kayanya hidup ini, betapa hebatnya hikmat dan kuasaNya, dan betapa kecilnya kita. Penulis makin merasa Tuhan besar dan diri kecil.
4. Shalom di dalam segala bidang
Di dalam hidup ini kita merindukan adanya Shalom. Tetapi ternyata Shalom ini bukan saja aspek fisik ( kelimpahan materi ) dan aspek jiwa ( kedamaian batin ). Shalom ini adalah multiaspek. Karena itu kita harus memikirkan dan berusaha melakukan kehendak Tuhan di dalam segala bidang. Kita percaya bahwa Tuhan akan memberikan Shalom pada kita di dalam anugerahNya. Ada anugerah Tuhan dan ada tanggung jawab manusia. Penulis menyadari multidimensi dari hidup dan berjuang di dalam segala hal.
5. Hukum-hukum aspek yang beragam
Hidup ini penuh dengan hukum-hukum aspek realitas. Bila ingin mencapai Shalom maka harus mengikuti hukum-hukum realitas yang Tuhan sudah tetapkan. Dengan menyadari keragamam hukum-hukum maka membantu kita tidak reduksi di dalam satu bidang ketika merindukan Shalom.
Contoh mengenai reduksi di dalam mencapai Shalom ditemukan di dalam psikiatri. Ilmu psikiatri melihat permasalahan hidup secara reduksi di dalam aspek kehidupan biologis. Bila seseorang mengalami Depresi maka itu karena ada Chemical Imbalance ( ketidak seimbangan kimiawi ) di dalam otaknya. Maka penyelesaiannya adalah menurut hukum biologis yaitu dengan menambah obat. Tetapi hidup itu seharusnya lebih limpah. Maka untuk mencapai Shalom kita harus mempertimbangkan bukan hanya aspek kehidupan biologis tetapi juga adalah 15 aspek yang lain. Contohnya adalah :
- Iman mengalahkan ketakutan dan kekuatiran ( Aspek iman )
- Takut akan Allah mendatangkan Shalom ( Aspek etika )
- Dikasihi dan dimiliki menimbulkan rasa aman ( Aspek etika )
- Di dalam kasih tidak ada ketakutan ( Aspek etika )
- Menaati hukum Allah akan mendatangkan damai sejahtera dari Tuhan ( Aspek hukum )
- Hidup yang indah menghasilkan keanggunan hidup dan berpengaruh dengan rasa nyaman ( Aspek keindahan )
- Pengaturan ekonomi dan juga hidup yang bekerja membuat orang merasa berharga dan juga merasa bisa berfungsi ( Aspek Ekonomi )
- Relasi sosial yang baik akan membentuk karakter kita ( Aspek Sosial )
- Relasi sosial yang baik membuat hidup menjadi limpah (Aspek Sosial )
- Komunikasi menciptakan kepercayaan dan mengenal diri serta orang lain ( Aspek lingual )
- Membangun budaya yang membangun membuat hidup menjadi lebih terbangun ( Aspek formatif )
- Mengubah pikiran membuat hidup menjadi Shalom ( Rom 12:2 - Aspek analitik )
- Memikirkan yang baik membuat hidup menjadi Shalom ( Fil 4:8 – Aspek analitik )
- Hati yang gembira adalah obat ( Aspek jiwa )
- Buah roh adalah kasih, sukacita, damai sejahtera ( Aspek rohani dan jiwa )
- Tubuh yang sehat mempengaruhi jiwa yang sehat ( Aspek kehidupan )
- Olah raga membuat tubuh dan jiwa sehat ( Aspek fisik, gerak )
Karena itu penulis merasakan pentingnya bertumbuh di dalam segala hal dengan menyadari hukum-hukum aspek di dalam banyak hal.

Penutup
Marilah kita bertumbuh di dalam segala hal untuk kemuliaan nama Tuhan !

Soli Deo Gloria

E. Bibliography

Books 1. Herman Dooyeweerd, A New Critique of Theoritical Thought, Paideia Press, 1984
2. J. M. Spier, Introduction to Christian Philosophy, Pennsylvania : The Presbyterian and Reformed Publishing Company, 1954
Artikel
3. Dooyeweerd’s Philosophy of Aesthetics : A response to Zuidervaart’s critique by Dr. J. Glenn Friesen
4. The Reformational Contribution to Aesthetic Theory by Duncan Roper



[1] J.M, Spier, An Introduction to Christian Philosophy ( Pennsylvania : The Presbyterian and Reformed Publishing Company, 1954 ) , hal 63-98
[2] pengertian subjek ini bukan personal tetapi lebih merupakan sebuah fungsi entitas secara subjek di dalam aspek-aspek realitas
[3] pengertian objek adalah merupakan fungsi entitas secara objek di dalam aspek-aspek realitas
[4] Artikel : Dooyeweerd’s Philosohy of Aesthetics : A Response to Zuidervaart’s Critique by Dr. J. Glenn Friesen
[5] Artikel : Dooyeweerd’s Philosohy of Aesthetics : A Response to Zuidervaart’s Critique by Dr. J. Glenn Friesen
[6] Dooyeweerd, A New Critique of Theoritical Thought by Dooyeweerd, Book II, ( Paideia Press, 1984) ,hal 128
[7] Ibid
[8] Artikel : The Reformational Contribution to Aesthetic Theory by Duncan Roper, pg 16
[9] Dooyeweerd, A New Critique of Theoritical Thought, book II, ( Paideia Press, 1984 ), hal 3

Read More ....
Powered By Blogger

LIMPINGEN BLOG